Viral Medsos

MOTIF 4 Orang Satu Keluarga Melompat dari Atap Apartemen, Ini Penjelasan Polisi

Pakar psikologi klinis soroti gerak-gerik satu keluarga sebelum melompat dari atap apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024)

Editor: AbdiTumanggor
tribunnews.com
Pakar psikologi klinis soroti gerak-gerik satu keluarga sebelum melompat dari atap apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). Gerak-gerik mereka berempat terekam kamera CCTV apartemen. Dari hasil rekaman CCTV, terlihat detik-detik saat sosok diduga ayah dan ibu mengajak dua anaknya untuk mengkahiri hidup. Melansir TribunJakarta.com, keempat korban datang ke apartemen tersebut pada pukul 16.02 WIB. Mereka datang mengendarai mobil Daihatsu Gran Max berwarna silver dengan nomor polisi B 2972 BIQ. (Tribunnews.com) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Polisi masih terus menelusuri motif empat orang yang merupakan satu keluarga melakukan aksi bunuh diri di Apartemen Teluk Intan Tower Topas Penjaringan Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024).

Kapolsek Metro Penjaringan, Kompol Agus Ady Wijaya mengakui bahwa pihak penyidik kepolisian masih belum menentukan motif ayah, ibu, dan dua anaknya itu nekat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.

"Kami belum menentukan motif yang membuat satu keluarga ini melakukan aksi bunuh diri," kata Kompol Agus di Jakarta dalam keterangannya yang dikutip pada Senin (11/3/2024).

Ia mengatakan, petugas telah melakukan penyelidikan dengan memeriksa para saksi di lokasi kejadian seperti petugas keamanan. Juga pihak keluarga korban dan lainnya.

Selain itu, kata Kompol Agus, penyidik juga melakukan pemeriksaan identitas kendaraan. Termasuk memeriksa handphone atau ponsel milik keempat korban.

"Kita akan coba hubungi orang terdekat dari korban untuk menelusuri motif kejadian ini," ucap Kapolsek Metro Penjaringan itu.

Lebih lanjut, kata Agus, pihaknya menelusuri soal korban korban terjerat utang atau ada tekanan lain hingga membuat mereka melakukan aksi nekat terjun dari roof top Apartemen Teluk Intan.

"Kami belum bisa memutuskan karena masih mengumpulkan barang bukti yang ditemukan di tubuh korban, lokasi kejadian dan lainnya," ucap Agus.

Disoroti Pakar Psikologi

Pakar psikologi klinis soroti gerak-gerik satu keluarga sebelum melompat dari atap apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024).

Gerak-gerik mereka berempat terekam kamera CCTV apartemen.

Dari hasil rekaman CCTV, terlihat detik-detik saat sosok diduga ayah dan ibu mengajak dua anaknya untuk mengkahiri hidup.

Melansir TribunJakarta.com, keempat korban datang ke apartemen tersebut pada pukul 16.02 WIB.

Mereka datang mengendarai mobil Daihatsu Gran Max berwarna silver dengan nomor polisi B 2972 BIQ.

Pada pukul 16.04, keempat korban tampak masuk ke dalam lift.

Di dalam lift ini, terlihat ada gelagat aneh yang ditunjukkan oleh sang ayah, EA (50).

EA terlihat merangkul dan menciumi kening istrinya AEL (52). Lalu anak perempuannya JL (15), dan anak laki-lakinya JW (13).

"Jam 16.04 WIB, para korban ini masuk dalam lift, terekam EA mencium-cium kening dari ketiga orang lainnya," kata Kapolsek Metro Penjaringan, Kompol Agus Ady Wijaya.

Polisi melakukan olah TKP di tempat kejadian empat orang sekeluarga tewas usai melompat dari rooftop lantai 21 Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). (Tribun Jakarta)
Polisi melakukan olah TKP di tempat kejadian empat orang sekeluarga tewas usai melompat dari rooftop lantai 21 Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). (Tribun Jakarta) 

Setelah itu, sang ibu AEL tampak meminta ketiga korban untuk mengumpulkan handphone mereka masing-masing.

Oleh AEL, handphone itu lantas dimasukkan ke dalam tasnya.

"Setelah dicium-cium keningnya, AEL terlihat mengumpulkan handphone-handphone dari semuanya untuk naik ke atas," ungkap dia.

Berselang satu menit kemudian, mereka keluar dari lift dan berada di lantai 21 apartemen.

Keempat korban kemudian naik ke atap apartemen dan melompat pada pukul 16.13 WIB.

"Berdasarkan CCTV, naik ke tangga darurat ke rooftop apartemen.

Kemudian 16.13 WIB, para korban terjatuh bersamaan di depan lobby apartemen," kata Kapolsek Metro Penjaringan, Kompol Agus Ady Wijaya.

Diwartakan TribunJakarta.com, keempat korban melompat dengan kondisi tangan saling terikat satu sama lain.

Agus menjelaskan, sang ayah mengikat tangannya dengan anak perempuan.

Sementara sang ibu mengikat tangannya ke anak laki-laki.

Setelah saling mengikat, mereka melompat dari atap apartemen dan terjatuh di halaman parkir outdoor depan lobby apartemen.

"Pada saat terjatuh itu masih dalam kondisi EA dan JL terikat tangannya dengan tali yang sama."

"AEL terikat tali yang sama dengan JW, ikatan tali tersebut mengikat," tutur Agus.

POTRET Sekeluarga Sebelum Lompat dari Lantai 21, Pakaian Rapi Hingga Sempat Cium Anak dan Istri
POTRET Sekeluarga Sebelum Lompat dari Lantai 21, Pakaian Rapi Hingga Sempat Cium Anak dan Istri (Instagram)

Dulu Penghuni Apartemen

Rupanya, keempat korban dulunya merupakan penghuni di apartemen tersebut.

Namun, sudah sekira dua tahun terakhir mereka tak terlihat beraktivitas di apartemen tersebut.

Agus mengungkapkan, satu keluarga tersebut baru terlihat lagi di apartemen itu pada Sabtu.

Namun, bukan untuk tinggal lagi, mereka mendatangi apartemen tersebut untuk mengakhiri hidup.

"Dulu mereka pernah tinggal di sini, kemudian sudah dua tahun belakangan tidak tinggal di sini."

"Baru hari ini kembali lagi ke apartemen untuk melakukan kegiatan seperti ini," ucap Agus, Sabtu.

Lalu, bagaimana analisis terkait kasus ini berdasarkan sudut pandang psikologi klinis? Berikut penjelasannya.

Diduga Ada Faktor Orang Tua Pengaruhi Keluarga untuk Akhiri Hidup

Pakar psikologi klinis dari Universitas Islam Indonesia (UII), Qurotul Uyun menduga bahwa orang tua yaitu EA dan AEL memiliki peran krusial untuk memengaruhi anak-anaknya untuk ikut mengakhiri hidup.

Hal ini, sambungnya, dapat memengaruhi sudut pandang seluruh keluarga terhadap masa depannya sehingga berakhir putus asa.

"Jika memang di situ, keluarga kompak dalam ide mengakhiri hidup, mungkn orang tuanya yang sangat kuat mempengaruhi keluarganya, sehingga mempengaruhi pola pikir keluarganya menjadi negatif terhadap masa depannya."

"Sehingga putus asa dan menganggap bahwa bunuh diri itu jalan keluar terbaik untuk mengakhiri penderitaan keluarga," kata Uyun kepada Tribunnews.com, Minggu (10/3/2024).

Secara lebih detail, Uyun menduga sang ayah-lah yang berperan paling krusial untuk memengaruhi keluarganya agar mengakhiri hidup.

"Ayahnya kemudian menyebarkan pengaruh negatif bahwa kehidupan mereka akan sulit sehingga mungkin membangun keputusasaan bersama-sama," katanya.

Dukungan Sosial Tidak Mendukung

Uyun juga menduga tidak adanya dukungan sosial dari tetangga keluarga tersebut bisa menjadi salah satu faktor untuk mengakhiri hidup.

Hal ini, katanya, dapat semakin menguatkan pikiran keluarga tersebut untuk mengakhiri hidupnya.

"Apakah mungkin keluarga tadi benar-benar terisolasi secara sosial dari lingkungannya sehingga mereka tidak mendapat dukungan dari lingkungan?

"Tetapi semakin menguatkan pikirannya sendiri untuk ide mengakhiri hidup dan melakukan semacam brain wash (cuci otak) terhadap keluarganya," kata Uyun.

Adapun pernyataan Uyun ini berkaca dari kasus lain yang sempat terjadi di Indonesia.

"Soalnya yang kasus lain seringnya anak-anaknya masih usia sangat muda kemudian diracun, dan orang tuanya bunuh diri," ujarnya.

Pentingnya Dukungan Sosial

Secara lebih umum, Uyun menjelaskan betapa pentingnya dukungan sosial dari warga sekitar agar meminimalisir seseorang untuk mengakhiri hidupnya.

Dia mengatakan dukungan sosial dapat dilakukan lewat bantuan finansial, psikologis, atau bantuan informasi.

"Misalnya jika ada anggota keluarga yang merasa stres atau cemas bisa diberi dukungan tersebut. Jika parah maka bisa diberi dukungan berupa informasi untuk datang ke profesional, mungkin bisa diantar ke psikolog atau psikiater," katanya.

Selain itu, Uyun juga mengatakan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebuah daerah dapat memengarhui faktor psikis dari seseorang.

Alhasil, dia mendorong agar masyarakat selalu mengadakan kegiatan positif di lingkungan tempat tinggalnya.

"Misal orang-orang yang tinggal di daerah yang memiliki aktivitas yang baik seperti pengajian, gotong royong, aktivitas bersama di masyarakat."

"Sehingga ketika ada masalah keluarga, maka tetangga atau keluarga dekat akan memberikan dukungan dan bantuan untuk mengurangi tekanan hidupnya," pungkasnya.

Baca juga: JARANG TERJADI, Maling di Tangerang Mendadak Kembalikan Motor Curian Pakai Jasa Kirim

(*/tribun-medan.com)

Artikel diolah dari Tribunnews.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved