Viral Medsos

JOKOWI Tertawa Membalas Tuduhan Hasto, Pratikno Masih Klaim Hubungan Jokowi-PDIP Baik-baik Saja

Presiden Joko Widodo sempat tertawa ketika menjawab pertanyaan wartawan soal kabar yang menyebut dirinya pernah berusaha merebut kursi Ketua Umum PDIP

Editor: AbdiTumanggor
HO
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi sempat berupaya ingin mengambilalih kursi Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Hal itu terungkap saat dirinya menjadi narasumber dalam diskusi bedah buku berjudul NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971 karya Ken Ward (1972) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024). Presiden Jokowi pun tertawa menjawab tuduhan Hasto tersebut. (HO) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Padahal sudah terang-terangan petinggi PDIP menyerang Presiden Jokowi sejak Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres 02, namun Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno mengeklaim, hubungan Presiden Joko Widodo dengan PDI Perjuangan (PDI-P) saat ini masih baik-baik saja.

Hal itu disampaikannya menanggapi pertanyaan soal semakin seringnya parpol berlambang kepala banteng tersebut mengkritisi Jokowi.

"Baik-baik saja," ujar Pratikno di Gedung Kemensetneg, Rabu (3/4/2024).

Saat ditanya lebih lanjut apakah Presiden Jokowi saat ini masih kader dari PDI-P, Pratikno juga menyebut kalimat baik-baik saja.

Sementara itu, ketika ditanya perihal komunikasi antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Pratikno juga menyampaikan baik-baik saja.

"Baik-baik saja. Baik-baik saja," katanya.

Diketahui, Presiden Jokowi semakin kerap dikritik oleh PDIP sejak Gibran Rakabuming Raka menjadi pasangan Prabowo Subianto.

Baru-baru ini, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi sempat berupaya ingin mengambilalih kursi Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Hal itu terungkap saat dirinya menjadi narasumber dalam diskusi bedah buku berjudul "NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971” karya Ken Ward (1972) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).

Peristiwa tersebut, menurut Hasto, dilakukan Jokowi jauh sebelum Pemilu 2024 berlangsung.

"Rencana pengambilalihan Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Jadi, jauh sebelum pemilu, beberapa bulan, antara lima-enam bulan. Ada seorang menteri power full," kata Hasto.

Hasto mengatakan dalam kabinet Jokowi, ada menteri power full dan menteri superpower full. Namun, yang mendapat tugas untuk menjembatani pengambilalihan kursi ketum PDIP ialah menteri power full.

"Supaya enggak salah, ini ditugaskan untuk bertemu Ryaas Rasyid oleh Presiden Jokowi. Pak Ryaas Rasyid ditugaskan untuk membujuk Bu Mega, agar kepemimpinan PDI Perjuangan diserahkan kepada Pak Jokowi. Jadi, dalam rangka kendaraan politik. Untuk 21 tahun ke depan," kata Hasto.

Menurut Hasto, upaya-upaya yang dilakukan Jokowi perlu diwaspadai semua pihak, tidak hanya PDI-P.

Upaya itu dinilai juga untuk mempertahankan kekuasaan yang saat ini dimilikinya.

Sebelumnya, Hasto pernah menyebut beragam kemajuan yang terjadi di era Presiden Joko Widodo ditopang oleh utang yang jumlahnya sangat besar.

Hasto mengakui bahwa pihaknya mula-mula memuji kepemimpinan Jokowi, tapi belakangan menyadari bahwa kemajuan itu menyebabkan utang yang sangat besar.

Kemudian, Hasto Kristiyanto mengaku khilaf mencalonkan Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wali Kota Solo pada Pilkada 2020.

Hasto menjelaskan PDIP berani mencalonkan Gibran kala itu lantaran melihat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai berdampak baik.

Presiden Joko Widodo tertawa menjawab pertanyaan wartawan
Presiden Joko Widodo tertawa menjawab pertanyaan wartawan soal pernyataan Hasto yang menyebut dirinya pernah berusaha merebut kursi Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) dari Megawati Soekarnoputri. (Birosetpres)

Presiden Jokowi Tertawa

Terbaru, Presiden Joko Widodo sempat tertawa ketika menjawab pertanyaan wartawan soal kabar yang menyebut dirinya pernah berusaha merebut kursi Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) dari Megawati Soekarnoputri.

Peristiwa itu terjadi saat Presiden melakukan sesi tanya jawab dengan wartawan usai melepas pengiriman bantuan untuk warga Palestina dan Sudan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/4/2024).

Mula-mula wartawan menanyakan soal pernyataan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto yang menyebut Jokowi pernah mengutus seorang menteri untuk merebut kursi ketua umum.

"Pak Mas Hasto bilang Bapak pernah mengirim menteri untuk merebut kursi Ketum PDI-P, beberapa bulan lalu Pak ," tanya wartawan.

Mendengar pertanyaan itu, Presiden membalas dengan pertanyaan. "Bukan (mau merebut kursi Ketum) Golkar," kata Jokowi.

Wartawan lalu kembali menegaskan bahwa berdasarkan informasi terbaru yang disampaikan Hasto Kristiyanto, Jokowi ingin merebut kursi Ketua Umum PDI-P.

Saat mendengar penegasan pertanyaan, Kepala Negara spontan tertawa. Dua orang menteri, yakni Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang berada di sebelah kiri Presiden Jokowi juga langsung tertawa.

Menlu Retno langsung berbisik-bisik kepada Menko Muhadjir.

Menko Muhadjir menanggapi dengan tertawa tampak geleng-geleng kepala kecil mendengar pertanyaan wartawan.

Presiden Jokowi lantas menyampaikan jawabannya.

"Katanya mau ngerebut Golkar, katanya mau ngerebut, masa semua (kursi ketua umum parpol) mau direbut semuanya? Jangan, jangan seperti itu," jelasnya.

Saat wartawan meminta penegasan apakah kabar upaya pengambilalihan itu tidak benar, Presiden kembali menyatakan agar jangan ada anggapan seperti itu.

"Jangan seperti itu," tegasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Relawan Pro Jokowi (Projo) Handoko telah membantah tudingan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menyebut Presiden Joko Widodo hendak merebut kursi Ketua Umum PDI-P. Menurut Handoko, pernyataan Hasto tersebut hoaks.

Sebagai Presiden yang telah menjabat selama dua periode, Jokowi dinilai tak mungkin ingin merebut kursi pimpinan partai.

“Wong Pak Jokowi sudah jadi Presiden RI, kok disebut mau jadi ketum partai. Gimana sih?” kata Handoko, Rabu (3/4/2024).

Handoko menilai, tudingan Hasto tidak masuk akal. Sebab, sejak dahulu Jokowi sangat menghormati Keta Umum PDI-P Megawati Soekarnoutri.

Penghormatan tersebut, kata dia, terlihat dari tidak adanya konfrontasi terbuka antara Jokowi dan Megawati, meskipun pilihan politik putra sulung Presiden, Gibran Rakabuming Raka, berbeda dengan PDI-P pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Ketimbang menyebarkan berita tidak benar, Handoko menyebutkan, lebih baik Hasto bekerja lebih keras lagi untuk membenahi PDIP.

Apalagi, perolehan suara partai banteng menurun pada Pemilu 2024 ini. “Kerja, kerja, kerja Mas Hasto," tuturnya.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved