Kesehatan
Viral ASI Bubuk untuk Bayi, Amankah Dikonsumsi Buah Hati? Berikut Penjelasan IDAI
Saat ini lagi viral soal air susu ibu atau ASI bubuk di media sosial. Lantas, amankah ASI bubuk dikonsumsi bayi
TRIBUN-MEDAN.COM,- Warganet di media sosial lagi heboh membahas soal air susu ibu atau ASI bubuk bagi bayi.
Viralnya ASI bubuk untuk bayi ini setelah seorang influencer menggaungkan penggunaanya di masyarakat.
Namun, banyak masyarakat yang merasa was-was dan belum yakin soal ASI bubuk tersebut.
Diketahui, ASI bubuk terbentuk dari proses pengeringan.
Ada kekhawatiran, bahwa ASI bubuk membawa dampak buruk pada bayi.
Baca juga: Apa Itu Ulkus Dekubitus, Berikut Penyebab dan Cirinya pada Tubuh Manusia
Sehingga banyak masyarakat yang mulai mencari referensi soal ASI bubuk ini.
Lantas, kembali muncul pertanyaan, amankah dikonsumsi bagi bayi?
Seperti dilansir dari Kompas.com, ASI bubuk tersebut tercipta setelah menjalani pengolahan dengan sistem pengeringan melalui metode freeze-drying atau teknik lyophilization.
Proses ini meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 derajat celsius selama 3-5 jam.
Setelah itu, dilanjutkan dengan proses mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi atau transisi ekstraksi air selama 2 hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair.
Baca juga: 5 Cara Mengobati Demam Berdarah dan 7 Tips Mencegahnya
Umumnya, 1 liter ASI akan menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.
Menanggapi hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa proses pembekuan dan pengeringan ASI (freeze drying) memiliki dampak pada rasa dan kualitas air susu ibu.
Ketua Satgas ASI IDAI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) menjelaskan, dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui.
Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata dr Naomi dalam rilis pers.
Baca juga: Mengenal Virus Toxo Rubella yang Diidap Nita Vior, Simak Bahayanya
Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya.
Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI.
Dengan demikian, risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi.
Metode pembuatan ASI bubuk juga belum didukung dengan pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC, AAP, atau FDA.
Baca juga: 4 Doa Rasulullah Menyembuhkan Penyakit, Jangan Lupa Dimulai Bismillah 3 Kali
Untuk itu, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan freeze-dryed ASI kepada bayi, apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.
Zat aktif yang menjadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze-drying.
Produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya, ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan.
IDAI juga menyarankan agar ibu tetap berupaya menyusui langsung dari payudara untuk menjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman, dan meningkatkan ikanan orangtua dan anak.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.