Keharmonisan Merupakan Pedoman Hidup Berdampingan Dalam Berbangsa
Y.M. Khemacaro Mahathera mengingatkan teladan mulia yang diajarkan Buddha kepada manusia merupakan pedoman untuk senantiasa hidup dalam keseimbangan.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Y.M. Khemacaro Mahathera, Ketua Umum Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dalam pesan Waisak 2024 mengingatkan teladan mulia yang diajarkan Buddha kepada umat manusia merupakan pedoman hidup untuk senantiasa hidup dalam keseimbangan, bukan pada perilaku ekstrim yang berlebihan; tidak ekstrim pada diri sendiri dan tidak ekstrim pada luar diri sendiri.
”Perilaku seimbang yang seharusnya ditunjukkan dengan keseimbangan pada perilaku diri sebagai individu, keluarga, sahabat, masyarakat dan warga negara. Seperti yang tercatat dalam Sigalovada Sutta (D.III.180-193), Buddha mengajarkan pentingnya menjalin keharmonisan dalam hubungan sosial sehari-hari dan cara menjalin keharmonisan antar orang tua, guru, istri, anak, sahabat, teman, para pemimpin, para pekerja, pertapa dan brahmana. Buddha menekankan betapa pentingnya saling pengertian, empati dan kerjasama untuk menciptakan kedamaian dalam masyarakat. ” ungkap Y.M Khemacaro Mahathera
Konsep ini menjadi fondasi yang kuat dalam menghadirkan harmoni untuk menjaga ketentraman dan keselarasan dalam berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara dalam keragaman menghadapkan masyarakat pada perbedaan budaya, suku, agama, ras, golongan dan kepribadian. Sangha Agung Indonesia berharap permahaman kemajemukan akan mampu mengarahkan masyarakat mampu menerima dengan terbuka bahwa pada kenyataannya kita hidup berdampingan dalam perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika sebagai falsafah Bangsa Indonesia menunjukkan pentingnya sikap saling toleran dan rendah hati dalam menerima perbedaan dalam keberagaman.
Y.M Khemacaro Mahathera menambahkan di dalam perbedaan, seseorang selayaknya mengembangkan kepribadian yang santun dan tidak mudah tersinggung; bahkan jika banyak dikritik, ia tidak menjadi tersinggung, tidak menjadi marah, tidak bermusuhan, dan tidak kesal, dan tidak menunjukkan kemarahan, kebencian, dan ketidaksenangan (M.III.204). Sebagai sebuah bangsa yang beragam, Indonesia memiliki potret keanekaragaman yang kaya dan mempesona. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat mampu menjadikan keharmonisan sebagai pedoman dalam berbangsa dan bernegara. Semua unsur masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerukunan, saling menghormati dan membangun bangsa ini dengan penuh kasih sayang.
Disampaikan juga bahwa dalam Sāraṇīyadhamma Sutta (A.III.288-289), Buddha mengajarkan bahwa terdapat 6 (enam) prinsip keharmonisan yang menciptakan kasih sayang dan mengarahkan pada kebersamaan, tanpa perselisihan, kerukunan dan kesatuan. Prinsip yang harus dipelihara adalah mempertahankan tindakan cinta kasih melalui jasmani, ucapan, pikiran, saling berbagi, bermoral dan memiliki pandangan yang sama dalam kebajikan. Keharmonisan bukan hanya sekedar kata-kata indah yang dikumandangkan, melainkan sebuah pedoman hidup yang harus dijunjung tinggi dalam berinteraksi dengan sesama. Ketika seseorang mampu hidup dalam harmoni, maka tidak hanya membawa kedamaian bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya.
Menutup pesan Waisak, ketua Umum DPP SAGIN pusat mengingatkan sebagai sebuah bangsa yang kaya akan keanekaragaman budaya, suku, dan agama, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan antar umat beragama, bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Masyarakat harus mampu hidup berdampingan dalam keberagaman, dengan toleransi saling menghormati dan saling menghargai.
Dalam peringatan Tri Suci Waisak 2568 TB / 2024, Sangha Agung Indonesia mengangkat tema "Keharmonisan merupakan Pedoman Hidup Berdampingan dalam Berbangsa", menggambarkan landasan utama dalam ajaran Buddha yang mendukung terciptanya masyarakat yang sejahtera, rukun dan damai. Sebagai ajakan bagi segenap masyarakat bersama-sama mewujudkan Indonesia yang sejahtera, rukun dan damai; hidup dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang tanpa batas kepada sesama.
Hari Waisak sendiri bagi Umat Buddha diperingati dalam menyambut tiga peristiwa agung di bulan Waisaka. Hari dimana doa penuh pengharapan berkah, doa penuh penghormatan dan doa penuh perenungan dilantunkan untuk memperingati peristiwa agung kelahiran Maha Bodhisatwa Siddhartha ke bumi ini, pencapaian pencerahan sempurna Samana Gotama menjadi Buddha Sakyamuni, dan Mahaparinirwana Buddha Sakyamuni. Tiga peristiwa nan agung dan mulia yang diyakini Umat Buddha akan membangkitkan keyakinan, yang menjadi teladan, yang mengantarkan umat manusia menuju pembebasan.
(*)
Y.M. Khemacaro Mahathera
Sangha Agung Indonesia (SAGIN)
SAGIN
Hari Raya Waisak 2024
Pedoman Hidup Berdampingan Dalam Berbangsa
Waisak Momentum Membersihkan Diri di Vihara Satya Buddha Visudhi Marga |
![]() |
---|
Tingkatkan Keamanan Di Tempat Wisata Saat Libur Waisak, Polres Humbahas Patroli dan Pengamanan |
![]() |
---|
Wujudkan Kelancaran Perayaan Waisak, Polres Sibolga Laksanakan Patroli dan Pengamanan |
![]() |
---|
Antisipasi Terjadinya Ledakan Bom, Brimob Polda Sumut Sterilisasi Vihara Selama Waisak |
![]() |
---|
Perayaan Waisak, Polres Pelabuhan Belawan Laksanakan Patroli Pengamanan Vihara |
![]() |
---|