Tribun Wiki

Kisah Soekarno Jadi Kader Muhammadiyah: Makin Lama Makin Cinta

Presiden RI pertama, Ir Soekarno ternyata merupakan kader Muhammadiyah. Soekarno sepakat dengan ajaran yang disampaikan oleh Muhammadiyah

Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
INTERNET
Soekarno ternyata kader Muhammadiyah dan pernah menjadi tenaga pengajar 

Soekarno ternyata merupakan kader Muhammadiyah. Ia dididik langsung Kiai Ahmad Dahlan

TRIBUN-MEDAN.COM,- Masyarakat Indonesia mengenal Soekarno sebagai Presiden pertama Indonesia.

Tapi belum banyak yang tahu, bahwa Soekarno sejatinya adalah kader Muhammadiyah.

Perkenalannya dengan Muhammadiyah diawali ketika dirinya bertemu langsung dan belajar dari Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Baca juga: Masa Tua Mbah Waris, Mantan Pengawal Presiden Soekarno, Nasibnya Pilu Jualan Koran Pinggir Jalan

Pada usia 18 tahun, ketika Soekarno tinggal di rumah H.O.S Tjokroaminoto di Gang Peneleh, No VII, Genteng, Surabaya, Jawa Timur, kebetulan Kiai Ahmad Dahlan sering berkunjung ke sana.

Di rumah H.O.S Tjokroaminoto itu, Kiai Ahmad Dahlan mengajari ilmu agama sejumlah penghuni kos, termasuk Soekarno.

“Dalam suasana yang remang-remang itu, datanglah Kiai Ahmad Dahlan di Surabaya dan memberi tabligh mengenai Islam. Bagi saya, (pidato) itu berisi regeneration dan rejuvenation daripada Islam,” kata Soekarno, ketika ia menghadiri Muktamar Setengah Abad Muhammadiyah tahun 1962 di Jakarta, dikutip dari suaraaisyiyah.id.

Perkenalannya dengan Muhammadiyah semakin dalam ketika lelaki berjuluk 'Putra Sang Fajar' itu diasingkan Belanda ke Bengkulu tahun 1938.

Baca juga: Sering Dampingi Presiden Soekarno, Inilah Sosok Kakek Artis Ashanty, Terungkap Profesinya Mentereng

Di Bengkulu, Soekarno bertemu dengan sejumlah tokoh Muhammadiyah.

Ia kemudian mengajar di lembaga pendidikan Muhammadiyah, dan sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah Daerah Bengkulu.

Dari sana, Soekarno pun resmi menjadi warga Muhammadiyah.

Namun, kemesraan itu sempat merenggang karena situasi dan kondisi politik di Indonesia.

Pada tahun 1946, Soekarno justru memenjarakan tokoh Muhammadiyah asal Minangkabau, Buya Hamka.

Buya Hamka ditahan selama dua tahun empat bulan, setelah sebelumnya diinterogasi  karena tuduhan pembunuhan.

Baca juga: Cerita Soekarno Jalin Hubungan dengan Wanita, Namanya Disamarkan agar Orang di Istana tak Tahu

Karena sikap politiknya itu pula, Soekarno nyaris dicoret dari daftar keanggotaan Muhammadiyah.

Namun, pemilik nama asli Koesno Sosrodihardjo itu memohon agar namanya tetap tercatat sebagai warga Muhammadiyah.

“Tahun ’46 saya minta jangan dicoret nama saya dari Muhammadiyah,” ungkap Soekarno.

Meski Buya Hamka sempat dipenjarakan oleh Soekarno, tapi ia tidak pernah dendam.

Bahkan, ketika Soekarno meninggal dunia pada 16 Juni 1970, Buya Hamka lah orang yang menshalatkan jenazah Soekarno.

Hal itu sesuai dengan permintaan Soekarno sebelum dirinya menjemput ajal.

Baca juga: Sosok Wanita Cantik Istri Soekarno yang Masih Hidup, Dulu Dinikahi Saat Usia 22 Tahun

Bahwa ketika dirinya meninggal dunia kelak, ia minta disalatkan oleh Buya Hamka, orang yang telah ia penjarakan. 

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam salat jenazahku. Demikian kurang lebih pesan Soekarno kepada keluarganya,” tulis Irfan Hamka, anak Buya Hamka dalam buku memoar tentang Hamka berjudul Ayah… Kisah Buya Hamka (2013).

Tidak hanya itu pesan Soekarno kepada orang yang dikenalnya.

Ia meminta ketika dirinya meninggal kelak, maka pemakamannya harus membawa nama Muhammadiyah

“Jikalau saya meninggal, supaya saya dikubur dengan membawa nama Muhammadiyah atas kain kafan saya,” ucap Soekarno, seperti dilansir dari suaraaisyiyah.id.

Baca juga: Panggilan Pangeran Kiran, Cucu Soekarno Kian Beranjak Dewasa, Berdarah Bule dan Jepang

Mencintai Muhammadiyah

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir pernah berkisah tentang sosok Soekarno.

Nashir bilang, bahwa Soekarno pernah membuat pengakuan kenapa dirinya senang dengan Muhammadiyah.

Alasannya sederhana, karena Soekarno menilah bahwa pemikirannya tentang konsep agama sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Muhammadiyah.

Baca juga: Deretan Artis Tanah Air Ini Diberikan Nama Panggung Oleh Presiden Soekarno, Karirnya Moncer

“Bung Karno mengatakan, kenapa saya masuk menjadi anggota Muhammadiyah, karena Muhammadiyah bagi dia sesuai dengan alam pikirannya, yakni menghadirkan Islam yang progresif, dan Kyai Dahlan menghadirkan regeneration dan redifination atau peremajaan dan pemudaan pemikiran Islam dan gerakan Islam,” ujar Haedar, dilansir dari muhammadiyah.or.id.

Karena hal itu pula, warga Muhammadiyah menyambut baik ketika Soekarno menjadi Presiden RI pertama.

Ketika Muhammadiyah melaksanakan Muktamar ke 35 di Jakarta tahun 1962, Soekarno sempat menyampaikan pidatonya di hadapan ribuan warga Muhammadiyah yang hadir di Gelora Senayan.

Baca juga: Apa Penyebab Kematian Presiden Soekarno, Kondisi Bung Karno Mengharukan saat Dikunjungi Bung Hatta

Soekarno kala itu sempat melihat spanduk bertuliskan “Bung Karno: Sekali Muhammadiyah, Tetap Muhammadiyah”.

Atas hal itu pula, Soekarno pun mengungkapkan kecintaannya terhadap organisasi Islam yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan tersebut. 

“Sewaktu saya sampai di pintu masuk, mata saya langsung tertangkap oleh tulisan di sana, “Bung Karno: Sekali Muhammadiyah, Tetap Muhammadiyah”. Dan saya kepada Muhammadiyah, makin lama makin cinta,” kata Soekarno disambut tepuk tangan kader Muhammadiyah kala itu.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved