HUT ke 434 Kota Medan

Rangkaian HUT Kota Medan, Satu Jam Non Stop Baca Puisi Bersama Idris Pasaribu

Idris Pasaribu baru saja memperoleh Anugrah Sastra 50 Tahun Berkarya dari Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi.

|
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/HUSNA
Satu jam non stop baca puisi bersama Idris Pasaribu dalam rangkaian peringatan hari jadi Kota Medan ke 434 tahun, berlangsung di Teater Rumah Mata, Jalan Sei Siguti. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN-  Teater Rumah Mata menghadirkan penampilan dari sastrawan legendaris Idris Pasaribu dalam rangkaian peringatan berdirinya Kota Medan ke 434 tahun 2024.

Bertajuk kombur nasional "Satu Jam Non Stop Baca Puisi" bersama Idris Pasaribu, kegiatan ini menghentak kesadaran nasionalisme sebagai manusia Indonesia, Minggu (30/6/2024).

Dari panggung pojok kreativitas Ruang Kreatif 001 Teater Rumah Mata, lelaki yang genap berusia 74 tahun itu membombardir pemikiran dan daya imajinasi para pengunjung yang hadir.

Idris Pasaribu baru saja memperoleh Anugrah Sastra 50 Tahun Berkarya dari Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi.

Beliau telah menerbitkan 24 buku sepanjang karirnya termasuk novel dan biografi.

"Novel Mangalua, jadi buku kajian wajib di Monash Australia. Sudah 87 mahasiswa menelitinya untuk skripsi dan 32 mahasiswa meneliti untuk disertasi. Tapi saya heran, tidak ada satu orang Batak pun yang mau meneliti novel Mangalua ini. Begitupun tidak apa, saya akan terus berkarya sampai mati," ujar Idris Pasaribu.

Disampaikan Idris, miris melihat perhatian pemerintah Sumatera Utara terhadap seniman lokal.

Menurutnya, perlu ada apresiasi dari sektor pemerintahan, karena dengan begitu para seniman akan tumbuh juga bertahan.

"Pemerintah harusnya lebih peduli dengan seniman, suatu daerah tidak akan dikunjungi orang kalau seni nya tidak berjalan dengan baik," katanya.

Meskipun begitu, Idris mengaku semangatnya menghadirkan karya tetap ada, mengajak generasi muda penerusnya di dunia seni menjadi misinya.

"Bagi saya ketika tidak ada lagi seniman muda di tempat saya bertumbuh, artinya saya gagal. Jadi saya akan terus berkarya, sambil memunculkan generasi penerus," ungkapnya.

Dalam kegiatan satu jam non stop baca puisi, Idris Pasaribu membacakan deretan puisi yang mewakili Aku, Kamu, Dia, Kalian, Mereka, Kita.

Menggambarkan bagaimana jika Medan sehari-hari adalah teater dan setiap tindakan di kota ini adalah teater.

(cr26/tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved