SOSOK
Tak Hanya Konten, Tri Utami Raudani Hadirkan Keberanian dan Kejujuran untuk Ibu-Ibu Muda
Di sebuah desa kecil bernama Ajamu, jauh dari riuhnya kota besar, seorang anak perempuan kecil tumbuh di tengah tumpukan majalah Bobo .
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Di sebuah desa kecil bernama Ajamu, jauh dari riuhnya kota besar, seorang anak perempuan kecil tumbuh di tengah tumpukan majalah Bobo dan tawa masa kecil.
Dari sanalah, Tri Utami Raudani akrab disapa Kakak memulai kisah yang kelak membawanya menjadi sosok inspiratif bagi banyak ibu muda di media sosial.
“Semenjak kecil, Bapak dan Ibu selalu berlangganan majalah Bobo,” kenangnya sambil tersenyum.
Dari kebiasaan sederhana itu, benih cinta terhadap dunia sastra mulai tumbuh. Setiap minggu, halaman “Halamanku” di majalah itu menjadi ruang imajinasinya tempat ia mengenal puisi, cerpen, dan keberanian untuk menulis.
Tak hanya membaca, Tami kecil juga gemar mengeksplorasi dunia sekitar. Ia bebas bermain gobak sodor, engklek, hingga ikut pentas seni di sekolah. “Orangtuaku selalu memberi kebebasan untuk eksplorasi. Dari situ aku belajar percaya diri dan berani tampil,” ujarnya.
Dari Juara Fashion Show hingga Penyair Cilik
Bakat tampil di depan umum sudah tampak sejak usia dini. Saat masih TK, Tami pernah menjuarai lomba fashion show busana muslim. Busana yang ia kenakan dijahit sendiri oleh sang ibu. “Itu pengalaman berharga. Aku merasa didukung penuh oleh keluarga,” katanya.
Bersamaan dengan itu, ia juga mulai menulis puisi hobi yang kelak menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Saat SMA di Islam An-Nizam Medan, ia kerap menjuarai lomba baca puisi dan aktif di berbagai kegiatan seni. Dunia panggung dan sastra menjadi rumah keduanya.
“Menulis itu terapi,” tuturnya pelan. “Kalau dulu aku menulis untuk menuangkan rasa, sekarang aku menulis untuk berbagi semangat.”
Ketika ditanya nilai hidup yang paling ia pegang, Tami menjawab tegas berani memulai meskipun sulit. Prinsip ini menjadi pegangan utamanya saat menjalani peran ganda sebagai ibu dua anak sekaligus kreator konten.
“Fase paling sulit justru waktu hamil dan mengurus toddler. Suami sering dinas luar kota, tapi ide-ide justru datang di saat itu,” katanya. Beberapa kontennya bahkan berhasil menembus angka satu juta penonton.
Ia percaya, konsistensi dan keberanian memulai adalah kunci utama. “Kalau nunggu siap, nggak akan pernah jadi,” ujarnya sambil tertawa.
Meski sibuk mengurus dua anak kecil, Tami tetap produktif. Ia membagi waktu dengan disiplin: mengumpulkan ide saat anak-anak tidur, membuat jadwal take video di akhir pekan saat suami libur, dan terkadang meminta bantuan sang suami untuk memegang kamera.
“Semua dikerjakan bareng. Aku dan suami sudah kayak tim produksi kecil,” candanya.
| Sri Bunga Sirait, Mahasiswi USU yang Tetap Menjaga Nyala Musik Melayu |
|
|---|
| Sosok Sabar Saragih, Kadis Perhubungan Semasa Hidup, Bercita-cita Kurangi Jalan Rusak di Simalungun |
|
|---|
| PROFIL Komjen Suyudi Ario Seto yang Kini Menjabat Kepala BNN, Berikut Rekam Jejaknya |
|
|---|
| Sosok Harli Siregar, Putra Kelahiran Simalungun Jabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut, Alumni USU |
|
|---|
| Dari Montana ke Medan, Cerita Nikita Shaqilla Peserta YSEALI soal Perlindungan Satwa dan Lingkungan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.