Sosok
Sri Bunga Sirait, Mahasiswi USU yang Tetap Menjaga Nyala Musik Melayu
Di tengah arus musik modern yang deras dan budaya digital yang kian cepat, seorang gadis muda dari Tanjungbalai, Sumatera Utara.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Di tengah arus musik modern yang deras dan budaya digital yang kian cepat, seorang gadis muda dari Tanjungbalai, Sumatera Utara, memilih jalan berbeda.
Ia bernama Sri Bunga Sirait, mahasiswi Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU), yang dengan lembut namun teguh menyalakan kembali pesona musik Melayu di hati generasinya.
Sejak kecil, Bunga sudah akrab dengan nada-nada mendayu dan irama lembut khas Melayu. Di rumahnya, lagu-lagu dan film Melayu bukan sekadar hiburan mereka menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Dari kecil, orang tua selalu memutar lagu atau film Melayu, seperti P. Ramlee atau lagu-lagu berisi nasihat seperti Padang Pasir atau Qasidah. Jadi, ingatan itu lengket di kepala. Mau ke mana pun, rasa Melayunya tetap kebawa,” kenangnya sambil tersenyum.
Kecintaan itu bukan datang dari garis darah seniman. Ayahnya, Buyung Sirait, dan ibunya, Patimah Tambunan, bukan musisi.
Namun, Bunga percaya, bakat vokalnya menurun dari sang ibu. Sejak duduk di bangku SMP Negeri 7 Tanjungbalai, ia sudah berani naik ke panggung. Dari panggung sekolah, berlanjut ke pentas daerah, hingga kini tampil lintas provinsi bahkan ke luar negeri dari Riau hingga Malaysia.

Bakatnya makin diasah ketika ia memberanikan diri mengikuti ajang Akademi Dangdut Indonesia (ADI).
Namun, ia jujur mengakui, langkah itu lebih karena mengikuti jejak sang kakak yang lebih dulu menapaki dunia tarik suara.
“Setelah itu, saya kembali ke lagu-lagu Melayu. Rasanya lebih saya banget,” ujarnya.
Tantangan dan Keindahan Musik Melayu
Baginya, musik Melayu punya keunikan tersendiri bukan hanya soal lirik, tapi juga soal teknik. “Yang paling sulit itu di cengkoknya. Kalau salah sedikit, nuansanya bisa hilang,” kata Bunga.
Ia belajar mendalami tiap lenggok nada hingga menjadi ciri khas suaranya lembut, mendayu, namun berkarakter.
Musik Melayu, menurutnya, bukan sekadar genre, tapi cara untuk mengenal diri. “Saya orangnya pendiam dan lembut. Musik Melayu itu mendayu, lembut, dan penuh perasaan. Jadi pas banget sama karakter saya,” jelasnya.
Kini, bersama tim kecilnya, Bunga tak hanya menyanyikan ulang lagu-lagu Melayu lama, tapi juga menulis lagu-lagu baru dan memproduksi musik sendiri. Ia mencoba menggabungkan alat musik tradisional dengan sentuhan modern menyusun harmoni antara petikan gambus dan dentuman drum elektrik.
Selain berkarier, Bunga tengah menempuh kuliah di Jurusan Etnomusikologi USU, tempat ia memperdalam teori musik dan budaya. Kuliah di bidang itu bukan tanpa alasan.
Sri Bunga Sirait
Sosok Sabar Saragih, Kadis Perhubungan Semasa Hidup, Bercita-cita Kurangi Jalan Rusak di Simalungun |
![]() |
---|
PROFIL Komjen Suyudi Ario Seto yang Kini Menjabat Kepala BNN, Berikut Rekam Jejaknya |
![]() |
---|
Sosok Harli Siregar, Putra Kelahiran Simalungun Jabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut, Alumni USU |
![]() |
---|
Dari Montana ke Medan, Cerita Nikita Shaqilla Peserta YSEALI soal Perlindungan Satwa dan Lingkungan |
![]() |
---|
Kisah Atlet Arung Jeram Ira Kusuma Ningtyas yang Raih Medali Emas, Perak dan Perunggu di PON 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.