Berita Viral

Polda Sumbar Ditantang Perlihatkan Rekaman CCTV Tewasnya Afif Maulana, Ortu tak Percaya pada Polisi

Indira mengatakan pihaknya meminta rekaman CCTV tersebut untuk membuktikan jika memang tidak ada Afif di Polsek Kuranji saat belasan pelajar yang

Editor: Salomo Tarigan
HO/Tribunpadang
Kapolda Sumatera Barat Irjen Suharyono dan orangtua Afif Maulana. Keluarga yakin Afif tewas karena dianiaya polisi 

TRIBUN-MEDAN.com - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang menantang Polda Sumatera Barat (Sumbar) untuk menunjukkan rekaman CCTV untuk membuktikan kematian Afif Maulana (13) yang diduga dianiaya polisi.


Hal ini dikatakan Direktur LBH Padang, Indira Suryani saat mengadukan Kapolda Sumbar Irjen Suharyono di Propam Polri, Jakarta, Rabu (3/7/2024).


Indira mengatakan pihaknya meminta rekaman CCTV tersebut untuk membuktikan jika memang tidak ada Afif di Polsek Kuranji saat belasan pelajar yang diduga mengikuti tawuran ditangkap.


"Jika Polda yakin misalnya di Polsek Kuranji tidak ada Afif Maulana disitu, ayo dong kasih CCTV-nya biar kita bisa audit bareng-bareng," kata Indira.


Dia mengatakan saat pihaknya menggelar aksi, Kapolda Sumbar sebenarnya sudah berjanji akan memberikan salinan CCTV tersebut.


"Kemudian juga sebenarnya pada tanggal 25 Juni 2024 lalu ketika kami aksi di depan Kapolda Sumbar dan Kapolda Sumbar turun saat itu, Kapolda Sumbar menjanjikan dua hal kepada kami. Pertama salinan autopsi dan kemudian juga salinan CCTV dan saat itu kami diminta hadir jam 9 paginya di hari berikutnya," ucapnya.


Namun, Indira mengaku saat itu seperti terperangkap karena ada ekspose kasus tersebut di hari itu.


"Dari ekspos kasus itu kami merasa bahwa Kapolda Sumbar hanya ingin melakukan counter, dan kami merasa bahwa opini-opini publik dikembangkan begitu terhadap korban Afif Maulana dan keluarganya," jelasnya.


"Dan saat ini kan CCTV dikatakan terhapus, lalu dikatakan juga CCTV kemudian tidak ada rekamannya. Menurut saya itu suatu hal yang salah ya. Kan dari awal tanggal 9 dia sudah tahu ada kejanggalan, gitu," tuturnya.


Lebih lanjut, Indira meminta agar kasus kematian Afif tidak ditutup-tutupi oleh pihak kepolisian.


"Kita mau transparan dalam kasus ini, kita mau membuka terang hujan menutupnya. Bagi kami tindakan polisi Polda Sumbar yang terutama ambil alih dan segala sesuatu padahal kasus ini dilaporkan ke Polresta Padang lalu semua hal dihadapan oleh Polda Sumber menurut saya itu suatu keanehan. Terlalu defensif, terlalu tergesa-gesa, terlalu menghakimi keluarga korban," jelasnya.


Kapolda Sumbar Klaim Tewas Bukan Disiksa Polisi


Untuk informasi, Polda Sumatera Barat (Polda Sumbar) menghentikan dan menutup kasus kematian bocah SMP di Padang, Afif Maulana (AM).


Penutupan kasus tersebut dilakukan setelah keluarnya hasil otopsi korban Afif Maulana.


Penyebab kematian korban disebabkan patahnya tulang iga belakang bagian kiri sebanyak 6 ruas dan patahannya merobek paru-paru.


Sebelumnya isu beredar bahwa Afif Maulana meninggal karena disiksa oleh polisi.


Keluarnya hasil otopsi ini, Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyo menyebutkan kasus kematian siswa SMP berusia 12 tahun itu di sungai Batang Kuranji Padang dianggap sudah selesai.


Kasus tersebut bisa dibuka kembali jika ada bukti baru.


"Penyebab kematiannya adalah karena patah tulang iga dan merobek paru-paru itu," kata Suharyono kepada wartawan di Mapolda Sumbar, Minggu (30/6/2024), dikutip dari Kompas.com


Sementara untuk hasil visum memperlihat adanya luka lecet, luka memar dan lebam yang diduga akibat telah menjadi mayat.


"Keterangan dokter forensik itu lebam mayat akibat telah meninggal beberapa jam sebelumnya," jelas Suharyono.


Kendati penyelidikan kasus itu sudah selesai, pihaknya masih memberikan kesempatan kepada seluruh pihak menyerahkan bukti baru.


Bisa dibuka lagi kalau ada bukti baru. Kita tidak mau berdasarkan kata-katanya tapi harus dengan bukti," jelas Suharyono.


Suharyono mengatakan pihaknya menduga AM tewas jatuh ke sungai dan berbenturan dengan benda keras yang menyebabkan tulang iganya patah.


Dia mengatakan, belum ada saksi yang melihat AM terjun dari jembatan atau terpeleset ke sungai.


Namun demikian, kata Suharyono, berdasarkan keterangan saksi kunci, AM sudah menyatakan niat mau terjun ke sungai untuk menghindari polisi.


"Berdasarkan keterangan saksi A, AM berniat terjun dan mengajak saksi A terjun," jelas Suharyono.


"Namun personel itu tidak menggubrisnya karena tidak yakin ada yang mau terjun. Sebab ketinggiannya mencapai 20 meter lebih," kata Suharyono.


Dari kawasan jembatan itu, kata Suharyono diamankan 18 orang terduga tawuran dan salah satunya A.


Saat tiba di Polsek Kuranji, A kembali memberitahu ke polisi ada temannya yang hendak terjun dari jembatan.


"Dari data dan keterangan A itu, dapat disimpulkan AM tidak ada di Polsek Kuranji dan tidak masuk dalam 18 orang yang diamankan," kata Suharyono.

Orangtua Afif tak Percaya Omongan Polisi 

Kasus kematian siswa SMP Afif Maulana di Padang kembali jadi buah bibir.

Anak berusia 13 tahun tersebut meninggal diduga disiksa polisi.

Kedua orangtua Afif Maulana (13), Afrinaldi dan Anggun yakini anaknya tak melompat dari jembatan Batang Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat.

Diketahui Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono telah menyampaikan hasil penyelidikan terkait kematian Afif Maulana.

Irjen Suharyono menyebut, berdasarkan hasil autopsi, siswa SMP tersebut meninggal dunia akibat tulang iga patah lalu menusuk paru-paru setelah melompat dari jembatan.

KASUS Siswa SMP di Padang Tewas, Kapolda Sebut Video CCTV di Polsek Sudah Terhapus
KASUS Siswa SMP di Padang Tewas, Kapolda Sebut Video CCTV di Polsek Sudah Terhapus (HO)

“Saya yakin seyakin-yakinnya anak saya tidak melompat, karena tidak ada tanda-tanda di badannya jatuh dari ketinggian,” kata ayah Afif kepada awak media di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2024).

Sementara itu ibunda Afif, Anggun menyatakan anaknya tersebut tak pernah memiliki sejarah suka tawuran.

Bahkan kata Anggun, Afif tak pernah keluar malam.

“Afif pun tidak pernah tawuran sama sekali, keluar malam pun tak pernah. Kalau dia melompat pasti badannya itu patah-patah, cara jatuhnya itu berserakan, kalau ini tidak,” terangnya.

Baca juga: Kronologi Anak Balita Meninggal Usai Dibius di RSU Mitra Sejati,Keluarga Minta Dokter Tanggung-Jawab

Adapun kuasa hukum kedua orang tua Afif, Indira Suryani berharap Komnas HAM dapat membantu ekshumasi jenazah Afif.

“Itu akan dibantu oleh Komnas HAM, itu salah satu tuntutan kami ke Komnas membantu kami ekshumasi,” tegasnya. 

Indonesia Police Watch (IPW) meminta Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono memproses anggotanya yang diduga menyalahi prosedur saat menangkap belasan pelajar yang tawuran pada 9 Juni 2024.


Diketahui pada saat itu, Afif Maulana (13), seorang siswa SMP yang diduga ikut kelompok tawuran ditemukan tewas atas dugaan penganiayaan oleh anggota polisi.


"Salah satunya, Kapolda harus menonaktifkan Direktur Samapta Bhayangkara (sabhara) Polda Sumbar," kata Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso dalam keterangannya, Sabtu (29/6/2024).


Ketegasan ini perlu dilakukan oleh Kapolda Sumbar sesuai dengan arahan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam Surat Telegram Kapolri bernomor ST/2162/X/HUK.2.8./2021 tertanggal 18 Oktober 2021.


Dia menyinggung soal pernyataan Irjen Suharyono yang awalnya membantah adanya pelanggaran anggota.


Bahkan Kapolda berkeinginan untuk mencari orang yang memviralkan peristiwa kematian tersebut.


"Namun, setelah Kompolnas, Komnas HAM turun ke lapangan situasinya menjadi berubah. Kapolda Sumbar langsung intensif melakukan pemeriksaan terhadap anggotanya," ucapnya.


Untuk itu, Sugeng mendesak agar Irjen Suharyono melakukan tindakan tegas terhadap para anggotanya tersebut.


"Tinggal yang ditunggu adalah punishment terhadap atasan langsung dari personel yang berbuat kekerasan tersebut serta melakukan proses pidana aniaya yang mengakibatkan mati dengan proses sientifik Kriminal investigasi," jelasnya.

Ahmad Sahroni Geram Kapolda Sumbar Sibuk Cari Orang yang Viralkan

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni geram, karena Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono malah sibuk mencari orang yang memviralkan informasi tentang kematian Afif Maulana.

Politikus Partai NasDem tersebut menilai, sebaiknya pihak Polda Sumbar fokus dalam mendalami serta mengusut kasus tersebut.

"Sebaiknya Polda Sumbar tidak perlu mempermasalahkan siapa yang memviralkan. Yang terpenting kasusnya diusut tuntas, transparan, dan terang benderang. Lagian kalau sudah ketemu pelakunya mau diapakan?" kata Sahroni kepada wartawan Selasa (2/7/2024).

Anggota DPR RI Ahmad Sahroni
Anggota DPR RI Ahmad Sahroni (HO)

Diketahui sebelumnya, Polda Sumatera Barat tengah mencari pihak yang memviralkan informasi dugaan penyiksaan Afif Maulana, anak 13 tahun di Kota Padang hingga tewas oleh polisi.

Kapolda Sumbar Irjen Suharyono, pada (23/6) lalu, menyebut pihaknya merasa menjadi korban trial by the press atau pengadilan oleh pers.

Justru Sahroni menyebut keadilan di negara ini masih banyak bergantung dari laporan masyarakat.

Satu diantaranya dengan cara viral di media sosial. Menurutnya, ketika polisi sering bereaksi cepat, hal tersebutlah yang membuat masyarakat percaya kepada Polri.

“Justru kepercayaan masyarakat itu meningkat seiring Polri kerap bereaksi cepat terhadap laporan-laporan masyarakat, khususnya yang telah viral," ucapnya.

"Seharusnya polisi malah terbantu kalau ada laporan yang seperti ini, tinggal fokus usut tuntas lalu sampaikan lagi hasilnya ke masyarakat, beres. Jangan malah diburu yang melaporkan atau memviralkan, kan bukan di situ poin utamanya. Ada yang memviralkan itu tanda masyarakat masih percaya sama polisi. Karena tau polisi bakal usut,” imbuh Sahroni.

Sahroni menambahkan, dirinya tidak ingin reaksi keras Kapolda Sumbar membuat masyarakat takut melapor ke kepolisian.

“Jangan sampai gara-gara ini, masyarakat jadi takut melapor, takut menyuarakan keadilan, karena khawatir dicari aparat. Parah kalau sampai ada rasa takut seperti itu di masyarakat,” tandas Sahroni.

Baca juga: UPDATE Daftar Tim Lolos 8 Besar EURO 2024, Belanda dan Turki Susul Spanyol

(*/TRIBUN-MEDAN.com)

Sumber artikel sebagian dikutip dari: Tribunnews.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved