TRIBUN WIKI
Tips Cegah Aksi Bullying pada Anak, Ini yang Mesti Diperhatikan Orang Tua
Orang tua harus memahami bagaimana mencegah aksi bullying terhadap anak. Ada beberapa hal yang mesti jadi perhatian orang tua
TRIBUN-MEDAN.COM,- Penindasan atau yang sering disebut dengan bullying adalah perlakuan menyakiti seseorang secara fisik, verbal, dan psikologis secara sengaja.
Anak-anak memang identik dengan senang bercanda.
Namun, wajib diketahui, candaan yang berlebihan dapat melukai perasaan orang lain.
Ketika sebuah candaan sudah melewati batasnya, maka tindakan tersebut dapat dikatakan bullying.
Sebagai orang dewasa, kita patut menyadari tindakan-tindakan yang tidak wajar ini di kalangan para anak kecil guna menghindari rusaknya karakter seorang anak.
Baca juga: Ilmu Parenting, Tips Bagi Orang Tua Agar Anak Bisa Tumbuh Menjadi Sosok yang Mandiri
Tindakan-tindakan yang sudah termasuk bullying, adalah mendorong, meninju, menekan, memberi nama panggilan, menyebarkan rumor yang tidak benar, dan menyakiti melalui media sosial (cyberbullying)
Ketika menjadi korban bullying, anak cenderung menutup diri dan merahasiakan fakta bahwa mereka menjadi korban bullying dari orang tua mereka.
Anak berpikir, jika mereka memberitahukan keadaan mereka kepada orang tua, mereka akan memperburuk keadaan.
Sehingga, di momen itu, peran orang tua diperlukan untuk menyadari tanda-tanda bahwa anak menjadi korban bullying.
Baca juga: 10 Tips Menghemat Listrik di Rumah Agar Pengeluaran Bulanan Tidak Membengkak
Adapun tanda-tanda anak menjadi korban bullying di sekolah yang perlu disadari oleh para orang tua :
1. Terdapat luka fisik yang tidak dapat diceritakan penyebabnya
2. Enggan ke sekolah dan menghindari kegiatan-kegiatan dari sekolah
3. Mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan di kelas atau kesulitan saat melakukan pekerjaan rumah
4. Kerap terlihat cemas, gugup, sedih, atau sakit kepala dan sakit perut tiba-tiba
5. Hanya memiliki sedikit teman
6. Sering meminta atau mencuri uang karena dipalak
7. Terlihat murung dan lebih pendiam dari biasanya
8. Prestasi menurun drastis
Baca juga: 10 Penyebab Ketiak Anda Menghitam, Begini Tips Mengatasinya
Lantas, apa yang menjadikan seorang menjadi pelaku bullying ataupun korban bullying?
Tindakan bullying memiliki kaitan dengan hal-hal yang ada di masa lalu.
Jika seorang anak pernah diperlakukan semena-mena oleh seseorang, baik oleh orang tua, keluarga, ataupun orang-orang di sekirarnya, bukanlah hal yang mustahil bagi si anak untuk menjadi pelaku bullying atau menjadi korban bullying.
Jika anak telah menjadi korban bullying, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membantu anak keluar dari “lingkaran setan” tersebut.
Baca juga: 8 Tips Perawatan Kuku Agar Terlihat Tetap Menawan, Nomor 2 Harus Dihindari
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua :
1. Mengumpulkan bukti
Catat secara rinci kronologi kejadian bullying.
Mulai dari siapa yang melakukannya, apa yang terjadi, sertakan tanggal, waktu, dan tempat kejadian.
Tulis juga nama-nama saksi mata yang mungkin melihat kejadian tersebut.
2. Screenshot bukti
Jika anak menjadi korban dari cyberbullying, ambil screenshot sebagai bukti atas perlakuan yang diterima anak
3. Berkunjung ke sekolah
Saat berkunjung ke sekolah, temuilah guru dan pihak sekolah yang bertanggung jawab atas perilaku pelajar seperti guru BK untuk mendiskusikan hal ini.
Tetap tenang dan kendalikan emosi.
4. Minta sekolah rencanakan penyelesaian
Minta sekolah untuk membuat rencana agar anak merasa lebih aman, misalnya mengubah jadwal pelajaran, mengawasi anak selama bermasalah, meminta guru BK untuk mengawasi dan memperhatikan anak-anak yang membuat masalah, atau orang tua dapat meminta pihak sekolah untuk membantu anak pindah kelas apabila perlakuan bullying tersebut berlangsung terus menerus.
5. Libatkan orang tua pelaku bullying
Temui orang tua pelaku dan minta secara baik-baik agar orang tua dari pelaku bullying tersebut dapat membantu dan mengajarkan anaknya secara baik-baik, tanpa harus memberi pengajaran yang keras, karena biasanya ada alasan di balik perilaku anak yang menjadi pelaku bullying
Kita pernah mendengar istilah, “lebih baik mencegah daripada mengobati,” bukan?
Ketika anak menjadi korban bullying, anak akan menjadi rendah diri dan kehilangan kepercayaan dirinya.
Hal ini dapat membawa anak menuju kondisi mental yang lebih kompleks lagi.
Jadi, sebelum anak mendapat perlakuan bullying, sebaiknya orang tua melakukan beberapa hal ini agar anak tidak mudah menerima perlakuan bullying :
1. Tingkatkan rasa kepercayaan diri anak
Biasanya, pem-bully akan mencari seseorang yang lebih lemah dari dirinya baik itu dari segi fisik, penampilan, bahkan ekonomi.
Memiliki kepercayaan diri yang kuat, akan membuat anak tak mudah untuk di-bully, justru akan dijadikan sebagai senjata oleh anak untuk melawan pem-bully tersebut.
Untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri anak, orang tua perlu mengajarkan anak untuk mencintai dirinya sendiri, kemudian ajak anak untuk melakukan kegiatan di luar rumah, dan beri kesempatan untuk anak menambah pengalaman dengan melakukan hal baru.
Selain meningkatkan kompetensi anak, pengalaman-pengalaman baru itu membuat anak merasa memiliki nilai lebih dan membuatnya merasa lebih berharga dan percaya diri saat berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Ajarkan anak kemampuan bersosial yang baik
Memiliki kemampuan bersosial yang baik akan membuat anak memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dengan baik dan tidak mudah ditindas oleh orang lain.
Orang tua dapat mengajarkan anak kemampuan bersosial yang baik dengan memberikan contoh nyata bagaimana cara berinteraksi sosial yang baik, mengajak anak playdate dengan anak-anak seusianya, serta menggabungkan anak dengan kelompok bermain.
Orang tua wajib menemani dan mengawasi perilaku anak selama berinteraksi dengan anak-anak lainnya.
Setelah melakukan kegiatan-kegiatan itu, luangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak.
Ajarkan anak bagaimana cara berteman yang baik, bagaimana cara merespon yang baik ketika ada anak lain yang ingin menyakitinya, dan bagaimana cara menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di lingkungan sosialnya.
3. Beri anak kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri
Dengan melakukan langkah ini, orang tua dapat semakin memperkuat kepercayaan diri anak. Jika diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, anak akan lebih mandiri dan terlatih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Hal ini akan membuat anak sadar bahwa orang-orang yang dapat mengendalikan dirinya hanyalah dirinya sendiri, dan bukan orang lain. Ketika anak mendapat perlakuan bullying, anak akan menjadi lebih berani untuk menghadapi masalah dan bertindak atas masalah tersebut.
Namun, mengajarkan anak mandiri tak berarti melepas anak dan membiarkannya menghadapi masalahnya hanya seorang diri.
Orang tua perlu menjelaskan kepada anak, jika masalah yang dihadapi melebihi kemampuannya, maka anak dapat meminta bantuan orang tua atau guru untuk membantunya atas masalah tersebut.
4. Ajarkan anak untuk berani menjawab “tidak” jika hal tersebut buruk untuknya
Orang tua perlu mengajarkan kepada anak bahwa menolak dan berkata “tidak” bukanlah hal yang buruk, jika hal tersebut merugikan dirinya.
Dengan ini, anak akan berani melawan jika seseorang memberikan perlakuan bullying kepada anak.
Kemampuan dan keberanian untuk melawan ini dapat menghindarkan anak dari pelaku bullying, karena pelaku bullying tidak akan berani mengganggu anak yang memberikan perlawanan.(mag4/tribun-medan.com)
Ditulis oleh mahasiswi magang FISIP USU Elsa Sipayung
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.