Berita Viral
JEJAK Hubungan TB Silalahi dengan Tomy Winata
Tomy Winata alias TW lahir pada tanggal 23 Juli 1958 di Pontianak, Kalimantan Barat.
Polisi menolak melakukan penangkapan tersebut, dengan alasan tidak ada bukti. Jaksa Agung Marzuki Darusman kemudian mengatakan pemilik kapal pesiar tersebut adalah seorang pengusaha bernama Sugeng Prananto.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Tempo pada bulan April 2002 mengenai perjudian, Winata mengatakan, "Setiap bisnis ilegal yang masih bisa bertahan hidup pasti ada yang mendukung. Baik itu pemerintah maupun nonpemerintah, semuanya tergantung pada jenis bisnis ilegal tersebut. Perjudian itu seperti simpanan. Diurus, dibiayai, dilindungi, dan dikonsumsi, tetapi mereka tidak pernah mau mengeksposnya."
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Forum pada bulan November 2001, ia membantah terlibat dalam kegiatan ilegal.
Dalam wawancaranya dengan tvOne pada September 2020, ia mengatakan bahwa ia menikmati tuduhan tersebut karena tuduhan tersebut meningkatkan profilnya dan menghadapi penghinaan membantunya untuk menjadi lebih dewasa sebagai pribadi.
Di samping usahanya, Winata mendirikan yayasan sosial nirlaba bernama Yayasan Artha Graha Peduli (Yayasan AG Peduli) yang mempunyai lima kegiatan sosial utama: pemberian bantuan darurat kepada korban bencana alam di Indonesia dan luar negeri; program kemanusiaan dalam ketahanan pangan, pendidikan dan kesehatan; program penyelamatan lingkungan hidup; pemberdayaan masyarakat melalui Usaha Kecil dan Menengah (UKM); dan pemberian bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu.

Aliansi politik
Tomy Winata telah lama menjalin hubungan dengan elite politik Indonesia, sejak rezim mantan presiden Suharto, yang keluarganya disebut sebagai 'Cendana', sesuai dengan nama jalan di Jakarta Pusat tempat mereka tinggal.
Tomy Winata sendiri mengakui bahwa konglomerat etnis Tionghoa di Indonesia diuntungkan oleh patronase rezim Orde Baru Suharto , tetapi berbisnis menjadi lebih rumit setelah rezim tersebut runtuh pada tahun 1998.
"Selama Orde Baru, segalanya mudah bagi bisnis besar Tionghoa: ada satu wadah uang, kontrak, dan peluang, dan wadah itu ada di Cendana; sekarang wadah itu tersebar ke ribuan orang. Lanskap politik telah banyak berubah dan lebih kompleks daripada sebelumnya. Sekarang biaya sosial untuk berbisnis jauh lebih tinggi,"demikian wawancara Tomy Winata, September 2004 dengan Christian Chua.
Winata mengatakan bahwa ia akan setia kepada pemerintah, siapa pun yang berkuasa.
Ia dekat dengan mantan presiden Megawati Sukarnoputri melalui hubungan bisnis dengan suaminya Taufiq Kiemas.
Ia juga dekat dengan pesaing dan penerus Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono , melalui mantan komisaris utama Bank Artha Graha TB Silalahi, yang menjadi salah satu penasihat utama Presiden Yudhoyono.
Ekonom Faisal Basri yakin Winata adalah seorang donatur bagi kampanye presiden Megawati dan Yudhoyono.
Winata sendiri mengatakan: "Selama ini pengusaha tidak mau dianggap hanya mendukung satu partai... Banyak pengusaha yang mendukung orang yang salah akan tamat riwayatnya. Anda tidak bisa menaruh semua uang pada satu kuda, karena ketidakpastian menang terlalu tinggi. Selain itu, presiden sekarang berganti setidaknya setiap 10 tahun,"demikian kutipan dalam buku karangan Christian Chua yang berjudul Chinese Big Business in Indonesia: The State of Capital yang terbit pada tahun 2008 mengklaim bahwa patronase politik telah memberikan perlakuan istimewa bagi bisnis-bisnis milik Winata.
Ekonom dan calon menteri keuangan Chatib Basri pernah mengatakan bahwa sudah menjadi "rahasia umum" di Jakarta bahwa harga cerutu dan barang-barang mewah lainnya di sebuah toko di Hotel Borobudur milik Winata jauh lebih murah karena pemiliknya tidak perlu membayar pajak atas barang-barang tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.