TRIBUN WIKI

Thariq dan Aaliyah Menikah di Bulan Suro, Bagaimana Islam Memandang Hal Ini? Simak Penjelasannya

Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid menikah di bulan Suro. Bagaimana pandangan Islam menikah di bulan Suro ini. Simak penjelasannya

Editor: Array A Argus
Tribunnews.com
Pasangan selebriti Thariq dan Aaliyah menikah di bulan Suro 

Anjuran tersebut termaktub dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang memiliki arti sebagai berikut:

"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharam, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardu adalah shalat malam." (HR Muslim).

Ibadah puasa sunah pada bulan pertama Hijriah ini kerap disebut sebagai puasa Asyura atau hari ke-10 Muharam.

"Puasa sunah di bulan Muharam ini dikenal dengan nama puasa Asyura yang dilakukan pada tanggal 10 Muharam," imbuh Anwar.

Baca juga: Gelar Acara Bulan Suro, Warga Kecamatan Binjai Doakan Syah Afandin Terus Pimpin Langkat

Larangan nikah di bulan Suro menurut masyarakat Jawa

Berbeda, menurut kepercayaan orang Jawa, sebaiknya tidak melangsungkan acara pernikahan sepanjang bulan Suro.

Dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI), Depok, Sunu Wasono menjelaskan, bagi masyarakat Jawa, anjuran tersebut berkaitan dengan perhitungan baik atau buruknya bulan ini.

"Ada kepercayaan tentang waktu yang baik dan kurang baik untuk melakukan kegiatan tertentu. Hal itu diatur dalam primbon," kata Sunu, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Jumat.

Waktu yang dinilai kurang baik untuk mengadakan pesta hajatan tersebut, salah satunya sepanjang bulan Suro yang dianggap sebagai bulan penuh keprihatinan.

Sunu melanjutkan, pernikahan yang digelar selama bulan ini dipercaya dapat tertimpa sejumlah gangguan, seperti rumah tangga tidak langgeng.

Hal itu serupa dengan petuah untuk tidak menikahkan dua anak dalam kurun waktu satu tahun.

"Dalam setahun menikahkan dua anak juga kurang baik, bisa salah satu tidak langgeng hubungannya," paparnya.

Suro bulan yang diagungkan keraton

Terpisah, dosen Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tundjung Wahadi Sutirto mengungkapkan, keyakinan tidak menggelar pesta pernikahan selama Suro masih dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa.

Tidak heran, jika ada penyimpangan di bulan Suro, seperti mengadakan pesta pernikahan, akan dianggap sebagai wong ora njowo.

"Walaupun dalam satu dua kasus ada juga yang menggelar pernikahan di bulan Suro, tetapi hanya pesta resepsinya saja. Karena akad nikahnya biasanya dilaksanakan sebelum bulan Suro," terang Tundjung, saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Pemerhati budaya ini menjelaskan, Suro dianggap bulan untuk berkontemplasi atau merenungkan diri agar mendapat hidayah dari Tuhan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved