Berita Viral

MISTERI Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Ibu Kota Iran, Kini Muncul Dua Versi

Dalam pemberitaan internasional saat ini muncul dua versi penyebab kematian Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

|
Editor: AbdiTumanggor
Istimewa
Saat ini muncul dua versi penyerangan Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh. (Istimewa) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Saat ini muncul dua versi penyerangan yang menewaskan Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Versi pertama, Ismail Haniyeh disebut tewas akibat bom yang diselundupkan ke dalam wisma tamu yang ditinggalinya selama berada di Teheran, Iran.

Hal itu menurut laporan media terkemuka Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT). 

Laporan NYT tersebut mengutip sejumlah sumber pejabat Timur Tengah dan AS.

Bom itu, masih menurut laporan NYT, diledakkan dari jarak jauh setelah Haniyeh dipastikan berada di dalam kamarnya.

Wisma tamu yang ditempati Ismail Haniyeh itu terletak di lingkungan kelas atas di wilayah Teheran bagian utara.

Lokasi itu merupakan bagian dari kompleks yang disebut sebagai Neshat dan dikelola oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Laporan itu berbeda dengan laporan versi media pemerintah Iran sebelumnya.

Sebelumnya, Ismail Haniyeh disebut tewas akibat serangan rudal dari pesawat tempur tak berawak yang menghantam kediamannya setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Versi pertama Ismail Haniyeh sasaran

Fars News Agency melaporkan bahwa Haniyeh tewas akibat serangan rudal yang diluncurkan dari udara saat sedang berada di Teheran pada Rabu (31/7/2024) waktu setempat.

Namun, kantor berita Iran itu tidak menyinggung pelaku yang meluncurkan serangan rudal tersebut.

Sementara itu, Hamas menyatakan, Haniyeh terbunuh dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran.

Meskipun Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai dalang di balik pembunuhan Haniyeh, pemerintah maupun militer Tel Aviv belum mengaku bertanggung jawab.

Sementara, para pejabat AS meyakini bahwa Israel berada di balik pembunuhan Haniyeh.

Baca juga: Tiga Hari sebelum Ismail Haniyeh Dibunuh, Kepala Intelijen Israel Bertemu Pihak Hamas di Roma

Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Perintahkan Militernya Balas Serangan Israel Atas Pembunuhan Ismail Haniyeh

Tiga pejabat Iran yang dikutip dalam laporan NYT menggambarkan pembunuhan Haniyeh itu sebagai kegagalan besar bagi intelijen dan keamanan Teheran.

Bahkan, pejabat Iran menyebut insiden itu sangat memalukan bagi Garda Revolusi Iran lantaran menggunakan kompleks tersebut untuk pertemuan rahasia dan menjamu tamu-tamu terkemuka seperti Haniyeh.

Diketahui, Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan Pezeshkian.

Garda Revolusi Iran mengonfirmasi Haniyeh dan seorang pengawalnya tewas setelah kediaman yang menjadi tempat mereka menginap di Teheran diserang.

Laporan NYT, Israel tidak menggunakan rudal untuk membunuh Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Israel disebut NYT, menyelundupkan bom pada awal Juni 2024 untuk pembunuhan pada 31 Juli 2024 di Teheran itu.

Kali ini disebut NYT, berbeda dengan cara membunuh Kepala Staf Sayap Militer Hezbollah Fuad Shukr, menggunakan rudal.

Metode pembunuhan Ismail Haniyeh ini, lanjut NYT, mirip dengan metode pembunuhan pakar nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, pada November 2020.

Ismail Haniyeh tewas dibunuh oleh bom yang diselundupkan ke wisma tamu di Teheran sejak dua bulan lalu.

"Bom tersebut telah disembunyikan sekitar dua bulan lalu di wisma tamu tersebut," kata kelima pejabat Timur Tengah sumber New York Times itu pada Kamis (1/8/2024).

"Bom tersebut diledakkan dari jarak jauh," imbuh mereka.

"Setelah dipastikan bahwa dia berada di dalam kamarnya di wisma tamu tersebut.”

Bom itu, lanjut laporan New York Times, menewaskan Haniyeh dan pengawalnya serta menyebabkan kerusakan pada bangunan tersebut.

Laporan NYT ini pun mematahkan spekulasi sebelumnya yang menyebutkan serangan rudal oleh drone dan serangan jet tempur siluman F-35 Israel dari wilayah Azerbaijan.

"Hanya kamar Ismail Haniyeh sasaran, Pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziyad Al-Nakhalah, tinggal di sebelahnya, selamat dari serangan,"kata dua pejabat Iran kepada New York Times.

“Kamarnya tidak rusak parah, menunjukkan perencanaan yang tepat dalam penargetan Haniyeh,”imbuh dia.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei masih menerima Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (tengah) dan Pemimpin Jihad Islam Palestina Ziad Nakhaleh di Teheran, Iran, pada Selasa (30/7/2024) malam waktu setempat. (Via Kompas ID)
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei masih menerima Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (tengah) dan Pemimpin Jihad Islam Palestina Ziad Nakhaleh (kiri) di Teheran, Iran, pada Selasa (30/7/2024) malam waktu setempat.

Pengguna media sosial Iran telah menunjukkan bahwa wisma tamu tersebut terletak di dekat Kompleks Saadabad di Teheran utara.

Foto-foto terbaru memperlihatkan apartemen lantai atas gedung yang rusak. Bagian bangunan yang rusak itu kini telah ditutup dengan terpal, dan puing-puingnya dapat terlihat di tanah.

Karena ketinggiannya dan lingkungan sekitarnya yang terbuka, bangunan itu mudah terlihat dari jauh.

Rangkaian Tiga Hari sebelum Penyerangan Ismail Haniyeh 

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei masih  menerima Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (tengah) dan Pemimpin Jihad Islam Palestina Ziad Nakhaleh di Teheran, Iran, pada Selasa (30/7/2024) malam waktu setempat.

Beberapa jam setelah pertemuan itu, Ismail Haniyeh dan seorang pengawalnya tewas dibunuh dengan menggunakan rudal canggih yang menghantam tempatnya menginap di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024).

Menurut Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), pembunuhan Ismail Haniyeh terjadi pada dini hari sekitar  pukul 02.00.

Ismail Haniyeh datang ke Teheran, Iran, untuk menghadiri undangan pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada 30 Juli 2024. Pembunuhan Ismail Haniyeh ini dikaitkan dengan operasi intelijen mossad.

Dilaporkan media Israel, Yedioth Ahronoth, Kepala Badan intelijen Israel Mossad, David Barnea, tiba di Roma, Italia, untuk membahas proposal perdamaian dengan Hamas, Minggu (28/7/2024).

Mengutip Anadolu Agency, Barnea diperkirakan bergabung dalam pertemuan puncak dengan direktur CIA William Burns, Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel.

Dikatakan bahwa Israel telah mengajukan proposal terbaru ke Washington untuk kesepakatan dengan Hamas.

"Barnea tiba di Roma untuk berpartisipasi dalam pertemuan puncak empat pihak untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok Palestina Hamas di Gaza," lapor Anadolu Agency.

Pertemuan ini sendiri terjadi setelah muncul laporan adanya pihak-pihak yang mempersulit negosiasi perdamaian.

Seorang pejabat Barat, seorang warga Palestina, serta dua sumber Mesir yang berbicara kepada Reuters, mengatakan Israel mau setiap warga Gaza Utara yang ingin kembali ke rumah saat perdamaian tercapai akan tetap melewati proses pemeriksaan lebih lanjut.

Hal ini disebabkan karena Tel Aviv khawatir para warga Gaza ini dapat menjadi penyokong sel Hamas yang kemungkinan belum berhasil dilumpuhkan.

"Para negosiator Israel menginginkan mekanisme pemeriksaan bagi penduduk sipil yang kembali ke Gaza Utara, di mana mereka khawatir penduduk ini dapat mendukung pejuang Hamas yang masih bertahan di sana," kata pejabat Barat yang terlibat dalam pembicaraan itu.

Hal lain yang menjadi perdebatan adalah tuntutan Israel untuk mempertahankan kendali atas perbatasan Gaza dengan Mesir.

Kairo menolak hal ini karena dianggap berada di luar kerangka kesepakatan akhir yang diterima oleh musuh-musuh.

"Tak hanya itu, Israel juga menolak untuk menarik pasukan mereka dari sebidang tanah sepanjang sembilan mil (14 km) di sepanjang perbatasan dengan Mesir yang disebut oleh Israel sebagai koridor Philadelphia," tambah sumber Reuters itu.

Kunjungan Barnea juga terjadi saat pihak Amerika Serikat (AS) dan Israel mengatakan telah terjadi langkah signifikan dalam perdamaian antara Tel Aviv dengan Hamas.

Beberapa pekan lalu, PBB meloloskan resolusi perdamaian yang diinisiasi Presiden AS Joe Biden, yang membagi proses kesepakatan dalam tiga tahap.

"Ada beberapa hal yang kami butuhkan dari Hamas, dan ada beberapa hal yang kami butuhkan dari pihak Israel. Dan saya pikir Anda akan melihat hal itu terjadi di sini selama minggu mendatang," kata pejabat Gedung Putih.

Namun progres ini ditolak mentah-mentah oleh Hamas. Kelompok itu menyebut AS berusaha menutupi tindakan Netanyahu yang sebenarnya ingin merusak kesepakatan tersebut. "Netanyahu masih menunda-nunda. Sejauh ini tidak ada perubahan dalam pendiriannya," kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri.

Sejauh ini, kelompok bersenjata Hamas tersebut memulangkan 110 tawanan Israel. Tel Aviv kemudian juga membebaskan beberapa tahanan Palestina selama gencatan senjata tujuh hari yang berakhir pada tanggal 1 Desember.

Kartu anggota agen intelijen Israel Mossad
Kartu anggota agen intelijen Israel Mossad

Operasi intelijen mossad

Di sisi lain, Iran dan Israel telah lama menjadi musuh bebuyutan. Sejak revolusi Iran terjadi pada 1979, Iran telah menjadi musuh nyata bagi Israel dan Amerika Serikat.

Sejumlah operasi intelijen dan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting Iran diduga telah beberapa kali dilakukan Israel.

Tragisnya, operasi rahasia pembunuhan para tokoh penting Iran yang diduga dilakukan para agen Mossad Israel itu dilakukan di dalam negeri Iran sendiri.

Hal ini menjadi bukti rapuhnya intelijen dan keamanan Iran. Padahal pada Juni 2023, Mossad mengumumkan telah melakukan operasi khusus di wilayah Iran.

Dikutip dari Business Standard, Kamis (1/8/2020), saat itu agen Mossad menangkap seorang agen Iran yang dikirim untuk memimpin serangan teror terencana di Siprus terhadap target-target Israel.

Tak cuma itu, Mossad bahkan menerbitkan video agennya menginterogasi agen Iran tersebut. Dalam interogasi itu, agen Iran mengakui rencana tersebut.

Pada Mei 2022, Kolonel Hassan Sayyad Khodaei, perwira di Garda Revolusi Iran, ditembak dan dibunuh di luar rumahnya di Teheran.

Seorang anggota Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menyatakan pembunuhan Khodaei "jelas merupakan pekerjaan Israel".

Pada November 2020, ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh, yang diyakini oleh intelijen Barat dan Israel sebagai bapak program senjata nuklir Iran, tewas dalam sebuah serangan saat melintas dengan mobil di luar Teheran.

Iran langsung menyalahkan Israel dan kelompok oposisi yang diasingkan.

Iran menggambarkan operasi pembunuhan Fakhrizadeh sebagai jenis baru dan operasi yang kompleks.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran kepada TV pemerintah Iran, mengatakan operasi pembunuhan terhadap Mohsen Fakhrizadeh sangat kompleks karena menggunakan peralatan elektronik dan tidak ada seorang pun yang hadir di tempat kejadian.

Fakhrizadeh tewas saat mengemudikan mobilnya. Dia dibunuh dengan menggunakan senapan mesin yang dioperasikan robot yang dipasang di truk yang diparkir di pinggir jalan.

Manusia yang mengendalikan senapan mesin tersebut dilaporkan melakukan operasi tersebut dari lokasi yang dirahasiakan sejauh lebih dari 1.500 kilometer.

Operasi tersebut juga merupakan laporan pertama tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan pembunuhan di tanah asing.

Saat mobil yang dikendarai Fakhrizadeh memasuki pandangan robot, operator Israel langsung dapat mengidentifikasi secara pasti ilmuwan nuklir tersebut menggunakan perangkat lunak pengenalan wajah.

Senapan mesin itu kemudian melepaskan tembakan yang menewaskan Fakhrizadeh.

Menurut laporan New York Times, seluruh operasi berakhir dalam waktu kurang dari satu menit dan total lima belas peluru ditembakkan.

Pada Januari 2018, agen Mossad dilaporkan menyerbu fasilitas aman di Teheran dan mencuri informasi nuklir rahasia.

Pada April tahun itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku Israel telah menemukan 100.000 "berkas rahasia" yang membuktikan bahwa Iran telah berbohong tentang tidak pernah memiliki program senjata nuklir.

Kemudian pada Januari 2012, Mostafa Ahmadi Roshan, yang digambarkan oleh Iran sebagai ilmuwan nuklir yang bekerja di fasilitas pengayaan uranium utamanya di Natanz, tewas di Teheran dengan menggunakan bom yang dipasang di mobilnya. Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangan tersebut.

Pada November 2010, Majid Shahriari, seorang profesor di fakultas teknik nuklir Universitas Shahid Beheshti di Teheran, tewas ketika mobilnya meledak saat ia sedang dalam perjalanan ke kantor.

Iran kembali menyatakan AS dan Israel berada di balik pembunuhan itu.

Pada Januari 2010, Masoud Ali-Mohammadi, seorang profesor fisika di Universitas Teheran, tewas menggunakan bom yang dikendalikan dari jarak jauh yang ditanam di sepeda motornya.

Teheran menggambarkan Ali-Mohammadi sebagai seorang ilmuwan nuklir, sementara media pemerintah Iran mengklaim bahwa Israel dan AS telah membunuhnya.

Israel juga diyakini terlibat dalam sedikitnya delapan serangan siber besar terhadap Iran, dengan yang paling terkenal adalah serangan tahun 2010 yang melibatkan virus Stuxnet, yang pertama kali ditemukan di komputer di pabrik nuklir Iran.

Menurut perkiraan Institut Sains dan Keamanan Internasional, serangan virus tersebut mengakibatkan hancurnya sedikitnya 1.000 dari 9.000 sentrifus yang ada di fasilitas pengayaan Natanz.

Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangan tersebut.

Israel juga dilaporkan menggunakan pesawat tanpa awak bunuh diri untuk menyerang fasilitas militer di Iran, termasuk kompleks militer Parchin yang terletak di dekat Teheran dan fasilitas lain di Isfahan.

Baca juga: ALASAN Jusuf Kalla Hadiri Pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang Tewas Dibunuh Israel

Baca juga: Jusuf Kalla Berangkat ke Doha, Hadiri Pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibunuh Israel

(*/Tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved