HUT 79 Kemerdekaan Republik Indonesia
Peringatan Brandan Bumi Hangus 4 Hari Jelang HUT ke 79 Indonesia, Berikut Napak Tilas Sejarahnya
Puncaknya pada 13 Agustus 1947, terjadi pembumihangusan seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, LANGKAT - Menjelang HUT ke-79 Republik Indonesia (RI), Forkopimcam serta warga di Kecamatan Pangkalan Brandan, gelar kegiatan Brandan Bumi Hangus.
Brandan Bumi Hangus setiap tahun digelar pada tanggal 13 Agustus atau empat hari menjelang hari puncak HUT Kemerdekaan RI.
Kegiatan ini dilaksanakan di Lapangan Petrolia Pertamina Pangkalan Brandan.
Sekda kabupaten Langkat, Amril mengatakan, Brandan Bumi Hangus yang rutin digelar setiap tahunnya ini untuk mengenang sejarah perjuangan masyarakat Langkat di masa penjajahan.
"Peringatan dan rangkaian kegiatan ini bukan sekedar seremonial belaka, kami mengharapkan generasi muda Langkat menghargai perjuangan. Dan menumbuhkan rasa cinta semangat untuk melestarikan jejak peninggalan Brandan Bumi Hangus," ujar Amril, Selasa (13/8/2024).
Kemudian Amril menegaskan, jika Brandan Bumi Hangus sebagai momentum edukasi bagi para pelajar dan generasi muda Langkat.
Sedangkan Kapolres Langkat, AKBP David Triyo Prasojo yang ikut melepas peserta pawai karnaval kemerdekaan mengatakan, jika Brandan Bumi Hangus, peristiwa sejarah yang tidak hanya bagi masyarakat Langkat, namun juga bagian dari semangat mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
Tak hanya itu, David juga berpesan kepada seluruh masyarakat Langkat untuk menciptakan rasa aman dan nyaman menjelang Pilkada Serentak 2024.
"Semangat persatuan dan kesatuan harus tetap kita jaga untuk kenyamanan lingkungan kita," ucap David.
"Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Langkat, khususnya Brandan tetap menjaga perdamaian agar tidak terpecah belah walaupun berbeda pilihan nantinya.
Semangat pantang menyerah dan kegigihan para pejuang di Bumi Langkat telah membuahkan hasil mengusir penjajah, dan semangat ini pula harus terus bergelora untuk masyarakakat Langkat," sambungnya.
Selama gelaran Brandan Bumi Hangus, beragam kegiatan dapat dijumpai, misalnya Expo UMKM, ragam perlombaan bertema Brandan Bumi Hangus, napak tilas, malam keakraban, penghargaan untuk veteran, hingga drama kolosal kilas balik perjuangan Brandan Bumi Hangus.
Camat Sei Lepan, Muhammad Iqbal Ramadhan mengungkapkan bahwa kegiatan Brandan Bumi Hangus ini, rutin dilaksanakan setiap tahunnya di Kabupaten Langkat
"Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari sejak 11-13 Agustus 2023 di Lapangan Petrolia Pertamina Pangkalan Brandan," ujar Iqbal.
Lanjut Iqbal, Brandan Bumi Hangus, maknanya yakni pembumihangusan Pangkalan Brandan, akibat masuknya Belanda yang ingin menguasai tambang minyak di Kota Pangkalan Brandan.
"Jadi dengan cara salahsatunya, diledakkan tambang minyak di Pangkalan Brandan. Alhasil dilakukan pembumihangusan oleh pahlawan kita. Jadi kegiatan ini memperingati hal tersebut," ucap Iqbal.
Sementara itu, Informasi yang dihimpun wartawan, Pangkalan Brandan terkenal karena merupakan salah satu ladang minyak tertua di Indonesia dan telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belanda.
Tanggal 13 Agustus 1947 terjadi peristiwa bersejarah di tempat ini yang dikenal dengan sebutan Brandan Bumi Hangus, mirip dengan Bandung Lautan Api.
Peristiwa ini sebagai salah satu strategi pejuang sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi Belanda dimana seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan dibakar para pejuang kemerdekaan.
Dalam beberapa referensi sejarah menyebutkan, awal pengeboran sumur minyak di Indonesia dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Pada 1871, pengeboran sumur minyak pertama dilakukan di Cirebon.
Namun, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada 1883, kemudian disusul Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada 1885.
Sejak itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. Hasil eksplorasinya digunakan untuk kepentingan pihak Belanda. Pada 1892, kilang minyak Royal Dutch di Pangkalan Brandan yang menjalankan usaha eksploitasi mulai melakukan produksi massal.
Sebagai bahan yang merupakan sumber energi bagi perekonomian dan mesin untuk perang, minyak menjadi sasaran empuk bagi kedua pihak yang berseturu.
Pada 1940-an, Pemerintah Hindia Belanda tak mampu menahan serangan Jepang yang melakukan invasi ke Indonesia. Akhirnya, Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda atas Indonesia pada waktu itu.
Berbagai proyek yang ada di Indonesia dengan cepat dikuasai Jepang, untuk membantu perekenomian penjajah, termasuk menguasai industri minyak di Pangkalan Brandan.
Setelah berhasil dikuasai, Jepang melakukan perbaikan lapangan dan kilang minyak menggunakan Romusha dan pekerja yang dulunya telah bekerja di sini.
Upaya tersebut digunakan Jepang untuk membantu kepentingan militernya. Dengan mempekerjakan Romusha, kapasitas produksi dari 30 ton per hari bisa menjadi 10.000 ton per hari.
Keberhasilan Jepang membangun kilang minyak menjadi perhatian pihak Sekutu, yang kemudian menjatuhkan bom Little Boy dan Fat Man di Hiroshima dan Nagasaki.
Peristiwa pengeboman ini akhirnya membuat Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah Jepang menyerah, pekerja dan rakyat yang berada di sekitar Pangkalan Brandan ingin menduduki kilang tersebut.
Aksi ini mendapatkan tentangan keras dari Jepang.
Akhirnya, pihak pekerja menguasai kilang setelah mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Komite Nasional Indonesia Teluk Haru dari Barisan Pemuda Indonesia.
Kilang minyak yang dikuasai ini berubah nama menjadi Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI) yang merupakan cikal bakal PT Pertamina (PERSERO).

Pergantian nama yang dilakukan sepihak menjadikan pekerja yang berasal dari Jepang tak bisa berbuat apa-apa, mengingat posisi mereka yang tidak menguntungkan.
Pada Juli 1947, Belanda melakukan Agresi Militer ke berbagai wilayah di Indonesia. Langkah ini merupakan usahanya untuk kembali menguasai Indonesia.
Perusahaan tambang minyak juga menjadi sasaran Belanda, salah satunya adalah Pangkalan Brandan. Pasukan Belanda melakukan penyerangan ke berbagai daerah yang dianggapnya vital.
Akhirnya, pimpinan Tentara Republik Indonesia (TRI) yang berada di Kabupaten Langkat berencana membumihanguskan seluruh instalasi industri perminyakan berikut objek-objek vital lainnya.
Puncaknya pada 13 Agustus 1947, terjadi pembumihangusan seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan.
Referensi sejarah menyebutkan Brandan Bumi Hangus diawali dengan invasi pasukan Sekutu bersama Belanda yang dikenal dengan sebutan Agresi Militer 21 Juli 1947 ke wilayah Sumatera Utara.
Akibat peristiwa ini, Pangkalan Brandan beserta industrinya luluh lantak dan terbakar sehingga sistem ekplorasi yang biasanya berjalan akhirnya berhenti total.
Saat ini ada 5 Unit Operasi Daerah Produksi di bawah Pertamina, Unit I yang membawahi daerah Aceh dan Sumatera Utara berkantor pusat di Pangkalan Brandan.
(cr23/tribun-medan.com)
Update berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
19.491 Narapidana di Sumut Dapat Remisi HUT Kemerdekaan RI, Ini Pesan PJ Gubernur Agus Fatoni |
![]() |
---|
Lansia di Desa Tanjungasri Asahan Laksanakan Upacara Bendera dalam Memperingati HUT RI |
![]() |
---|
Pimpin Upacara HUT ke-79 RI, Bobby Nasution Kenakan Baju Adat Mandailing Natal |
![]() |
---|
Kesenian Sunda Ramaikan Parade Kemerdekaan HUT ke-79 RI di Kabupaten Karo |
![]() |
---|
23 Warga Binaan Rutan Kabanjahe Dapatkan Remisi HUT ke-79 RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.