Berita Viral
BMKG Ungkap 4 Zona Megathrust Kepung Pulau Jawa Dengan Potensi Gempa Bisa Capai 9.0 Magnitudo
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada empat wilayah yang berpotensi diguncang gempa megathrust dengan kekuatan bica m
TRIBUN-MEDAN.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada empat wilayah yang berpotensi diguncang gempa megathrust dengan kekuatan bisa mencapai 9.0 magnitudo.
Sebelumnya gempa pembuka yang cukup kuat terjadi di Yogyakarta dengan kekuatan 5.5 magnitudo.
Gempa ini mengguncang Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (26/8/2024) malam.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa gempa tersebut berkaitan dengan megathrust.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antar lempang (megathrust)," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (26/8/2024).
Data BMKG juga menunjukkan bahwa megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut sudah lama tidak terjadi gempa besar.
Meskipun BMKG bisa memprediksi potensi magnitudonya, namun mereka tidak bisa memperkirakan kapan gempa megathrust tersebut akan terjadi.
Kondisi itulah kemudian yang menjadi kekhawatiran akan gempa megathrust di masa mendatang.
Tak hanya dua zona megathrust tersebut, BMKG menyebut total ada 16 zona megathrust yang mengepung Indonesia.
Dari 16 zona megathrust tersebut, setidaknya ada 4 zona megathrust yang mengepung Pulau Jawa, salah satunya adalah megathrust Selat Sunda.
Berikut 4 zona megathrust yang berada di sekitar Pulau Jawa dan potensi gempa bumi yang dihasilkannya:
1. Megathrust Bali Potensi magnitudo maksimum: M 9,0 Sejarah gempa yang terjadi: belum ada catatan
2. Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur Potensi magnitudo maksimum: 8,9 M. Sejarah gempa yang terjadi: M 7,2 pada 1916 dan M7,8 pada 1994
3. Megathrust Selat Sunda-Banten Potensi magnitudo maksimum: M 8,8. Sejarah gempa yang terjadi: M 8,5 pada 1699 dan 1780
4. Megathrust Jawa Barat Potensi magnitudo maksimum: M 8,8. Sejarah gempa yang terjadi: M 8,1 pada 1903 dan M 7,8 pada 2006
Selain 4 zona megathrust di Pulau Jawa, ada 14 zona megathrust lain yang tersebar di Indonesia. Berikut daftarnya:
Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)
Megathrust Nias-Simelue (M 8,9)
Megathrust Batu (M 8,2)
Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)
Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)
Megathrust Enggano (M 8,8)
Megathrust NTB (M 8,9)
Megathrust NTT (M 8,7)
Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)
Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)
Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)
Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2).
Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano mengatakan alasan mengapa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai karena dua zona tersebut belum rilis atau terjadi gempa besar.
"Sesudah gempa Aceh 2004, Nias 2005, kemudian gempa Padang 2009, gempa 2010 di bagian bawah dari Mentawai," ujarnya saat dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/8/2024).
"Nah, bagian tengah kok enggak, itu kemudian menimbulkan banyak diskusi di kalangan ahli. Kenapa itu perlu menjadi perhatian? Karena itu paling tidak dalam catatan sejarah pada 1797 dan1833, pernah terjadi," imbuhnya.
Menurut Irwan, terdapat tiga kondisi yang dapat digunakan untuk memastikan suatu daerah berpotensi gempa megathrust atau tidak.
Kondisi pertama, potensi gempa dapat dilihat dari data historis atau sejarah suatu wilayah.
Ini karena gempa akan terjadi secara berulang.
"Jadi kalau di masa lalu pernah terjadi (gempa), kemungkinan di masa depan akan terulang. Nah, di Mentawai kondisi itu terpenuhi, di masa lalu pernah terjadi 1797 dan 1833," jelas dia.
Sementara, gempa besar di zona megathrust Selat Sunda pernah terjadi pada 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,6.
Irwan mengatakan, kondisi kedua bisa dilihat dari aktivitas kegempaannya yang sepi.
Jadi, ada daerah yang kiri dan kanannya gempa terus, namun bagian tengahnya sepi, dan kondisi ini juga terpenuhi.
Kemudian kondisi ketiga, yakni zona tersebut sedang mengumpulkan atau mengakumulasikan energi.
Untuk mengetahui suatu zona sedang mengakumulasikan energi, hal itu bisa dilihat melalui pengamatan geodetik.
"Jadi kita mengolah data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan kita membuktikan bahwa akumulasi regangan sedang terjadi," kata dia.
"Jadi ibarat orang nabung, ini sedang numpuk tabungannya, yang jadi pertanyaan itu akan dikeluarkan tiba-tiba atau tidak," tambahnya.
Pasalnya, secara teori, suatu zona yang sedang mengalami strain accumulation, pasti akan ada release, dalam hal ini gempa bumi. "Itulah kemudian yang menjadi perhatian dan alasan mengapa Zona Mentawai dan Selat Sunda lebih diwaspadai," tuturnya.
(*/tribun-medan.com)
Update berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
KAPOLRI Jenderal Listyo Sigit Prabowo Bersedia Mundur Jika Diputuskan Presiden Prabowo |
![]() |
---|
RUMAH AHMAD SAHRONI Dirusak Massa, TV dan Perabotan Dijarah, Mobil Listrik Hancur Dilempari Batu |
![]() |
---|
Demonstrasi Makin Meluas, Presiden Prabowo Perintahkan TNI-Polri Tindak Tegas Aksi Anarkis |
![]() |
---|
TOTAL Harta Kekayaan Ahmad Sahroni Rp328,9 Miliar, Rumah Mewahnya Digeruduk Massa |
![]() |
---|
TERKINI Rumah Ahmad Sahroni Digeruduk Massa, Harta Kekayaan yang Dilaporkan Hanya Rp 328 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.