TRIBUN WIKI
Mengenal Tradisi Rebo Wekasan, Upaya Doa Tolak Bala dan Mengantisipasi Datangnya Beragam Penyakit
Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan adalah sebuah tradisi yang dilakukan untuk menolak bala dan mengantisipasi datangnya berbagai penyakit
TRIBUN-MEDAN.COM,- Masyarakat Indonesia mengenal sebuah tradisi bernama Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan.
Tradisi Rebo Wekasan ini dilakukan pada Rabu bulan Safar dalam kalender Islam atau Hijriah.
Tujuannya, untuk menolak bala dan mengantisipasi datangnya beragam penyakit.
Di tahun 2024 ini, Rebo Wekasan jatuh pada Rabu, 4 September 2024 atau 30 Safar 1446 Hijriah.
Baca juga: Tradisi Manggomak Tumpak atau Ambil Amplop di Pernikahan Batak, Hiburan dan Dilema Pengantin Wanita
Dilansir dari Kompas TV, Rebo Wekasan berasal dari kata "Rebo" yang artinya hari Rabu dan wekasan yang artinya lepas.
Pada hari tersebut, beberapa umat Islam Indonesia khususnya, melakukan ritual, seperti mandi mengikuti warisan tradisi dari Wali Songo, salat berjemaah 4 rakaat dengan doa khusus, silaturahmi, dan sedekah.
Asal-usul Rebo Wekasan
Dikutip dari Kompas.com (17/2/2022), tradisi Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo.
Saat itu, banyak ulama yang menyebutkan bahwa pada bulan Safar, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Sebagai antisipasinya, para ulama kemudian melakukan tirakat dengan banyak beribadah dan berdoa.
Baca juga: Tedak Siten, Tradisi Masyarakat Jawa saat Anak Mulai Menapaki Tanah atau Bumi
Diharapkan dengan melakukan hal tersebut, Allah SWT menjauhkan mereka dari segala penyakit dan malapetaka.
Hingga kini, tradisi tersebut masih dilestarikan di berbagai daerah di Indonesia.
Sementara itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan muncul pada awal abad ke-17 di Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Berbagai tradisi Rebo Wekasan di Indonesia
Dilansir dari Kompas.com (20/9/2022), berikut sejumlah tradisi di sejumlah daerah yang memiliki cara dan sebutan berbeda-beda:
1. Yogyakarta
Rebo Wekasan dikenal juga sebagai Rebo Pungkasan oleh Masyarakat Desa Wonokromo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Konon, hari Rabu terakhir bulan Safar merupakan hari pertemuan antara Sri Sultan Hambengkubuwono (HB) I dengan Mbah Kiai Faqih Usman.
Baca juga: Wirid Kunta-Hajji, Tradisi Zikir Warga Chechnya atau Kaukasus Utara Beraliran Sufi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.