TRIBUN WIKI
Fenomena Gunung Lawu 'Bertopi' Sering Terjadi, Kenapa Bisa Begitu? Ini Penjelasan BMKG
Fenomena Gunung Lawu "bertopi" di Kabupaten Magetan terjadi karena faktor cuaca. Awan yang naik ke atas tertahan angin kencang dan membentuk lingkaran
TRIBUN-MEDAN.COM,- Sejak Kamis (5/9/2024), pengguna media sosial dan masyarakat di Kabupaten Magetan dan Ngawi, Jawa Timur sempat ramai membahas soal Gunung Lawu 'bertopi'.
Menurut masyarakat, mereka melihat fenomena Gunung Lawu 'bertopi' ini sekira pukul 05.30 WIB.
Namun, fenomena seperti ini ternyata sudah sering terjadi.
Warga di Kabupaten Ngawi dan Magetan sudah sering melihat fenomena serupa.
Baca juga: Fenomena Langka dan Bikin Heboh, Lantai Rumah Warga Deli Serdang Panas dan Keluarkan Bau
Hanya saja, banyak masyarakat yang belum tahu, kenapa fenomena tersebut bisa terjadi.
Untuk menjawab pertanyaan warga itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap, bahwa fenomena Gunung Lawu 'bertopi' karena faktor alam.
Ahli madya dari BMKG Nganjuk, Setiyaris mengatakan, fenomena Gunung Lawu 'bertopi' merupakan peristiwa alam di mana ada awan yang akan naik ke atas, namun karena cuaca di atas awan berangin kencang, maka awan tersebut tak bisa naik.
Kondisi itulah yang kemudian membentuk gumpalan awan yang terlihat seperti topi di atas gunung atau yang dikenal dengan nama awan lentikular.
Baca juga: Fenomena Awan Berlubang atau Awan Cavum, Faktor dan Penyebab Terbentuknya Celah di Langit
“Jadi awan ini sebenarnya mau naik ke atas, tetapi terpotong oleh angin yang berada di atasnya. Dia terjebak di antara angin di atasnya itu,” ungkap Setiyaris, dikutip dari Kompas.com.
Awan "bertopi" di atas Gunung Lawu, menurut Setiyaris, juga membahayakan penerbangan maupun pendaki yang berada di atas puncak Gunung Lawu.
Sebab, keberadaan awan semacam itu menandakan ada angin kencang di atas awan, yang berbahaya bagi penerbangan.
Awan yang berbentuk topi juga menandakan potensi dibawanya uap air yang bisa menjadi hujan deras di atas puncak Gunung Lawu, sehingga pendaki harus waspada dengan.
Baca juga: Mengenal Fenomena Kodokushi atau Lonely Death yang Makin Mengkhawatirkan di Jepang
“Untuk penerbangan awan ini cukup dihindari, karena menandakan adanya hembusan angin cukup kencang."
"Karena mengandung uap air maka potensi hujan juga cukup besar sehingga harus diwaspadai bagi pendaki,” kata dia.
Terpisah, Parasito Djoyo, warga Kabupaten Ngawi yang lokasinya berjarak sekitar 27 kilometer dari Gunung Lawu berhasil merekam keindahan tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.