Makam Siswa SMP Tewas Dibongkar

Pengakuan SWH Soal Siswanya yang Tewas Usai Dihukum Squat Jump 100 Kali, Syok hingga Diteror

Diketahui, RSS sebagai pelajar juga sekaligus pekerja, mengangkut pakan ternak untuk membantu ekonomi keluarganya. 

|
Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Seli Winda Hutapea memenuhi panggilan Ombudsman Sumut terkait kematian RRS siswa SMPN STM Hilir, Deliserdang, di Jalan Asrama, Medan, Selasa (1/10/2024)  

"Saya datang melayat tapi tidak dibolehkan masuk sama salah satu keluarga korban. Ditahan di luar tidak dibolehkan masuk," katanya. 

"Syok karena satu sisi murid lain melabelkan guru penyebab meninggal. Lalu diteror wa orang tidak dikenal. Banyak yang wa saya pembunuh, harus tanggungjawab," ungkapnya. 

Atas kejadian ini, Ombudsman mempertanyakan kebijakan sekolah, apakah squat jump menjadi cara hukuman.

Dan pihak SMPN 1 STM Hilir mengaku tidak boleh hukuman bersifat fisik kepada anak didik

"Pertama mereka akui kesalahan itu. Lalu peran kepala sekolah kurang pengawasan. Ketiga guru BK, anak ini bukan sekali gak ngerjai tugas, harusnya BK masuk membimbing dan konsuling apa yang jadi beban anak, dan jadi kendala ngerjakan tugas sekolah, karena antar pakan pakai pundak dan becak ke tempat orang," pungkas James Panggabean. 

Diketahui, Rindu Syahputra Sinaga, 14 tahun, warga Dusun I, Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang meninggal dunia tujuh hari setelah dihukum 100 kali squat jump oleh guru mata pelajaran agama Kristen bernama Seli Winda Hutapea.

Yuliana Padang, ibu korban mengungkap, hukuman itu diterima anaknya pada 19 September lalu lantaran tidak bisa menghafal mata pelajaran agama yang disuruh gurunya.

Sepulangnya dari sekolah, anaknya itu mengeluh kesakitan pada bagian kakinya akibat dihukum.

Kemudian keesokan harinya, Jumat 20 September anaknya itu demam tinggi dan mengeluh semakin tak enak badan.

Karena kondisinya tak kunjung pulih, pada Sabtu 21 September, korban terpaksa tidak masuk ke sekolah.

"Hari kamis dihukum guru dia mengeluh kakinya sakit. Hari jumat dia demam panas tinggi, baru hari sabtu dia gak sekolah lagi karena kesakitan," kata Yuliana menirukan ucapan anaknya, Jumat (27/9/2024).

Yuliana mengungkap, kondisi paha korban memar dan membengkak. Urat syaraf pada pahanya pun memerah, dan keras. 

Karena korban tak kunjung sembuh, pada Selasa 24 September ibu korban datang ke sekolah dan meminta izin secara langsung supaya anaknya diizinkan libur karena sakit.

Keesokan harinya, Rabu 25 September kondisi korban semakin parah dan dibawa ke klinik lagi, namun tim medis sudah tidak mampu menangani korban, sehingga korban dirujuk ke RS Sembiring Delitua.

Pada Kamis 26 September, pagi sekitar pukul 06:30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia.

(Dyk/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved