Berita Sumut

Emak-emak Naik Motor Ditendang sampai Jatuh ke Parit, Beringasnya Prajurit TNI Armed Serang Warga

Sri Ulina Perangin-angin, seorang ibu berusia 35 tahun, masih takut untuk keluar rumah setelah mengalami serangan brutal oleh sejumlah prajurit Armed

Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Komandan Batalyon Artileri Medan 2, Letkol Arm Herman Santoso (seragam TNI) menanggapi ratusan warga yang menggeruduk Batalyon Armed akibat sejumlah anak buahnya diduga membantai warga sipil di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (9/11/2024). Ia berjanji bertanggungjawab atas insiden yang menyebabkan korban jiwa dan luka. 

"Di situ pintu didobrak dan mereka menanyakan keberadaan Andre Ginting. Setelah itu saya buka pintu, saya diseret keluar dan saya dipukuli," sambungnya.

Setelah diseret dan dipukuli, pria berusia 18 tahun ini dibawa ke Batalyon Armed 2/105 Kilap Sumagan. Di sini dia diperlakukan seperti penjahat. "Saya mengalami luka kepala bocor, punggung dan tangan memar dihantam pakai pistol," katanya.

Baca juga: KALA Anak-anak Pun Takut ke Sekolah, Trauma Berat Akibat Serangan Brutal Prajurit TNI Armed 2/KS

Sabtu siang, sekira pukul 13:30 WIB, suasana kembali memanas ketika ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru beramai-ramai membawa mayat Raden Barus (60), korban tewas ke Batalyon Armed 2/105 KS.

Awalnya warga berkumpul di rumah duka korban di Dusun IV, Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang sejak pagi menunggu jenazah korban tiba usai diautopsi.

Setibanya mobil ambulan, warga langsung bergerak beramai-ramai membawa mobil ambulan berisi mayat korban ke Batalyon Armed.

Mobil ambulan dikemudikan sopir dan diisi keluarga melaju pelan-pelan, diikuti warga yang berjalan kaki, juga menaiki sepeda motor dari belakang.

Sambil berjalan menuju Armed, warga terus berteriak menuntut keadilan. Di tengah perjalanan, situasi sempat memanas karena mereka sempat dihalang-halangi personel TNI berseragam lengkap hingga mobil ambulans mogok.

Tak mau menyerah, masyarakat akhirnya melanjutkan perjalanan dengan cara mendorong mobil beramai-ramai. Kurang lebih 200 meter sebelum tiba di gerbang Batalyon Armed, 2 truk pengangkut personel TNI keluar dari Batalyon dengan kecepatan tinggi hingga nyaris menabrak masyarakat.

Diduga, mobil ini akan menghalau masyarakat yang semakin dekat ke Batalyon karena dikabarkan Pangdam I Bukit Barisan Letjen Mochammad Hasan berada di dalam.

Namun dua truk tadi memutar balik dan menutup jalan kurang lebih 50 meter dari gerbang Batalyon untuk menghalau massa masuk.

Setibanya di depan Armed situasi memanas karena warga berusaha masuk ke dalam menemui petinggi Batalyon.

Salah satu warga, Herna, mengatakan Raden Barus merupakan korban kekejaman personel TNI. Ia menyebut, aparat negara itu beramai-ramai menganiaya pria 60 tahun itu tanpa belas kasih.

Kedatangan mereka ke Batalyon menuntut keadilan tewasnya Raden Barus diduga akibat digebuki dan ditusuk. "Ke sini nuntut keadilan. Dia pelindung kenapa dia dibunuh," kata Herna, dijumpai di depan Batalyon Armed 2/105 Kilap Sumagan, Sabtu (9/11/2024).

Herna mengungkap, sejauh ini korban tewas satu orang. Ada belasan korban luka, tapi dikabarkan delapan orang yang luka parah. Dari jumlah itu, satu di antaranya tangannya hampir putus akibat ditebas.

Terpisah, Kapendam I Bukit Barisan Kolonel Dody Yudha, saat ini kasus tersebut telah ditangani oleh Pomdam I Bukti Barisan. Pihaknya juga telah mengambil langkah-langkah, usai peristiwa penyerangan tersebut. 

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved