Ngopi Sore

Macam-macam Teh untuk Gus Miftah

Rasa-rasanya, hampir semua orang di negeri ini tahu, baik yang suka maupun tak suka padanya.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Ayu Prasandi
HO
Gus Miftah 

Untuk penyajian, ada yang ditubruk, ada juga yang dicelup.

Mereknya? Dari yang berizin sampai yang beredar dari tangan ke tangan tanpa menyertakan label halal MUI dan standarisasi BPOM, jumlahnya bisa ratusan, termasuk tentunya yang tanpa merek sama sekali, yang hanya ditambahkan beberapa sendok gula dan es batu dan dibanderol 5 ribuan saja, entah itu dijual di lapak atau dibawa berkeliling, dijunjung di kepala.

Di antara macam-macam teh ini, yang disebut terakhir sedang jadi perbincangan ramai.

Ihwal perkaranya adalah Miftah Maulana Habiburrahman, alias Gus Miftah, pendakwah yang ditarik masuk kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

Saat tampil di acara pengajian dan selawatan yang digelar di Lapangan Drh Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 20 November 2024, Gus Miftah berinteraksi dengan seorang pedagang es teh yang berada di antara kerumunan massa di depan panggung.

Konon saat itu Gus Miftah sedang menyampaikan ceramah tentang konsep rezeki.

Sejumlah peserta pengajian dan selawatan kemudian berteriak agar Gus Miftah, dan orang-orang yang duduk di dekatnya di atas panggung, untuk membeli es teh yang dijual pedagang tersebut.

Teriakan ini didengar Gus Miftah, yang kemudian balik bertanya, dalam bahasa Jawa, “Es tehmu isih akeh ora?” –dalam bahasa Jawa, ‘isih akeh ora’ kurang lebih berarti ‘masih banyak atau tidak (?)’.

Tak jelas apa jawaban pedagang es teh.

Namun kemungkinan besar mengangguk, atau menjawab ‘masih’, hingga kemudian dari Gus Miftah meluncur kalimat yang melesatkan momentum ini jadi viral luar biasa di media sosial: “yo kono didol, goblok. Dolen disek, ngko ra kon payu, wes, takdir”.

Iya, sebut Gus Miftah, (jika masih banyak) sana dijual, goblok. “Kalau (sudah ada usaha menjual) tapi belum laku, itu takdir.”

Belakangan, persisnya setelah video momentum ini beredar di media sosial dan dengan cepat jadi viral (bahkan sempat trending topic nomor satu di ‘X’), Gus Miftah menyebut konteks kalimat-kalimatnya adalah sekadar guyonan, yang merupakan warna dari ceramah-ceramahnya selama ini.

Gus Miftah senang berguyon.

Rasa-rasanya, hampir semua orang di negeri ini tahu, baik yang suka maupun tak suka padanya.

Bahkan kadangkala guyon-guyonannya demikian nyelekit melebihi lontaran, katakanlah, para comic di program ‘Somasi’ besutan Deddy Corbuzier.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved