Berita Viral

SELURUH Persenjataan Udara Suriah Dihancurkan Israel, Kini Lebih Leluasa Jika Menyerang Iran

Sejumlah media internasional menyoroti berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor Israel dan Iran yang punya andil cukup penting.

|
Editor: AbdiTumanggor
X
Israel kini telah menghancurkan pertahanan udara Suriah. Ini berarti Israel dapat menggunakan wilayah udara Suriah dengan lebih bebas, menjadikan Suriah sebagai batu loncatan untuk menyerang Iran. (X/Naftali Hazony @nhazony) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Israel telah menghancurkan hampir 90 persen pertahanan udara dan situs militer Susiah dan juga menguasai Dataran Tinggi Golan di Suriah, setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad. 

Dengan penghancuran pertahanan udara Suriah ini, Isral semakin membuka lebar pelung jika menyerang Iran. 

Jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak terjadi karena faktor tunggal.

Sejumlah media internasional menyoroti berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor Israel dan Iran yang punya andil cukup penting.

Media Financial Times, dikutip Jumat (13/12/2024), mengulas salah satu penyebab kejatuhan Assad adalah karena kelemahan dukungan Iran dan Rusia, sebagai sekutu Assad.

Rusia sibuk beperang, begitu juga dengan Iran yang terus memanas dengan Israel. Sehingga, Israel dituding punya peran penting dalam kejatuhan Assad. 

Media Israel, Walla, melaporkan sejumlah kubu oposisi Suriah yang berhasil menjatuhkan rezim Assad, punya hubungan penting dengan Israel.

Laporan itu kemudian dikutip oleh media Iran (IRNA dan Press TV) yang intinya, Israel menjalin hubungan dengan beragam faksi oposisi, termasuk Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

Media Israel lainnya, The Times of Israel, malah menyebutkan bahwa HTS selama ini tidak pernah menyerang Israel.

Redaksi The Times of Israel  juga mewawancarai salah satu komandan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA). Menurut media tersebut, komandan itu menolak identitasnya diungkap. Dalam wawancara, secara gamblang disebutkan bahwa Israel bukan musuh mereka.

Pasukan oposisi itu tegas menyatakan bahwa musuh mereka adalah Bashar Al-Assad, Iran, dan Hizbullah.

”Kami berterima kasih atas serangan Israel terhadap Hizbullah dan infrastruktur Iran di Suriah. Kami harap setelah Assad jatuh, Israel menanam mawar di kebun Suriah dan mendukung warga Suriah,” katanya. 

Ia juga memastikan, Israel tidak akan mencaplok Suriah dalam hal wilayah. Warga masyrakat Suriah akan tetap tinggal dan hidup di negaranya. Pihaknya juga meminta masyarakat Suriah agar segera kembali ke rumahnya dari tempat pengungsian dan pelarian.

MIILITER Israel kuasai zona penyangga Dataran Tinggi Golan. Israel dilaporkan menguasai buffer zone atau zona penyangga di Dataran Tinggi Golan bagian dari teritori Suriah usai ditinggalkan oleh pasukan militer Presiden Bashar Al Assad. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga telah memerintahkan militernya untuk merebut kembali wilayah tersebut usai ditinggalkan oleh pasukan Suriah. (AFP)
MIILITER Israel kuasai zona penyangga Dataran Tinggi Golan. Israel dilaporkan menguasai buffer zone atau zona penyangga di Dataran Tinggi Golan bagian dari teritori Suriah usai ditinggalkan oleh pasukan militer Presiden Bashar Al Assad. (AFP) 

Kuasai Dataran Tinggi Golan

Sementara, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah di bagian selatan sekitar seluas 14 Km yang diduduki Israel selama hampir 60 tahun, akan selamanya tetap menjadi bagian dari Israel.

Penegasan tersebut, seperti dilansir AFP, Selasa (10/12/2024), disampaikan Netanyahu pada Senin (9/12/2024) setelah kritikan menghujani langkah Israel mengambil alih zona penyangga (buffer zone) di sepanjang perbatasan Suriah, usai tumbangnya rezim Presiden Bashar al-Assad.

Berbicara dalam konferensi pers di Yerusalem, Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang pada periode pertamanya telah mengakui aneksasi yang dilakukan Tel Aviv atas Dataran Tinggi Golan tahun 1981 silam.

"Golan (yang telah diduduki Israel selama 60 tahun) akan menjadi bagian dari Negara Israel untuk selamanya," tegas Netanyahu dalam konferensi pers tersebut.

Israel merebut sebagian besar area Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama Perang Enam Hari tahun 1967 silam, dan terus mendudukinya sejak saat itu, bahkan menggagalkan upaya Suriah merebut kembali area tersebut dalam perang Arab-Israel tahun 1973.

PM Israel Netanyahu mengatakan kendali Israel atas Dataran Tinggi Golan "menjamin keamanan dan kedaulatan kami".

Netanyahu pun memerintahkan pasukan militer Israel untuk berpindah ke zona penyangga -- yang menjadi area patroli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) -- di sebelah timur area Golan yang dianeksasi Tel Aviv, setelah pasukan pemberontak Suriah menumbangkan rezim Assad.

PBB dan beberapa negara tetangga Israel mengecam langkah tersebut, dengan juru bicara PBB menyebut tindakan Tel Aviv telah melanggar perjanjian pelepasan keterlibatan antara Israel dan Suriah yang ditandatangani tahun 1974 silam.

Rusia Ingatkan Israel Konsekuensi Besar

Sementara, Rusia menyatakan tindakan Israel merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, Suriah, akan memiliki konsekuensi yang berbahaya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan perebutan zona penyangga Dataran Tinggi Golan bisa semakin memicu ketidakstabilan di negara. 

"Tentu saja serangan dan tindakan (Israel) di Dataran Tinggi Golan, di zona penyangga, tidak mungkin berkontribusi untuk menstabilkan situasi di Suriah yang sudah tidak stabil," kata Peskov pada Rabu (11/12/2024), seperti dikutip Anadolu Agency.

Peskov menyampaikan Rusia ingin segera melihat situasi di Suriah stabil dengan cara apa pun. Karenanya, Moskow akan memantau ketat semua yang terjadi di Suriah dan terus berkontak dengan mereka yang saat ini mengendalikan situasi di sana. "Ini diperlukan karena pangkalan kami ada di sana, misi diplomatik kami juga ada di sana,"ucapnya.

Peskov juga mengatakan Rusia telah membantu Suriah "pada suatu waktu" untuk menstabilkan situasi di negara tersebut setelah hal ini mengancam seluruh kawasan.

Ia menyampaikan Kremlin telah "memenuhi misinya" dengan "banyak upaya" demi mencapai hal itu. "Sayangnya, (rangkaian kejadian ini) mengarah pada situasi yang ada saat ini," kata Peskov.

Israel kini telah menghancurkan pertahanan udara Suriah. Ini berarti Israel dapat menggunakan wilayah udara Suriah dengan lebih bebas, menjadikan Suriah sebagai batu loncatan untuk menyerang Iran. (X/Naftali Hazony @nhazony)
Israel kini telah menghancurkan pertahanan udara Suriah. Ini berarti Israel dapat menggunakan wilayah udara Suriah dengan lebih bebas, menjadikan Suriah sebagai batu loncatan untuk menyerang Iran. (X/Naftali Hazony @nhazony) (X)

Israel Berpotensi Menyerang Iran

Pemerintahan Presiden Bashar Al Assad runtuh usai kelompok milisi merebut seluruh kota pada Minggu (8/12/2024) dan membuat keluarga Assa lari ke Rusia.

Kejatuhan Al Assad dimanfaatkan oleh Israel yang langsung mengerahkan pasukan untuk merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan. 

Bukan cuma itu, Israel juga menyerbu situs-situs militer di seluruh Suriah dengan dalih agar persenjataan militer yang tersisa tak digunakan kelompok pemberontak.

Dengan penghancuran seluruh pertahanan udara Suriah dan penguasaan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan ini, Israel lebih mudah menyerang Iran suatu waktu.

"Israel kini telah menghancurkan pertahanan udara Suriah, menjatuhkan 1.800 bom di lebih dari 500 sasaran dalam beberapa jam. Ini berarti Israel dapat menggunakan wilayah udara Suriah dengan lebih bebas, menjadikan Suriah sebagai batu loncatan untuk menyerang Iran,"tulis Naftali Hazony melalui akun X @nhazony, Jumat (13/12/2024).

Detik-detik Israel Hancurkan Pertahanan Udara Suriah

Detik-detik IDF Israel menghancurkan pertahanan udara Suriah turut diunggah akun X Open Source Intel @Osint613, Jumat (13/12/2024).

Dalam unggahannya Osint613 menyebut: "Koridor Terbuka ke Iran, Angkatan Udara Israel Meringkas Operasi untuk Memusnahkan Tentara Assad"

"Menurut perkiraan, 86 persen sistem pertahanan udara (SAM) Suriah telah hancur. Hal ini menandai perubahan yang signifikan, karena Suriah, yang pernah menjadi ancaman besar bagi pesawat Angkatan Udara Israel (IAF) karena sistem rudal anti-pesawatnya yang padat, kini tidak terlalu menimbulkan ancaman udara, sehingga wilayah udara Suriah jauh lebih aman dan lebih mudah diakses untuk penerbangan,"tulis @Osint613.

@Osint613 melanjutkan, peluang strategis melawan Iran. "Mengingat perkembangan terkini di Timur Tengah, IDF yakin kini ada peluang untuk menyerang fasilitas nuklir Iran,"lanjutnya.

"Berbagai organisasi keamanan, termasuk IDF, saat ini terlibat dalam persiapan antar organisasi yang komprehensif yang melibatkan intelijen dan perencanaan operasional. Upaya-upaya ini bertujuan untuk memberikan kemampuan dan pilihan militer kepada para pemimpin politik untuk melakukan serangan semacam itu,"jelasnya lagi.

Lebih lanjut, @Osint613 menjelaskan, pertahanan udara Suriah yang hancur. "IAF fokus pada sistem pertahanan udara paling canggih di Suriah, yang telah berhasil mencegat banyak rudal selama beberapa tahun terakhir, yaitu: sistem SA-17: 80 persen hancur, sistem SA-22: 86 persen hancur,"bebernya.

Selain itu, jelas @Osint613, 90 persen pesawat MiG-29 Suriah dan sekitar 80 persen pesawat Sukhoi-24 juga telah hancur, yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas operasional Angkatan Udara Suriah secara keseluruhan sebesar 61 persen.

"Hasil dari sistem rudal dan senjata Assad lebih bervariasi. Beberapa sistem rudal mengalami kerusakan sebesar 80-90 persen, sementara sistem rudal lainnya hanya terkena dampak sebesar 20-30 persen. IDF menilai senjata canggih, rudal, dan kemampuan militer lainnya kini mungkin jatuh ke tangan faksi pemberontak, yang beberapa di antaranya mungkin belum disadari oleh Israel. Target dipilih berdasarkan prioritas,"pungkasnya.

Akun @Doron_Kadosh menyampaikan, skala operasi IAF melakukan sekitar 500 serangan selama operasi tersebut, menggunakan 1.800 amunisi.

"Operasi tersebut pada awalnya tidak direncanakan dan melibatkan penggunaan amunisi yang awalnya dialokasikan untuk front lain,"ungkapnya.

"Keputusan untuk melancarkan operasi datang terlambat. Pada hari Kamis, hanya dua hari sebelum rezim Assad jatuh, rencana tersebut diselesaikan dan disetujui oleh komandan Angkatan Udara. Pertimbangan akhir mengenai kapan harus melanjutkan berlanjut hingga Sabtu malam. Pada hari Minggu pukul 10:00, operasi tersebut diberi lampu hijau, dan IAF melancarkan gelombang serangan besar-besaran di seluruh Suriah,"sambung @Doron_Kadosh.

Masyarakat Iran Salahkan Hamas dan Hizbullah Atas Kemarahan Israel

Dengan kejatuhan Suriah ini, masyarakat Iran turut was-was. Sebelumnya telah terjadi serangan udara Israel terhadap Iran pada Sabtu (26/10/2024) pagi lalu.

Dengan kondisi ini, banyak orang di Iran melampiaskan rasa frustrasi mereka di media sosial.

Israel melancarkan serangan udara dini hari terhadap sasaran militer di Iran sebagai pembalasan atas penembakan Iran terhadap Israel awal bulan Oktober lalu.

Atas kondisi ini, Iran telah menderita masalah ekonomi yang serius.

Menurut laporan dari platform berita IranWire, yang dijalankan oleh jurnalis Iran di pengasingan, mata uang nasional Iran, real, anjlok di tengah ketegangan dengan Israel.

Kekhawatiran akan perang regional telah menyebabkan nilai tukar dolar melemah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Selain itu, menurut informasi resmi, tingkat inflasi melonjak sebesar 33 persen pada akhir tahun lalu. Harga diperkirakan akan terus meningkat secara dramatis. Menurut parlemen Iran, tingkat kemiskinan di negara tersebut terus meningkat selama lima tahun. Sepertiga penduduk tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dasarnya dengan pendapatan mereka.

Kemarahan rakyat Iran terhadap Hizbullah dan Hamas

Sementara itu, para investor berusaha untuk melikuidasi aset mereka di Bursa Efek Teheran. Hal ini menyebabkan terhentinya transaksi-transaksi besar karena banyak orang menunggu arah konflik ini. Banyak warga Iran yang mengaitkan keruntuhan ekonomi negara mereka karena dukungan keuangan pemerintah terhadap Hizbullah dan Hamas.

Menurut laporan dari saluran berita Iran yang berbasis di London, Iran International, banyak orang di Iran menuduh pemerintah lebih fokus pada konflik luar negeri daripada mengatasi masalah-masalah mendesak di dalam negeri.

Kesenjangan antara narasi resmi dan suasana di lapangan dapat berdampak luas terhadap stabilitas internal Iran, terutama jika ketegangan militer terus meningkat.

Menurut Reporters Without Borders, Iran adalah "salah satu negara paling represif di dunia dalam hal kebebasan pers." Sensor yang ketat menjadi lebih parah lagi setelah serangan Israel.

Seorang jurnalis yang berbasis di Teheran, yang tidak ingin disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan kepada DW bahwa "tidak ada yang bisa ditulis. Media tidak berani menulis apa pun selain posisi resmi." Pers dilarang memposting, bahkan di laman media sosial pribadinya.

Pakar media Iran, Babak Dorbeiki, mengkritik pembatasan terhadap media independen setelah serangan Israel. 

Dorbeiki adalah mantan penasihat dan kepala Pusat Hubungan Masyarakat dan Informasi Kementerian Kebudayaan pada masa pemerintahan Presiden Hassan Rouhani (2013-2021).

Di media sosial di negara ini, orang-orang menggunakan VPN (Virtual Non-Public Networks) untuk melewati batasan online.

Di medsos, pengguna mengungkapkan kemarahan mereka kepada pemerintah dan mempertanyakan mengapa mereka tidak diberi peringatan tentang serangan tersebut sehingga mereka dapat mencari perlindungan.

Mereka juga menyatakan keprihatinan mengenai kurangnya tempat perlindungan karena negara tersebut mungkin sedang menuju perang.

Beberapa pihak mengaitkan meningkatnya konflik militer dengan Israel karena tindakan sembrono Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan Garda Revolusi.

Di Mesir, Yordania, Maroko, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak, ribuan orang turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang perang Iran dengan Israel.

"Rakyat Iran tidak berkeinginan untuk berperang dengan Israel... (dan) hanya memiliki sedikit rasa permusuhan terhadap Israel," tulis sejarawan Arash Azizi, seorang peneliti tamu di New York University yang meneliti Iran, di Majalah The Atlantic.

Kritik terhadap rezim tersebut memperkirakan bahwa perang melawan Israel dapat semakin memperburuk penindasan terhadap penduduk di Iran.

"Kenyataannya adalah perang menyebabkan peningkatan penindasan dan tekanan terhadap pihak oposisi, ini tidak memberikan kontribusi terhadap demokrasi di Iran," kata Nazila Golestan, tokoh oposisi di pemerintahan Iran yang berbasis di Paris, kepada DW.

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved