Berita Medan

Pertunjukkan Teater Horor dari Mahasiswa Unimed, Angkat Cerita Begu Ganjang

Bukan tanpa sebab mengapa nilai-nilai kerakusan hingga hasrat haus kekuasaan ditonjolkan. 

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Pertunjukkan teater bertajuk Jojak di Bagas Narumun dari mahasiswa Sasindo Unimed, bercerita tentang cerita rakyat Begu Ganjang dari Batak. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (Sasindo) Universitas Negeri Medan (Unimed) hadirkan pertunjukkan teater bertema horor yang mengangkat cerita rakyat Begu Ganjang dari Tanah Batak.

Simbol-simbol angkara murka secara masif terekspos dalam pertunjukan teater bertajuk "Jojak di Bagas Narumun".

Bukan tanpa sebab mengapa nilai-nilai kerakusan hingga hasrat haus kekuasaan ditonjolkan. 

Pertunjukan bertema horor ini menyiratkan kepada penontonnya untuk tidak memelihara ketamakan di dalam hati, karena hal itu akan merugikan diri sendiri.

Pertunjukkan tersampaikan dengan apik lewat alur dan gejolak emosi para tokoh.

Sebab para pemeran yang semuanya merupakan mahasiswa itu dapat luwes dalam berlakon.

Begitu pula dengan sajian dramatis yang melengkapi setiap segmennya.

"Pertunjukan ini diadaptasi ulang dari cerita adat Batak, cerita tentang Begu Ganjang," ujar sang Sutradara, Wira Winalda.

Begu Ganjang dalam kepercayaan masyarakat Batak merupakan makhluk astral atau roh jahat.

Begu Ganjang dipercaya dapat dipelihara siapa pun asal si empunya rutin memberi tumbal.

Dalam pertunjukan  "Jojak di Bagas Narumun" ini, kehadiran sosok Begu Ganjang dimanfaatkan salah satu tokoh utama untuk membantunya menunaikan hawa nafsu. Termasuk menjadi sosok yang berkuasa.

"Tema ini diangkat karena kita tinggal di Sumut yang tentunya banyak cerita fenomenal. Melalui pertunjukan hari ini, kita ingin menunjukkan bahwa manusia sangat dekat dengan pengkhianatan dan kekuasaan," ungkapnya.

Pertunjukan ini menggambarkan konflik antar penduduk kampung yang rela melakukan cara keji termasuk membuat perjanjian dengan Begu Ganjang. Uniknya, mereka menyentuh isu moralitas berupa kesombongan dan dampak dari perbuatan manusia. 

"Dalam pertunjukan ini, cerita Begu Ganjang kita kontruksikan untuk pertunjukan teater. Di mana kita menceritakan tentang pengkhianatan dan kerakusan dalam sifat manusia, begitu pula dengan rasa haus kekuasaan. Itulah mengapa kemudian mengikat si Begu Ganjang sebagai salah satu sumber kekuatan tokoh utama agar bisa kembali berkuasa," ucap Wira.

Cerita puncaknya ketika salah satu anak kampung menghilang.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved