Tahanan Polrestabes Medan Tewas

Kapolrestabes Medan Kombes Gidion Enggan Jelaskan Kasus Kematian Tahanan Diduga Dianiaya Polisi

Saya lihat udah lebam-lebam, badan biru-biru, dadanya juga. Di rumah sakit (meninggalnya). Saya gak tahu di mana suami saya dipukuli.

|
TRIBUN MEDAN/DEDY KURNIAWAN
Kapolrestabes Medan, Kombes Gidion berulangkali memohon waktu saat diwawancarai soal tahanan tewas, diduga dianiaya oknum Polrestabes Medan. Dia menolak memberi keterangan kepada puluhan jurnalis saat meninjau lokasi kasus penganiayaan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kamis sore pukul sekitar 17.10 WIB, (26/12/2024) 

TRIBUN-MEDAN. com, MEDAN - Kapolrestabes Medan Kombes Pol Gideon Arif Setyawan belum bersedia menjelaskan perihal dugaan penganiayaan tahanan di Polrestabes Medan yang berujung kematian. 

Ditemui di Medan, Gideon mengatakan belum dapat memberikan keterangan apa pun mengenai peristiwa tersebut.

Pihaknya lanjut Gideon, masih mendalami peristiwa tersebut. 


"Bentar, saya masih butuh waktu sebentar. saya nanti akan jelaskan supaya tidak putus-putus. biar sedikit komprehensif lah biar saya lihat dulu," ujarnya, Kamis (26/12/2024). 

Nasib pahit sebelumnya  dialami Dumaria Simangunsong warga Desa Sei Semayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 

Suaminya Budianto Sitepu (42), yang meninggalkan rumah dalam kondisi sehat pada 24 Desember malam dia temui tewas di Rumah Sakit Bhayangkara, kota Medan pada Kamis (26/12/2024). 


Ibu lima orang anak itu sangat terpukul, niatnya ingin menjenguk suaminya yang disebut sakit usai dua hari ditahan di Polrestabes Medan berakhir kepedihan.

Di depan ruang jenazah RS Bhayangkara, Dumaria tertegun. Tampak wajahnya pucat sambil terus meneteskan air mata. 

Dia mengatakan, hari itu berencana menemui suaminya yang ditahan polisi. 

Namun dia mendapat kabar bila Budianto tak lagi berada di tahanan Polrestabes Medan dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara karena sakit. 

"Semalam saya ke sana Polrestabes Medan mau melihat. Gak boleh. Makanan yang saya bawa aja yang dikasihkan. Saya minta tolong mau melihat aja dari jauh sebentar aja gak boleh. Besok aja katanya kalau mau," kata Dumaria, Kamis (26/12/2024). 

 

"Pas saya datang ke Polrestabes Medan (hari ini) , minta tolong saya untuk melihat suami gak boleh juga. Terus diberitahu bila suami saya ada di rumah sakit, sakit katanya begitu," 

Mendapatkan kabar suami masuk rumah sakit, Dumaria semakin khwatir. Dia buru buru ke rumah sakit Bhayangkara. 

Tanpa tau pasti keberadaan sang suami, Dumaria menyisir ruang perawatan di rumah sakit milik Polri itu.

Pertanyaan Dumaria soal keberadaan sang suami juga tak dijawab oleh petugas rumah sakit Bhayangkara yang dia temui. 

Getirnya lagi saat mencari suaminya, Dumaria berpapasan dengan petugas rumah sakit yang mendorong jenazah. 

Seperti punya feeling, dia melihat wajah jenazah yang diboyong petugas kamar jenazah mirip suaminya. 


"Jadi ini kami sendiri yang datang kemari lihat. Kami minta tolong sama pihak RS Bhayangkara itu pun tidak boleh," kata Dumaria. 


"Hanya pas lewat saja saya nampak seperti suami saya digotong pakai tempat jenazah. Saya lihat wajahnya iya itu suami saya.
Udah meninggal," lanjutnya. 

Melihat sang sang suami tak bernyawa Dumaria histeris dan merasa terpukul. Suaminya yang dia lihat sehat dua hari lalu kini terkulai kaku. 

Tangannya dan mulutnya diperban. Wajah penuh bekas lebam, begitu juga dada, kaki dan bahunya. 


"Saya lihat udah lebam-lebam, badan biru-biru, dadanya juga. Di rumah sakit (meninggalnya). Saya gak tahu di mana suami saya dipukuli. tapi kondisi suami saya waktu dibawa ke Polres gak begitu, sehat setelah meninggal saya lihat semuanya lebam-lebam, biru," kata Dumaria haru. 


Ihwal Kasus Penangkapan

Dumaria tak tahu pasti mengapa suaminya ditahan polisi. Sepucuk surat pemberitahuan juga tak diberikan kepada keluarga atas penangkapan Budianto dan dua orang rekannya. 

Namun sebut Dumaria, pada malam kejadian suaminya sedang minum minum sambil menghidupkan musik di daerah rumahnya. 

"Setahu saya, karena saya tak ikut, awalnya mereka buat acara minum minum pada tanggal 24 Desember malam. Karena mereka musik-musikan sampai malam, terganggulah masyarakat di situ," kata Dumaria. 

Dari situ, polisi kemudian mendatangi Budianto yang saat itu bersama sejumlah rekannya. 

Dumaria mengatakan sempat terjadi perdebatan antara suaminya dan polisi sebelum tiga orang diamankan ke Polrestabes. 

Ketiga orang yang diamankan antara lain Budianto, Dedy Pasaribu dan Girin. 


"Sekitar jam 11 malam lah kejadian itu. Cuman saya tahu jam 1 suami saya sudah ditangkap. Sebenarnya gara-gara ributnya, dipengaruhi minuman keras. Jadi saya tahu suami saya ditangkap dari anggota dan kawan-kawannya. Dari polisi enggak ada (diberitahu)," lanjutnya. 


Dumaria mengatakan sebelum ditahan polisi sang suami dalam kondisi sehat. Dia pun yakin suaminya dianiaya saat berada di tahanan polisi. 

"Saya gak tahu di mana suami saya dipukuli. tapi kondisi suami saya waktu dibawa ke Polres gak begitu sehat. Setelah meninggal saya lihat semuanya lebam-lebam, biru," ujarnya. 

Merasa janggal dengan kematian sang suami, Dumaria pun berharap agar kematian suaminya untuk diungkap. 

"Saya minta seadil-adilnya. karena suami saya pas dibawa baik-baik aja. tapi kenapa pas meninggal suami saya dalam kondisi lebam-lebam biru biru?."

(cr17/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved