PSMS Medan Dijual, Bobby Nasution Siap Beli, Ingin Duet dengan Edy Rahmayadi Bangun Ayam Kinantan
Isu PSMS Medan dijual terus merebak. Rencana penjualan saham klub berjuluk Ayam Kinantan ini, mendapat respons dari Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Isu PSMS Medan dijual terus merebak. Rencana penjualan saham klub berjuluk Ayam Kinantan ini, mendapat respons dari Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Kata Bobby Nasution, jika Edy Rahmayadi mau melepas semua sahamnya di PSMS, dirinya enggan untuk membelinya.
Adapun Edy Rahmayadi diketahui merupakan pemegang saham mayoritas PSMS Medan.
Bobby bilang, siap membeli saham PSMS Medan jika nantinya berbarengan dengan Edy Rahmayadi dalam membangun klub sepak bola kebanggaan masyarakat Kota Medan dan Sumatra Utara (Sumut).
"Kalau Pak Edy melepas semua enggaklah (enggak mau beli). Tapi, kalau sama-sama Pak Edy (membangun PSMS) mau," ucapnya, Senin (20/1/2024).
Awalnya, Bobby Nasution enggan menjawab apakah dirinya mau membeli klub PSMS Medan. Ia hanya tertawa kecil.
Meski begitu, Bobby mendoakan agar PSMS Medan tetap berjaya.
"Beli gimana, yang pasti kita berharap PSMS kembali berjaya," ujarnya.
Baca juga: Berita Foto: Menang Lawan SFC, Jadi Modal Bagi PSMS Medan Dalam Persaingan Play Off Degradasi Liga 2
Diberitakan sebelumnya, kabar PSMS Medan dijual disampaikan langsung oleh Direktur Utama PT Kinantan Medan Indonesia (KMI), Arifuddin Maulana Basri, setelah dipastikan gagal ke babak 8 besar Pegadaian Liga 2 musim 2024-2025.
Meski begitu, Arifuddin menegaskan sejauh ini belum ada keputusan resmi.
“Terkait polemik pindah tangan kepemilikan PSMS, kami sedang menunggu kabar dari calon pembeli. Kalau yang tanya-tanya banyak, tapi belum tahu mana yang serius. Intinya, kami sudah ikhlas kalau ini harus berpindah kepemilikan," kata Arifuddin, dalam keterangan tertulis yang diterima tribunmedan.com, Kamis (16/1/2025).
Arifuddin mengungkapkan, ada dua syarat utama yang ditetapkan pembina PSMS Medan, Edy Rahmayadi, kepada calon pembeli
Pertama, PSMS Medan harus tetap bermarkas di wilayah Sumut. Sedangkan syarat kedua adalah menjaga marwah PSMS.
"Permintaan pembina hanya dua, jangan dibawa ke luar Sumatera Utara, dan yang kedua, tolong dijaga dengan baik," ujarnya tegas.
Soal nilai jual PSMS, Arifuddin tidak merinci. Baginya, harga klub berjuluk Ayam Kinantan itu tidak hanya dilihat dari sisi finansial.
"Kalau soal harga, ya relatif. Tidak bisa kita cerita untung rugi. Selayaknya tim Liga 2 saja, tapi PSMS ini punya value yang lebih. Kalau memang serius untuk PSMS, calon pembeli tak seharusnya memperdebatkan hal itu," jelasnya.
Ia juga menambahkan pesan untuk pihak yang berminat mengambil alih PSMS. "Intinya, kami pun tahu diri. Dan kalau kata anak Medan, jangan tembak lari," ungkapnya.
Meski isu kepemilikan PSMS terus berembus, Arifuddin memastikan hingga kini belum ada kesepakatan resmi dengan pihak mana pun.
"Masih saya dan ayah (Edy Rahmayadi) yang membiayai ini semua. Tolong doakan tim kita ini bisa melewati babak play off dengan baik. Saya tekankan kepada pemain harus bermain all-out demi marwah PSMS. Tugas saya adalah membiayai ini sampai selesai," ucapnya.
Saat ini, PSMS Medan tengah bersiap menghadapi babak playoff degradasi Liga 2. Meski menghadapi tekanan finansial dan isu kepemilikan, semangat juang tim Ayam Kinantan tetap tinggi.
Sejarah PSMS Medan
PSMS Medan termasuk salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia. Klub berjuluk Ayam Kinantan itu juga tercatat memiliki segudang prestasi di blantika sepak bola Nasional.
Hingga dengan segala macam dinamikanya, PSMS Medan kini tertahan di kasta kedua kompetisi sepakbola Tanah Air.
Lalu, bagaimana sejarah terbentuknya PSMS Medan?
Pengamat sepak bola Sumut, Indra Efendi Rangkuti menuturkan, sejarah PSMS dimulai dengan lahirnya Delische Voetbal Bond (DVB).
Dijelaskannya, secara eksplisit, para pemangku kepentingan sepakbola di Medan memulai rapat umum pertama untuk membentuk serikat, pada 7 Juli 1907.
Kemudian dengan berdirinya OSVB pada tahun 1915, DVB secara terbuka menyatakan bersedia untuk berintegrasi dengan OSVB.
Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi, coverage area OSVB sudah tidak efektif lagi. Pada bulan September 1949, para pemangku kepentingan sepak bola di Medan membentuk VBMO.
Lalu, pada tahun 1948 VBMO diterjemahkan menjadi Persatuan Sepakbola Medan Sekitarnya dan kemudian serikat sepakbola Medan.
Pada masa pendudukan Belanda, ada dua organisasi sepak bola di Negara Sumatera Timur, yakni Rumah Susun Football Club (RSFC) yang berdiri awal 1930-an dan Oost Sumatera Voettbal Bond (OSVB).
"Banyak yang menyebut RSFC dan OSVB ini embrio PSMS. Namun, tidak ada bukti yang jelas bahwa MVC, DVB, OSVB, VBMO, RSFC, dan klub sepak bola lain yang didirikan pada masa kolonial Belanda adalah cikal bakal PSMS," katanya, beberapa waktu lalu.
Lanjutnya, penggagas lahirnya PSMS Medan diinisiasi oleh enam orang tokoh yang mewakili enam klub amatir yang ada di Medan tahun 1950.
Di antaranya Adinegoro (Al Wathan), Sulaeman Siregar (PO Polisi), TM Harris (Medan Sport), dr Pierngadi (Deli Matschapij), Madja Purba (Sahata), dan Tedja Singh (India Football Team).
"Merekalah yang mengkoordinir 23 klub di Medan saat itu untuk mendirikan PSMS Medan pada 21 April 1950," ujarnya.
Dijelaskan Indra, Kota Medan sudah lama dikenal dunia karena perkebunan tembakau Deli. Tak heran jika logo PSMS berbentuk "daun" dan "bunga tembakau deli" hingga sekarang.
Selain itu, klub ini juga memiliki warna hijau yang berarti perkebunan dan warna putih yang berarti suci atau dalam arti luas sportifitas.
Hingga saat ini, PSMS Medan dikenal dengan ciri khas permainan "rap-rap" yaitu sepakbola yang keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih dan menjunjung tinggi sportivitas.
Gaya itulah yang pernah membawa klub ini meraih sederet prestasi gemilang di panggung Nasional.
"PSMS Medan adalah klub Indonesia terbanyak yang meraih juara Divisi Utama Perserikatan PSSI sesudah Indonesia Merdeka yaitu sebanyak enam kali. Di antaranya 1967, 1969, 1971, 1975 (Juara Bersama Persija), 1983 dan 1985," katanya.
Tambahnya, PSMS Medan juga klub Indonesia pertama yang berlaga di AFC Champions Cup yaitu, pada 1970. Bahkan, saat itu PSMS lolos hingga semifinal.
Ia pun berharap, memasuki usia yang terbilang uzur, PSMS Medan bisa kembali bangkit untuk kembali meraih prestasi. Terlebih, bisa lolos ke Liga 1. "Semoga prestasi dan nama besar PSMS Medan bisa panjang umur," ujarnya.
Era The Killer I (1954-1966)
Tahun 1954 hingga 1966 adalah masa keemasan klub sepak bola PSMS Medan. Pasalnya di masa inilah PSMS mendapat julukan sebagai “The Killer” karena selalu menghajar tim lawan di lapangan.
Tak tanggung-tanggung, klub-klub luar negeri sering menjadi amukan klub PSMS Medan, seperti klub Kowloon Motorbus asal Hongkong, Star Soccerites asal Singapura dan klub luar negeri lainnya sering dikalahkan oleh PSMS.
Di masa ini tim sepakbola Sumut, yang dimotori para pemain PSMS, sering menjadi juara Pekan Olahraga Nasional (PON) terutama di tahun 1953 dan 1957.
Era Perserikatan (The Killer II) 1967-1990
Pada era ini PSMS adalah tim yang paling ditakuti oleh klub lawan dikompetisi lokal di Indonesia.
Di era Perserikatan ini PSMS menjadi juara sebanyak 6 kali, yakni tahun 1967, 1969, 1971, (1975 Juara bersama Persija Jakarta), 1983, dan terakhir 1985.
Serta menjadi runner-up sebanyak 4 kali, yaitu di tahun 1954, 1957, 1979, dan 1991.
Banyaknya prestasi yang didapat PSMS medan pada masa ini berbanding lurus dengan kehebatan para pemain bintang yang saat itu memperkuat PSMS Medan.
Akhir Era Kejayaan: Liga Indonesia
Era Kejayaan PSMS Medan berakhir di tahun 1990-an, yang saat itu PSMS hanya mampu menjjadi runner-up di musim 1991-1992 karena dikalahkan PSM Makasar di partai final.
Saat era Perserikataan diganti dengan era Liga Indonesia, prestasi PSMS naik turun. Di musim 1994-95 dan 1995-96 PSMS Medan hanya mampu menjadi klub papan tengah. Bahkan, bahkan musim 1996-97 hampir terdegradasi ke Divisi Utama.
Dan di musim 2001, PSMS kembali lolos ke Final, akan tetapi gagal menjadi juara karena dikalahkan oleh PSM Makassar.
Musim 2002 adalah era dimana PSMS Medan tersingkir dari Liga Indonesia , karena di akhir musim hanya mampu berada di peringkat 11 klasemen. Ini sekaligus menjadi pencapaian terburuk klub PSMS Medan sepanjang sejarah.
Lalu di musim 2003, PSMS mampu kembali ke Liga Indonesia setelah berhasil duduk di posisi kedua klasemen.
Setelah kembali berhasil kembali ke Liga Indonesia, peforma PSMS tidak terlalu buruk karena mampu duduk di posisi ke-7 klasemen.
Di musim berikutnya, PSMS mampu menjuarai Piala Emas Bang Yos edisi kedua (kompetisi yang diprakarsai oleh Sutiyoso, Gubernur Jakarta pada saat itu). Prestasi itu berhasil diulang di musim berikutnya.
Sementara di musim 2006 peforma PSMS kembali menurun, tetapi klub ini mampu menjuarai kembali Piala Yos Gold Cup.
Sayangnya di musim 2006 ini, PSMS gagal menjadi juara Liga Indonesia karena kalah dengan Sriwijaya FC di partai final.
Era Liga Super (2008-2009)
Di era ini PSMS diterpa banyak masalah. Terjadi eksodus besar-besaran pemain bintang yang keluar karena masalah gaji.
Selain itu, terjadi perpecahan internal klub. Akhirnya, di musim ini PSMS kembali terdegaradasi untuk yang kedua kalinya.
Perpecahan Dua Kubu
Di era ini klub PSMS Medan terbagi menjadi dua demi mengikuti dua kompetisi yang berbeda secara bersamaan yaitu Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia.
Alhasil, terjadi dualisme kepengurusan PSMS Medan. Masing-masing membawa nama PSMS Medan, dan bermain di dua kompetisi.
Era Edy Rahmayadi 2015-Sekarang
Di tahun 2015, PSMS mengakhiri dualismenya setelah kehadiran Edy Rahmayadi.
PSMS pun memulai lembaran baru dengan memenangkan Piala Kemerdekaan dan menempati posisi ke-2 di liga 2 Indonesia pada tahun 2017 serta dipromosikan ke liga 1.
Namun di musim berikutnya, PSMS kembali keok dan terpaksa terdegradasi ke liga 2 karena tersungkur di dasar klasemen.
Pada tahun 2021 PSMS tak mampu menerobos liga 1 kembali setelah kalah 1-0 dari Dewa United di babak semifinal.
9 Pelatih Gagal
Tahun demi tahun berlalu, PSMS Medan tak kunjung naik kasta tertinggi Liga 1. Pun pada Liga 2 2024-2025, PSMS Medan gagal lolos 8 besar dan masih berjuang di play-off degradasi.
Padahal, pelatih Nil Maizar sebelumnya digadang-gadang bisa membawa Tim Ayam Kinantan promosi ke Liga 1 kandas.
Nil Maizar justru membawa kemerosotan buat PSMS. Musim lalu PSMS sempat lolos 8 besar, namun kini langkahnya cuma babak penyisihan.
Nil Maizar tercatat menjadi orang ke-9 yang menukangi klub yang bermarkas di Kebun Bunga itu sejak degradasi.
Sebagian besar nama-nama tersebut tidak mendampingi selama satu musim penuh. AR Gurning hanya setengah musim.
Bahkan musim lalu, PSMS selama satu musim dibesurt dua pelatih. Awalnya Ridwan Saragih, di tengah jalan digantikan oleh Mukson.
Daftar nama pelatih PSMS sejak degradasi adalah, Abdul Rahman Gurning, Jafri Sastra, Philip Hansen, Gomes de Oliveira, Ansyari Lubis, I Putu Gede, Ridwan Saragih, Miftahudin Mukson, dan Nil Maizar. (Tribun-medan/Anisa)
DPRD VS Bobby Nasution, Paripurna Memanas saat Bobby Singgung Tunjangan Rumah Dewan |
![]() |
---|
Rapat Paripurna P-APBD Sumut Memanas, DPRD Singgung Pergeseran Anggaran, Bobby Bahas Tunjangan Rumah |
![]() |
---|
Respons Gubernur Bobby Usai Saksikan PSMS Dikalahkan Persekat di Duel Liga 2 |
![]() |
---|
Gubernur Sumut Bobby Nasution Kecewa PSMS Kalah di Kandang, Apresiasi Penggunaan VAR |
![]() |
---|
PSMS Medan Dominasi Pertandingan saat Ditekuk Persekat Tegal 0-1 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.