Sumut Terkini

Mata Ephorus HKBP Victor Tinambunan Berkaca-kaca Teringat Portal TPL Tutup Akses Pertanian Warga

Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan hampir menitikkan air mata saat ditanyai soal pengalamannya bersama masyarakat adat di portal TPL.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/MAURITS PARDOSI
PORTAL TPL - Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan sempat terhenti saat kenang dirinya di portal TPL yang berada di Nagasaribu beberapa waktu lalu. Ia hampir menitikkan air mata saat wartawan menanyakannya pada konferensi pers hari ini, Sabtu (1/3/2025). 

Sebelumnya, beredar di media sosial Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan pada Minggu (16/2/2025) berkunjung ke portal TPL di kawasan Nagasaribu.

Pemimpin gereja HKBP ini berharap warga Nagasaribu Siharbangan di Desa Pohan Jae, Kecamatan Siborong-borong. Tapanuli Utara dapat bertani kembali. 

Akses menuju perladangan mereka ditutup oleh pihak TPL dengan portal sehingga warga sekitar yang harus melalui portal tersebut terhambat.

"Kami kemarin langsung ke sana. Sebenarnya, ada undangan pimpinan gereja untuk tanggal 11 Februari 2025, namun karena kami ada rapat praeses selama tiga hari yakni pada tanggal 10 hingga 12 Februari 2025, maka tidak pergi ke sana," ujarnya beberapa waktu lalu.

Masyarakat sekitar telah mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat hukum adat dari Pemkab Tapanuli Utara. 

"Dari sana kita dapatkan informasi yang sebelumnya belum kita ketahui. Masyarakat adat di Nagasaribu ini telah mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat hukum adat," 

"Walaupun mereka masih mengharapkan revisi soal tapal batas. Lahan konsesi ada di tengah kawasan masyarakat hukum adat tersebut," lanjutnya 

Menurutnya, masyarakat sekitar memiliki peluang menutup akses bagi pihak TPL menuju lahan konsesi. Pasalnya, lahan konsesi TPL tersebut berada di tengah lahan masyarakat hukum adat. Namun, masyarakat sekitar tidak melakukan hal tersebut.

"Sebetulnya, kalau masyarakat tersebut mau, mereka bisa saja menutup akses menuju konsesi TPL tersebut. Namun, mereka (masyarakat adat) tidak melakukan hal itu," ungkapnya.

"Masalahnya, pihak TPL membuat portal sehingga sebulan masyarakat tidak bisa pergi ke kebun karet dan lahan masyarakat lainnya," sambungnya.

Setelah kehadiran Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan bersama rombongannya, portal tersebut telah dibuka. Namun, untuk informasi terkini apakah portal kembali ditutup atau tidak belum diperoleh.

"Kemarin masih diportal juga. Namun, setelah kemarin saya dan teman-teman datang ke sana, portalnya dibuka," lanjutnya 

Saat berada di areal portal tersebut, ia menangis. Ia mendengar cerita masyarakat yang mengalami kesulitan mencari nafkah. Mereka tak bisa lagi bertani karena TPL menutup akses ke ladang mereka.

"Jadi, itu saya sampaikan kemarin. Itu secara spontan, saya tak bisa menahan apa yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Saya bertemu langsung dengan masyarakat. Masa di tanah mereka sendiri, mereka dipersulit," ungkapnya.

"Kan ini menjadi pertanyaan besar, apa yang sedang terjadi pada mereka. Saya tidak menyalahkan penjaga portal tersebut karena mereka hanya menjalankan tugas dari pihak perusahaan," sambungnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved