Berita Viral

Viral Proyek Tugu Kura-kura Diduga Senilai Rp 15 M Rusak Baru Dibangun, Bahan Diduga Pakai Kardus

Viral proyek tugu kura-kura atau patung penyu di Gadobangkong, Sukabumi senilai Rp 15 miliar yang hancur setelah dibangun. Bahan diduga pakai kardus.

Editor: Array A Argus
Facebook
VIRAL MEDSOS- Viral di media sosial proyek tugu kura-kura atau patung penyu di Sukabumi, Jawa Barat yang diduga dibangun asal jadi. Menurut informasi, proyek itu berbiaya Rp 15 miliar. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Media sosial saat ini tengah dibanjiri berita tentang proyek tugu kura-kura atau patung penyu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau Alun-alun Gadobangkong, Sukabumi.

Viralnya berita ini lantaran proyek tugu kura-kura atau patung penyu itu rusak setelah dibangun.

Yang bikin warganet heboh, lantaran biaya proyek patung kura-kura atau penyu itu disebut mencapai Rp 15 miliar.

Dengan nilai yang besar itu, masyarakat berharap proyek dikerjakan dengan baik dan kokoh.

Tapi faktanya, bahan dasar proyek tugu kura-kura atau patung penyu itu diduga tidak sesuai standar.

Dalam video yang beredar, tampak bagian cangkang patung penyu atau proyek tugu kura-kura itu sudah sobek.

Baca juga: Sosok Prof Ferry Latuhihin, Pengamat Ekonomi yang Soroti Keberadaan Danantara

Ketika disorot kamera, terlihatlah bagian dalam penyu yang hanya diduga menggunakan kardus atau karton.

Sebagai pondasi pembentuk cangkang menggunakan rangka kayu.

Tak pelak, sejak videonya beredar, warganet pun mengkritisi pengerjaan proyek ini.

Saking viralnya, warganet sampai 'menyenggol' Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Mereka meminta Dedi Mulyadi melihat dan memeriksa proyek tersebut.

Alun-alun Gadobangkong Hancur

Dikutip dari Tribun Jabar, Alun-alun Gadobangkong yang menjadi lokasi keberadaan patung penyu ini sudah menjadi perhatian karena infrastruktur yang hancur diterpa ombak.

Peristiwa rusaknya sejumlah infrastruktur di kawasan Alun-alun Gadobangkong ini terjadi sekitar pertengahan Februari 2025.

Selain patung penyu yang rusak, jogging track pun ikut jebol dengan bagian bawahnya yang tergerus ombak.

Baca juga: Kode Reedem Mobile Legends 5 Maret 2025 yang Bisa Ditukar dengan Skin Aesthetic Gratis

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi, Prasetyo, mengatakan, pihaknya saat ini masih menunggu anggaran dari Dinas Perkim untuk perbaikan kerusakan fasilitas di Alun-alun Gadobangkong.

"Anggarannya tidak di DLH, tapi di Perkim. Penganggarannya masih di Perkim tahun ini, kami hanya pengelola saja, artinya kami sedang menunggu anggaran dari Perkim untuk perbaikan," kata Prasetyo, Selasa (18/2/2025).

Disinggung soal rencana jumlah anggaran untuk perbaikan kerusakan Alun-alun Gadobangkong, Prasetyo mengaku tidak mengetahui hal itu.

"Di Perkim jelasnya," ujar Prasetyo, singkat.

Selain itu, rusaknya Alun-alun Gadobangkong ini juga menjadi perhatian Anggota DPRD Sukabumi, Hamzah Gurnita.

Baca juga: Profil Sundari Soekotjo, Legenda Penyanyi Keroncong yang Bergelar Doktor

"Saya sangat menyayangkan dengan terjadinya beberapa kerusakan di area Alun-alun Gadobangkong, padahal anggarannya cukup besar, entah sampai mana kelanjutan atau nasib pembangunan tersebut," kata Hamzah, Selasa (18/2/2025).

Seperti diketahui, anggaran pembangunan Alun-alun Gadobangkong itu mencapai Rp 15,6 miliar. Hamzah menilai seharusnya perencanaan pembangunan dipersiapkan dengan matang, terlebih lokasi Alun-alun Gadobangkong berada di dekat pantai.

"Apalagi berbicara bangunan tersebut (dekat) dengan pantai, seharusnya lebih baik lagi kualitasnya, entah masa pemeliharaannya masih ada atau tidak, tapi seharusnya pihak perusahaan bisa memberikan penjelasan kepada publik, apa masalahnya?," ucap Hamzah.

Baca juga: Segini Gaji Kapolda Kalsel Irjen Rosyanto Yudha Hermawan, yang Istri dan Anaknya Pamer Kemewahan

Hamzah pun berharap Bupati Sukabumi dan Wakil Bupati Sukabumi terpilih, setelah dilantik nanti bisa sigap terhadap permasalahan tersebut.

"Jangan sampai terlihat seperti adanya pembiaran, saya berharap bupati dan wakil bupati baru bisa langsung sigap terkait masalah ini," ujarnya.

Penjelasan Kontraktor

Kritikan dari anggota DPRD Sukabumi itu pernah dijawab rekanan proyek pembangunan Alun-alun Gadobangkong Imran Firdaus.

Imran mengatakan, masa pemeliharaan Alun-alun Gadobangkong oleh pihak perusahaan sudah selesai sejak Agustus 2024.

"Jadi masa pemeliharaan itu selama enam bulan terhitung dari serah terima pertama di bulan Februari (2024) dan serah terima kedua itu di bulan Agustus (2024). Itu sudah dalam kurun waktu enam bulan, berarti sudah selesai masa pemeliharaannya," kata Imran kepada Tribun, Kamis (20/2/2025).

Baca juga: Profil dan Biodata Prof Romli Atmasasmita, Guru Besar Bidang Hukum yang Pernah Divonis Kasus Korupsi

"Nah, serah terima ke Kabupaten Sukabumi dari provinsi itu di bulan September 2024. Jadi kalau bicara runtutannya dari kontraktor ke dinas sudah selesai, dari pemprov juga ke kabupaten sudah selesai rangkaian serah terimanya," ucap dia.

Imran pun menjawab mengenai spesifikasi bangunan Alun-alun Gadobangkong. Seperti diketahui, fondasi alun-alun jebol oleh ombak, bahkan tangga yang menjulur ke pantai juga rusak parah.

Menurut Imran, Alun-alun Gadobangkong tidak dipersiapkan dibangun berhadapan dengan ombak atau gelombang, sehingga tidak dibuatkan pemecah ombak.

Imran menyebutkan, pada saat disurvei sebelum pembangunan, jarak deburan ombak ke alun-alun berjarak hingga 70 meter.

"Sebetulnya Alun-alun Gadobangkong itu dibangun dalam kondisi bangunannya itu, desain bangunannya itu dalam kondisi hanya alun-alunnya, jadi alun-alun itu tidak dipersiapkan untuk berhadapan dengan ombak," kata Imran.

Baca juga: Biodata Heri Gunawan, Politisi Gerindra yang Rumahnya Digeledah KPK Kasus CSR BRI Pernah Jadi Asdos

"Kalau bicara spesifikasi, itu sudah sesuai dengan spesifikasi, karena waktu itu Pak Ridwan Kamil mau membangun alun-alun itu konsepnya secara utuh," lanjut dia.

Menurut Imran, kala itu ia dihadapkan dengan dua pilihan, yakni untuk membangun pemecah ombak atau kawasan alun-alun terlebih dulu.

"Jadi di depannya itu ada pemecah ombaknya atau semacam penahan ombak, kayak gitu. Jadi kalau pemecah ombaknya itu dibangun, alun-alunnya itu tidak jadi dibangun. Makanya alun-alunnya itu dibangun lebih dulu," ujar Imran.

"Jadi alun-alun itu emang konsepnya bukan dipersiapkan untuk berhadapan dengan ombak, tapi berhadapan dengan pasir, karena kondisi waktu tim perencana itu survei, kondisi air laut itu sedang dalam surut," urai Imran.

Sehingga, kata Imran, pada saat itu tim perencana menyatakan desain tersebut aman. Namun, dalam perjalanannya, ombak menyapu bangunan alun-alun akibat terjadi banjir rob yang di luar dugaan kontraktor atau tim perencana pembangunan.

"Jadi kami melakukan pekerjaan itu sudah sesuai dengan desain perencana. Namun, pada saat pelaksanaan mungkin ada hal-hal yang sifatnya di luar perkiraan kita seperti bencana, ombak pasang, itu di luar perkiraan kami kontraktor, perencana, untuk mengantisipasi hal itu," ucap Imran.

"Jadi konsepnya itu harusnya dibuat dulu GT, namun anggarannya tidak cukup kalau dibuat GT. Jadi kalau GT-nya dibangun, alun-alunnya tidak jadi. Seperti itulah kira-kira konsepnya, jadi kalau berkaitan dengan spesifikasi itu sudah sesuai spek," imbuh Imran.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved