Sumut Terkini
Doa Bersama Ephorus HKBP, KSPPM:Warga dan Jemaat Dapat Dukungan dari Gereja Tolak Perusak Lingkungan
Teranyar, banjir bandang di Parapat pada Minggu (16/3/2025) disinyalir oleh dampak kerusakan alam.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE- Ephorus HKBP Pendeta Viktor Tinambunan akan menyelenggarakan doa bersama yang bertajuk "Merawat Alam Kawasan Danau Toba", Rabu (16/4/2025).
Doa bersama ini telah dilakukan dua kali di kabupaten yang berbeda; Toba dan Samosir.
Sejak awal, Ephorus HKBP Pendeta Viktor Tinambunan menyampaikan kepada seluruh pihak yang berkontribusi merusak alam di kawasan Danau Toba agar bertobat.
Seruan kenabian ini selalu ia sampaikan dalam kotbah saat doa bersama digelar.
Dengan adanya doa bersama ini, pihak yang menaruh hati terhadap kelestarian alam di kawasan Danau Toba mengapresiasi kehadiran gereja dalam permasalahan lingkungan tersebut.
Teranyar, banjir bandang di Parapat pada Minggu (16/3/2025) disinyalir oleh dampak kerusakan alam.
Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) Parapat mendukung penuh penyelenggaraan doa bersama tersebut.
Koordinator Studi dan Advokasi KSPPM Parapat Rocky Pasaribu mengutarakan, gereja melalui para pelayannya telah menyuarakan secara lantang soal keutuhan ciptaan.
Menurutnya, kehadiran Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan, suara kenabian ini mulai diperdengarkan kembali.
"Kegiatan besok, kami apresiasi. Kami dari KSPPM akan mendukungnya semampunya. Menurut kami, kehadiran gereja nyata terlihat menyuarakan soal keutuhann ciptaan," ujar Rocky Pasaribu, Selasa (15/4/2025).
"Bicara soal keutuhan ciptaan adalah ranah gereja. Jadi saat ini, gereja bukan ikut-ikutan, tetapi mengambil bagian demi terciptanya keutuhan ciptaan.
Walau sebelumnya, amatan kita, gereja belum optimal menyuarakan ini di Tano Batak ini soal keutuhan ciptaan," terangnya
Pimpinan HKBP secara lantang menolak perusakan alam di Tano Batak dan meminta seluruh pihak yang merusak lingkungan supaya bertobat.
Kehadirannya di tengah umat HKBP yang juga bagian dari masyarakat adat Nagasaribu Onan Harbangan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
"Dengan hadirnya Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan, suara kenabiannya telah mengembalikan gereja pada fungsi sebenarnya. Dan itu terlihat melalui keberanian, inisiatif, dan doa-doa bersama yang sudah beberapakali dilakukan," tuturnya.
"Kami berharap, semua warga dan jemaat mesti mendukungnya. Bicara soal lingkungan hidup, bukan hanya tugas gereja karena dampak kerusakan lingkungan ini dialami oleh setiap orang," lanjutnya.
Pihak KSPPM menilai, terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat di Nagasaribu merupakan dampak kerusakan lingkungan yang diduga dilakukan oleh perusahaan bubur kertas, PT TPL.
Menurut Rocky, hal yang sama terjadi di daerah yang dimasuki TPL. Keharmonisan dalam masyarakat mulai tergerus hingga terjadi perpecahan.
Setidaknya, sejak tahun 1992, hal tersebut telah dialami oleh masyarakat adat di Nagasaribu.
"Terkait dampak kehadiran TPL, itu dapat dirasakan sejumlah daerah di Tapanuli Utara, satu diantaranya adalah masyarakat adat Nagasaribu Onan Harbangan.
Sejak tahun 1992, TPL mendapatkan izin, wilayah masyarakat adat Nagasaribu adalah lahan yang diklaim oleh TPL sebagai arealnya. Sejak itu, TPL melakukan penebangan pepohonan secara masif dan termasuk kemenyaan,"
"Tindakan ini memengaruhi sejumlah sektor kehidupan masyarakat sekitar, antara lain lingkungan, pergeseran nilai secara sosial dimana keharmonisan dalam masyarakat mulai tergerus bahkan sampai terpecah. Tidak terkecuali juga dengan daerah lain, misalnya Parmonangan, Sipahutar, dan Garoga, serta daerah lainnya,"
Ia berharap, kehadiran pimpinan gereja akan menguatkan warga dan jemaat menolak terjadinya perusakan alam.
"Harapan kita, pimpinan HKBP bisa memberikan kekuatan spiritual kepada warga dan jemaat. Selain identitas warga sebagai masyarakat adat, mereka juga bagian dari jemaat di gereja yang selama ini kurang mendapatkan dukungan dari gereja," terangnya.
"Kehadiran pimpinan gereja HKBP tentunya menambah keberanian mereka menolak segala ancaman kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kehadiran TPL," pungkasnya.
(cr3/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Gubsu Restui Pembangunan Stadion di Pakpak Bharat, Kebasmisi FC: Tak Perlu Lagi Bersitegang |
![]() |
---|
Air Danau Toba Mengeluarkan Gelembung Bak Air Panas dan Banyak Ikan Mati, Ini kata DLHK Sumut |
![]() |
---|
Disdik Langkat Klarifikasi SD yang Dijadikan Gudang Mesin Judi, Gembira Singgung Ada Niat Tak baik |
![]() |
---|
Disdik Langkat Diduga Membiarkan Mesin Judi Disimpan di Sekolah, Pengamat: Pelanggaran Etika |
![]() |
---|
Polisi Amankan Mesin-Mesin Judi yang Disimpan di Dalam Ruangan SD Negeri di Langkat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.