TRIBUN WIKI
SOSOK Najla Al Balkis, Joki Perempuan Satu-satunya Raih Juara dalam Pacu Kuda Bukittinggi
Najla Al Balkis adalah joki perempuan satu-satunya yang berhasil menjuarai ajang lomba pacuan kuda bertajuk Wisata Derby Bukittinggi Agam 2025.
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
Ia selama ini diasuh oleh pelatih Doni Syafri.
Karena kemampuan dan bakatnya, sang pelatih kemudian mengikutsertakan Najla Al Balkis dalam ajang Wisata Derby Bukittinggi Agam 2025.
Baca juga: SOSOK Ricky Gumilar, Pecinta Alam yang Meninggal Dunia saat Pendakian di Gunung Lawu
Siapa sangka, kehadiran Najla Al Balkis memukau publik.
Ia pun menjadi inspirasi bagi kalangan remaja perempuan di Bukittinggi.
Najla membuktikan diri, bahwa perempuan juga bisa menjadi joki kuda.
Dalam kejuaraan ini, Najla turut mendapat hadiah dari para tamu VVIP, yang terdiri dari para pejabat di Sumatera Barat.
Sejarah Pacuan Kuda Bukittinggi
Dikutip dari repository.unand.ac.id, sejarah pacu kuda Bukttinggi tak lepas dari keberadaan lapangan pacuan kuda Bukik Ambacang.
Lapangan pacuan kuda Bukit Ambacang di Bukittinggi, Sumatera Barat dibangun pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1903.
Lapangan pacuan kuda ini termasuk yang tertua di Indonesia.
Baca juga: SOSOK Wiebie Dwi Andriyas, Manajer Arema FC Jadi Tersangka Kasus Rokok Ilegal, Pernah di PSMS Medan
Pada masanya, lapangan pacuan kuda Bukit Ambacang ini menjadi tempat hajatan masyarakat, terkhusus pacuan kuda.
Keberadaan pacuan kuda pada masa itu menjadi simbol status sosial para raja dan elit Minangkabau.
Kemudian, di tahun 1976, pacuan kuda dikelola oleh organisasi bernama Rembond, yang kemudian berubah menjadi Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI).
Setelah sempat vakum dan mengalami penurunan popularitas pada tahun 1990-an hingga 2009, pacuan kuda kembali dihidupkan dan menjadi agenda wisata serta olahraga tahunan di Sumatera Barat.
Baca juga: SOSOK Selebgram SA Kendari atau Siska Amelia yang Anaknya Tewas Terpanggang saat Jalan Bareng Pacar
Pemerintah Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam kini secara kolaboratif menggelar event pacuan kuda seperti Wali Kota-Bupati Cup, yang menjadi kalender rutin dan mendukung pemulihan ekonomi lokal.
Pacuan kuda tetap menjadi simbol budaya dan tradisi Minangkabau yang menggabungkan unsur hiburan, olahraga, dan identitas sosial masyarakat.(ray/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.