Israel vs Iran
Intelijen Israel Mossad Jadi Sorotan, Menyusup dan Bikin Petinggi Militer Iran Kumpul di Satu Tempat
Para agen Mossad bukan cuma menyusup ke Iran, tapi juga menyembunyikan alat tempur secara diam-diam, termasuk drone bermuatan bahan peledak
TRIBUN-MEDAN.com - Serangan udara Israel terhadap sejumlah fasilitas strategis di Iran pada Jumat (13/6/2025) ternyata merupakan hasil dari operasi rahasia yang telah dipersiapkan selama berbulan-bulan.
Badan intelijen Mossad Israel disebut-sebut memainkan peran kunci.
Para agen Mossad bukan cuma menyusup ke dalam wilayah Iran, tapi juga menyembunyikan alat tempur secara diam-diam, termasuk drone bermuatan bahan peledak.
Diketahui, jarak dari Tel Aviv ke Natanz sekitar 2.010 kilometer.
Oleh karena itu, keberhasilan agen Mossad dalam menyusup dan menanam drone peledak di dalam wilayah Iran menjadi sorotan dunia intelijen internasional.
Kini, perang Israel-Iran telah pecah dan menjadi perhatian dunia internasional akan kekhawatiran meluasnya perang di Timur Tengah.
Baca juga: UPDATE Petinggi Militer Iran Tewas Kena Serangan Israel, Komandan Dirgantara Mayjen Hajizadeh Gugur
Menurut laporan dari sejumlah sumber keamanan Israel yang dikutip The Post, kampanye ini diberi sandi Operasi Rising Lion atau Operasi Singa Bangkit.
Agen Mossad disebut mulai menyusup ke jantung Iran beberapa bulan sebelumnya, dengan tujuan melumpuhkan fasilitas nuklir Iran dan militer, serta menargetkan sejumlah komandan tinggi.
Ada tiga tahap utama dalam operasi tersebut.
Pada tahap pertama, unit komando Israel menyusupkan senjata berpemandu presisi ke wilayah tengah Iran, dan menanam drone peledak di sejumlah lokasi strategis.
Tahap kedua melibatkan instalasi sistem serangan dan teknologi tempur pada kendaraan yang kemudian diluncurkan ke sistem pertahanan udara Iran.
Tahap terakhir dilaksanakan dengan mengaktifkan drone bermuatan peledak yang diarahkan untuk menghancurkan peluncur rudal permukaan-ke-permukaan di sebuah pangkalan di luar Teheran.
"Drone terbang ke pangkalan dan menghancurkan peluncur rudal yang telah menimbulkan ancaman terhadap target strategis dan sipil Israel," kata seorang sumber keamanan Israel.
Serangan itu melibatkan sekitar 200 pesawat dan menghantam lebih dari 100 target militer Iran.
Salah satu lokasi utama yang diserang adalah fasilitas pengayaan nuklir di Natanz.
Asap hitam tampak mengepul dari kawasan tersebut.
Militer Israel mengeklaim telah menghancurkan puluhan instalasi radar dan peluncur rudal permukaan-ke-udara di Iran bagian barat.
Fasilitas pengayaan uranium serta sistem pertahanan udara Iran menjadi sasaran utama.
Tak hanya fasilitas, serangan ini juga menewaskan sejumlah petinggi militer Iran.
Di antaranya Jenderal Hossein Salami (kepala Garda Revolusi), Mohammad Bagheri (kepala staf militer), Gholam Ali Rashid (kepala komando darurat), dan Amir Ali Hajizadeh (komandan pasukan kedirgantaraan Garda Revolusi).
Baca juga: SERANGAN Israel ke Iran, Sebanyak 20 Tokoh Penting dan 86 Warga Lainnya Tewas, Serta 341 Terluka
Salah satu strategi utama Mossad adalah menyesatkan para pemimpin militer Iran agar berkumpul dalam sebuah rapat sebelum mereka dijadikan target serangan.
“Kami melakukan kegiatan khusus untuk membantu kami mempelajari lebih lanjut tentang mereka, dan kemudian menggunakan informasi itu untuk memengaruhi perilaku mereka,” ujar seorang pejabat Israel kepada Fox News.
“Kami tahu ini akan membuat mereka bertemu, tetapi yang lebih penting, kami tahu cara membuat mereka tetap di sana,” imbuhnya, tanpa merinci bagaimana caranya.
Menurut sumber lain, pengumpulan intelijen dilakukan bersamaan dengan pengawasan intensif terhadap anggota senior lembaga pertahanan dan ilmuwan nuklir Iran.
Hal ini dimaksudkan untuk memperberat posisi mereka sebelum dihabisi.
Iran dengan cepat mengecam serangan itu sebagai “deklarasi perang”.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan akan memberikan “hukuman berat”, sementara Presiden Masoud Pezeshkian bersumpah akan membuat Israel “menyesali tindakan bodohnya”.
Serangan ini disebut sebagai yang paling signifikan terhadap Iran sejak Perang Iran-Irak pada 1980-an.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela operasi tersebut sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan hidup negaranya.
"Jika kita tidak bertindak sekarang, kita tidak akan berada di sini. Kita telah menghayati pelajaran sejarah. Ketika musuh mengatakan dia bermaksud menghancurkan Anda, percayalah padanya," ujar Netanyahu.
"Ketika musuh mengembangkan kemampuan untuk menghancurkan Anda, maka hentikan dia," tegasnya.
Baca juga: UPDATE Balasan Iran ke Israel, Ratusan Rudal Hujani Tel Aviv, 2 Tewas dan Puluhan Luka
Muhanad Seloom, asisten profesor dalam studi keamanan kritis di Institut Studi Pascasarjana Doha, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan Israel merupakan unjuk kekuatan dari dinas intelijennya, dan bukan hanya militernya.
"Pihak Israel telah mengirim pesan yang jelas ke Teheran bahwa kami tahu di mana para pemimpin Anda berada, kami tahu siapa mereka, kami memiliki intelijen yang akurat, dan kami memiliki sarana teknologi untuk mencapai bagian dalam Iran," katanya.
Kata Seloom, Israel telah meningkatkan pengembangan sumber intelijen manusia di wilayah Iran sejak 2006 dan kemampuan teknologinya untuk memata-matai Iran.
Meski begitu, keberhasilan serangan dalam Operasi Kebangkitan Singa ini tidak akan mungkin terjadi tanpa bantuan satelit Eropa dan AS.
“Yang terpenting bukanlah jenis senjata yang digunakan, tetapi keberhasilan intelijen yang berhasil dicapai Israel di dalam Iran,” katanya.
4 Petinggi Militer Tewas
Dilaporkan, sejauh ini sudah empat petinggi Garda Revolusi Iran yang terkonfirmasi tewas akibat serangan Israel.
Keempatnya yakni Mayjen Hossein Salami (panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Iran), Mayjen Bagheri (kepala staf angkatan bersenjata Iran), Mayjen Gholamali Rashid (kepala markas besar Garda Revolusi di Khatam al Anbia, dan Mayjen Amir Ali Hajizadeh (komandan kedirgantaraan).
Serangan udara Israel berhasil menghancurkan pusat komando angkatan udara Garda Revolusi.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Garda Revolusi menyebutkan bahwa Hajizadeh, yang menjabat sebagai panglima pasukan kedirgantaraan, telah menjadi martir dalam serangan Israel tersebut.
Sebelumnya, militer Israel mengungkapkan, serangan yang dilakukan telah menewaskan hampir seluruh pimpinan senior angkatan udara Garda Revolusi Iran, yang tengah berkumpul di sebuah pusat komando bawah tanah.
Kementerian Pertahanan Israel kemudian mengklarifikasi bahwa beberapa komandan senior, termasuk Hajizadeh, berhasil dieliminasi.
Menurut Israel, Hajizadeh, yang juga memimpin pasukan pesawat tak berawak (drone) Iran, serta kepala komando udara, berada di lokasi saat serangan terjadi.
Militer Israel menambahkan, pasukan yang dipimpin Hajizadeh tengah mempersiapkan serangan terhadap Israel di pusat komando tersebut.
“Rantai komando senior angkatan udara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) sedang berkumpul untuk merencanakan serangan terhadap Negara Israel,” kata pernyataan militer Israel. (*/tribunmedan.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Usai Gempur Pangkalan Militer AS di Qatar, Iran Kembali Luncurkan Rudal ke Israel |
![]() |
---|
Status KBRI Teheran Sudah Siaga 1, Kemenlu Siapkan Evakuasi WNI dari Iran Lewat Jalur Darat |
![]() |
---|
Usai Donald Trump dan Israel Beri Peringatan, Ribuan Warga Iran Tinggalkan Teheran |
![]() |
---|
Garda Revolusi Iran Kecolongan Lagi, 3 Jenderal Intelijen Tewas Kena Serangan Israel |
![]() |
---|
Israel Makin Intens Gempur Iran dari Timur hingga Barat, 224 Tewas dan 1.200 Luka-luka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.