TRIBUN WIKI
Malam 1 Suro 2025 Kapan? Simak Penjelasannya Menurut Primbon Jawa dalam Kalender Jawa
Malam 1 Suro jatuh pada tanggal 26 Juni 2025 atau 29 Besar 1958 Je. Menurut Primbon Jawa, ada sejumlah pantangan yang mesti dihindari saat malam Suro.
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.COM,- Dalam tradisi Jawa, ada dikenal yang namanya malam 1 Suro.
Adapun malam 1 Suro ini dianggap sangat sakral dan memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Jawa.
Dalam kalender Islam atau Hijriah, 1 Suro bertepatan dengan momen tahun baru Islam 1 Muharram.
Karenanya, tak sedikit masyarakat yang kemudian bertanya, malam 1 Suro kapan?
Baca juga: 40 Ucapan Tahun Baru Islam 1446 H, Kata-kata Terbaik Untuk Mengucapkan Datangnya 1 Muharram

Untuk menjawab hal itu, mari kita simak terlebih dahulu penanggalan di kalender Jawa dan kalender Masehi, serta kalender Hijriah.
Melihat pada kalender Jawa, 1 Suro 2025 akan jatuh pada 27 Juni 2025 atau 30 Besar 1958 Je.
Di kalender Hijriah, 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah.
Tanggal ini merupakan tahun baru Islam, yang biasanya diperingati dengan mengadakan zikir dan doa bersama.
Melihat penanggalan tersebut, maka malam 1 Suro 2025 jatuh pada 26 Juni 2025 atau 29 Besar 1958 Je dengan weton Kamis Wage.
Baca juga: MENGAPA Malam 1 Suro Dianggap Sangat Mistis? Ini Penjelasan dan Jadwalnya
Malam 1 Suro akan dimulai pukul 18.00 WIB, atau selepas maghrib.
Sebab, masyarakat Jawa meyakini, bahwa pergantian hari dimulai setelah matahari tenggelam sebelum 1 Suro atau 1 Muharram.
Makna Malam Satu Suro bagi Masyarakat Jawa dan Pandangan Primbon Jawa
Makna Malam Satu Suro
Malam Satu Suro adalah malam pertama bulan Suro dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Malam ini dianggap sangat sakral dan memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Jawa.
Baca juga: Doa Tahun Baru Islam, Menyambut 1 Muharram 1445 Hijriyah, Lengkap Keistimewaannya
Berikut beberapa makna pentingnya:
Awal Tahun Baru Jawa: Malam Satu Suro menandai pergantian tahun dalam kalender Jawa, yang merupakan perpaduan antara kalender Islam dan tradisi Jawa kuno.
Waktu Refleksi dan Introspeksi: Masyarakat Jawa memaknai malam ini sebagai waktu untuk merenung, mengevaluasi diri, dan memperbaiki diri dari kesalahan atau dosa selama setahun yang lalu.
Pengingat Nilai Spiritual: Malam Satu Suro mengingatkan bahwa kehidupan adalah perjalanan penuh ujian, sehingga manusia harus selalu bersyukur dan menjaga hubungan baik dengan sesama serta Sang Pencipta.
Bulan Keramat dan Penuh Energi Magis: Dalam tradisi Jawa, bulan Suro dianggap sebagai bulan yang sakral dan penuh dengan makhluk gaib.
Baca juga: SOSOK Nuraeni, Ibu Melahirkan Bayi Kembar Lima di Indramayu Bertepatan 1 Suro, 4 Perempuan
Pada malam ini, dipercaya pintu-pintu alam gaib terbuka, dan roh leluhur turun memberikan berkah dan perlindungan.
Tradisi dan Ritual: Banyak masyarakat melakukan tirakatan, tahlilan, ziarah kubur, shalawatan, tapa bisu, dan kirab budaya sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan.
Simbol Perpaduan Budaya: Penetapan malam Satu Suro oleh Sultan Agung pada abad ke-17 bertujuan menyatukan masyarakat Jawa yang beragam agama dan kepercayaan, antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).
Pandangan Primbon Jawa
Primbon Jawa memandang malam Satu Suro sebagai malam yang sangat sakral dan penuh dengan tanda-tanda mistis.
Beberapa pandangan primbon terkait malam ini antara lain:
Larangan dan Pantangan: Banyak pantangan yang harus dihindari pada malam Satu Suro, seperti larangan keluar rumah, larangan melakukan pekerjaan berat, dan menghindari hal-hal yang dapat mendatangkan malapetaka.
Energi Gaib yang Kuat: Primbon menyebutkan bahwa malam ini adalah waktu di mana makhluk halus dan roh-roh leluhur sangat aktif, sehingga manusia harus menjaga diri dengan berdoa dan melakukan amalan baik.
Waktu yang Tepat untuk Memulai Hal Baru: Meskipun penuh misteri, malam Satu Suro juga dianggap waktu yang baik untuk memulai sesuatu yang baru dengan niat yang bersih dan tulus.
Simbolisme Jenang Suran: Dalam tradisi, pembuatan Jenang Suran melambangkan bahwa setiap individu harus siap memikul beban hidupnya sendiri, sebagai refleksi tanggung jawab pribadi.
Keselamatan dan Ketentraman Batin: Tujuan utama ritual malam Satu Suro adalah untuk memohon keselamatan, ketentraman batin, dan perlindungan dari segala mara bahaya.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.