TRIBUN WIKI
Amalan-amalan di Momen Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan 20 Agustus 2025
Ada beberapa amalan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika datang Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan.
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.COM,- Hari ini, persis tanggal 20 Agustus 2025 merupakan Rabu Terakhir di bulan Safar.
Karenanya, bagi masyarakat Jawa, hari ini disebut dengan Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan.
Jika masyarakat Jawa mengenal Rabu terakhir pada bulan Safar dengan sebutan Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan, maka bagi sebagian umat Islam hari ini disebut Arba Mustamir.
Arba Mustamir adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti "Rabu terakhir yang berkelanjutan".
Secara khusus, Arba Mustamir merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah.
Dalam tradisi dan kepercayaan tertentu, Arba Mustamir dianggap sebagai hari yang penuh dengan bala atau kemalangan.
Baca juga: 1 Suro 2025 yang Bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah, Ini Pantangan Menurut Tradisi Jawa

Menurut kepercayaan ini, pada hari Arba Mustamir, sejumlah besar bala atau musibah turun ke bumi untuk satu tahun ke depan.
Oleh sebab itu, hari ini dianggap hari yang sangat penting untuk melakukan amalan-amalan khusus agar mendapatkan perlindungan dari bala tersebut, seperti melaksanakan shalat sunnah hajat, membaca ayat-ayat tertentu dari Alquran, doa, dan amalan spiritual lainnya sebagai bentuk memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah.
Nah, karena hal itu pula, banyak orang yang kemudian melakukan amalan-amalan tersebut.
Namun secara spesifik, Islam sendiri tidak mengajarkan adanya soal kepercayaan mengani bala dan semacamnya.
Baca juga: Mengenal Tradisi Rebo Wekasan, Upaya Doa Tolak Bala dan Mengantisipasi Datangnya Beragam Penyakit
Bahkan, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, seperti dikutip dar NU Online berpendapat bahwa salat Rebo Wekasan adalah haram karena tidak memiliki dasar dalam syariat Islam.
Meski begitu, masih banyak pihak yang tetap menjalankan amalan-amalan di momen Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan untuk menolak bala.
Lantas, apa saja sih amalan yang beredar di masyarakat dan sering dijalani, berikut ulasan singkatnya.
Amalan di Momen Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan
Salat Sunnah
Pada hari ini, masyarakat Jawa mempraktikkan salat Rebo Wekasan yang unik—empat rakaat dengan bacaan khusus Al-Fatihah, Al-Kautsar, dan ayat-ayat lain yang dianggap membawa perlindungan serta ketenangan jiwa.
Amalan salat ini bukan sekadar rutinitas, melainkan cara mengasah kesadaran spiritual untuk menghadapi ujian hidup, sekaligus menenangkan hati dari kecemasan akan hal-hal yang belum pasti.
Bagi sebahagian ulama, salat Rebo Wekasan tidak pernah diajarkan dalam Islam.
Baca juga: Malam Jumat Kliwon 1 Suro, Simak Pantangan Menurut Tradisi Jawa, dan Ini yang Mesti Dilakukan
Namun, menurut menurut Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki dalam bukunya Kanz al-Najah wa al-Surur, berargumen bahwa salat Rebo Wekasan bisa dilakukan asalkan niatnya bukan untuk Rebo Wekasan, tetapi sebagai salat sunah mutlak.

Doa dan Dzikir: Menguatkan Ikatan dengan Tuhan
Menghidupkan dzikir dan istighfar menjadi cara ampuh untuk menghapus dosa dan mencari rahmat.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, keheningan Rebo Wekasan menjadi momen penting untuk menyadari betapa manusia sangat bergantung pada kasih sayang dan pengampunan Ilahi.
Ini adalah pengingat spiritual agar tidak terlena oleh kesibukan duniawi.
Baca juga: Arba Mustamir dan Rebo Wekasan, Begini Pandangan Ulama Soal Tradisi Ini
Sedekah dan Silaturahmi: Menjalin Kebaikan Sosial
Rebo Wekasan juga sangat menekankan pelaksanaan sedekah dan mempererat silaturahmi.
Dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan, komunitas memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas yang selama ini menjadi fondasi kuat dalam tata sosial masyarakat Jawa.
Sedekah bukan hanya sekeder pemberian materi, tetapi juga ekspresi empati dan kepedulian tanpa syarat.
Pengajian dan Doa Bersama: Membangun Komunitas Spiritual
Acara pengajian dan doa bersama yang diadakan di hari ini mengingatkan bahwa kebersamaan dalam spiritualitas memupuk rasa kekeluargaan dan ketenangan batin.
Baca juga: Mengenal Nyorog Tradisi Menyambut Bulan Puasa Ramadan
Ini menguatkan komunitas bukan hanya dalam sisi keagamaan, tapi juga menjaga kestabilan sosial, sehingga menghadirkan rasa aman dalam menghadapi masa depan yang tak terduga.
Ziarah dan Tradisi Lain: Menghormati Warisan Leluhur
Kegiatan ziarah makam leluhur juga mengandung makna penghormatan atas perjalanan hidup yang telah lalu sekaligus harapan untuk penerus yang lebih baik.
Tradisi mandi safar dan minum air berdoa membawa simbolisme penyucian diri yang sangat kuat.
Ini adalah bentuk nyata gotong royong antara generasi lampau dan masa kini dalam membangun kehidupan harmonis.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.