Wakil dan Wali Kota Siantar Berseteru

Soal Uang Pinjaman Rp 2 M dari DL Sitorus, Koni:Saya Ditagih-tagih

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hubungan Walikota Pematangsiantar Hulman Sitorus dan Wakilnya Koni Ismail Siregar tidak selanggeng awal periodesasi mereka. Koni merasa ditinggalkan karena tidak mendapat bagian dalam proyek yang dibuat Hulman.

Laporan Wartawan Tribun Medan / Abul Muamar

TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR - Wakil Wali Kota Pematangsiantar Koni Ismail Siregar mengatakan, utangnya kepada DL Sitorus Rp 2 miliar dengan jaminan tanahnya di Tigaras telah melewati tenggat waktu sejak 2012 silam.

"Sebetulnya deadline bayar utang itu April 2012. Ini udah lewat dua tahun. Makanya saya ditagih-tagih. Tapi saya bilang, saya gak sanggup bayar. Karena saya gak dapat apa-apa selama jadi wakil. Saya bilang langsung sama DL Sitorus. Sedikitpun saya gak ada dapat bagian," ujarnya, Selasa (16/12/2014).

"Saya bilang sama DL, 'Amang, kalau memang saya penghambat bagi Hulman, saya mengundurkan diri saja'. Saya gak mau dizalimi, ditindas, dianiaya seperti ini. DL menanggapi, 'Pandang saya, pandang saya, jangan. Nangis saya. Kalian gak tahu aku selama ini kayak gini. Nangis aku. Di depan aja aku kelihatan bahagia, padahal aku nangis. Kejam Hulman Sitorus itu. Kejam Eliakim Simanjuntak!"

"DL bilang, ajak dia (Hulman). Ajak istrinya. Disuruhnya istri kami masak ikan mas. Biar makan sama-sama kita. Kami mau diakurkan DL. Pak DL itu baik. Tapi si Hulman gak mau dia. Gak berubah-berubah sikap dia."

Menurut Koni, DL Sitorus adalah sosok orang yang baik hati.

"DL itu baik budi dan sangat toleransi. Sampai dua tahun dikasihnya waktu. Yang jahat ini Hulman Sitorus. Karena dia tahu Rp 2 M itu untuk memenangkan kami. Kenapa ini dilupakan."

Koni pun membantah semua ini merupakan konspirasi antara Hulman dengan DL Sitorus.

"Kalau itu saya gak tahu. Gak sampai ke situ saya melihat. Yang saya tahu Pak DL sudah memberikan pinjaman," katanya.

Koni mengatakan, ia tak sanggup menebus utangnya karena selama ini ia tak pernah menerima pendapatan di luar gaji dan tunjangannya.

"Masalahnya saya selama 4 tahun ini, sepeserpun saya gak ada terima rezeki, yang namanya rezeki di luar hak-hak resmiku. Pernah sewaktu-waktu, saya jumpai sama Suryani Siahaan. Katanya ada uang mau dikasih samaku Rp 150 juta. Tapi dia takut saya laporkan ke polisi. Ngapain pula. Kan bodoh aku kalau kulaporkan. Itu 2012," katanya.

"Akhirnya sampai detik ini. Seperpun aku gak pernah terima. Kecuali gaji dan tunjangan ya. Itu kan hak. Gaji, operasional, tunjangan. Tapi kecil. Gajiku Rp 5,3 juta, operasionalku Rp 10,5 juta. Cuma Rp 15 jutanya yang kuterima tiap bulan."

(amr/tribun-medan.com)

Berita Terkini