Kisah Pilu Rabitah, TKW yang Ginjalnya Dicuri di Qatar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rabitah masih tetap berjuang untuk mendapatkan keadilan, dugaan kehilangan organ tubuh, masih diyakini oleh tim pendamping Rabitah. (kompas.com/fitri)

Dari sanalah sejumlah saksi bisa dimintai keterangannya.

Cari otak sindikat

Ketua tim pendamping Sri Rabitah, Muhammad Shaleh, yang juga koordinator Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran (PBHBM) wilayah NTB, mengapresiasi tindakan aparat kepolisian yang melanjutkan kasus Rabitah hingga telah sampai ke penyerahan berkas penyidikan ke Kejaksaan Tinggi NTB.

Shaleh juga mendesak polisi bukan hanya menangkap calo Ulf dan in, tetapi juga otak dari sindikat perdagangan orang.

“Mulai dari tekongnya atau perekrutnya hingga pihak yang terlibat dalam pembuatan dan pemalsuan dokumen, PPTKIS dan oknum aparat pemerintah, atau siapapun yang terlibat dalam tesindikat TTPO," kata Shaleh.

Shaleh masih berharap aparat tetap konsisten menangani kasus Rabitah yang bagi tim pendamping masih banyak mengandung kejanggalan.

“Kami masih yakin bahwa proses operasi Rabitah di Qatar tidak sesuai prosedur, dan harus dicari tahu kebenarannya, dengan cara menelusuri jejak keberadaan Rabitah di sana," tandasnya.

Shaleh juga masih yakin bahwa dalam tubuh Rabitah masih ada masalah, meskipun operasi dan perawatan terakhir di Rumah Sakit Sanglah Bali tidak ada kejelasan.

Bahkan hasil rekam medis hingga saat ini belum diberikan petugas Rumah Sakit Umum Daerah Sanglah Bali setelah Rabitah menjalani operasi.

Sementara itu, Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (TPUL) Kejaksaan Tinggi NTB, Ginung Pratidina SH mengatakan, kasus TTPO Rabitah adalah kasus pertama yang ditangani Kejati NTB.

“Semua kasua kita atensi, termasuk kasus Rabitah, ini kasus pertama TTPO dengan modus pemalsuan dokumen," kata Ginung

Membuka luka Rabitah

Kasus ini berawal dari pengakuan Rabitah setelah diperiksa di RSUP NTB pada Februari 2017.

Di rumah saki itu, Rabitah ditanya apakah pernah menjual ginjalnya.

Rabitah pun kaget, lalu menceritakannya kepada keluarga dan pemerintah.

Bahkan kasus hilangnya ginjal ini menjadi catatan Bakesbanglinmas Lombok Utara.

Belum sempat dioperasi, kabar soal Rabitah kehilangan satu ginjalnya menyebar dan menarik perhatian publik, mengingat kasus serupa pernah terjadi namun korban telah meninggal terlebih dahulu sebelum membuktikan lewat pemeriksaan.

Anehnya, RSUP NTB justru membantah menyatakan satu ginjal Rabitah hilang, dan membuktikannya secara resmi.

PBHBM NTB terus mendampingi Rabitah di saat sulit ketika Rabitah dituduh melakukan kebohongan publik.

Bahkan ia didesak untuk mengakui kesalahannya.

Rabitah berjuang mencari kebenaran.

Dia ingin bukti benda apa yang berada di tubuhnya selain selang yang tertanam selama 3 tahun dan telah dioperasi di Rumah Sakit Biomedika.

Pendamping Rabitah hingga kini masih yakin bahwa satu ginjal kanan yang rusak bukan milik Rabitah.

Rabitah bahkan pernah menuturkan pada Kompas.com saat berada di Rumah Aman Paramita milik Kementerian Sosial di Mataram, bahwa dia sangat yakin pernah menjalani operasi di Rumah Sakit Qatar pada 14 Agustus 2014.

“Saya masih ingat saya dimasukkan dalam ruangan yang di atasnya banyak lampu-lampu. Saya tanya pada majikan saya waktu itu, saya mau diapain. Kata mereka penyakit saya mau diangkat, tiba-tiba saya tidak sadarkan diri,” kata Rabitah.

Rabitah tiba-tiba menurunkan sarungnya dan menunjukkan pinggang bagian kanannya.

“Saya masih ingat ada bekas jahitan di sini waktu itu. Saya sempat pegang, tapi saya dimasukkan dalam tabung, tak tahu apa itu. Tiba tiba jahitan saya sudah tidak ada, saya tak pernah berbohong, sekarang kenapa mereka semua tak percaya saya,” kata Rabitah sedih. (*)

Berita ini telah diterbitkan oleh Kompas.com dengan judul "Perjuangan TKW Rabitah Cari Keadilan setelah Ginjalnya Dicuri di Qatar"

Berita Terkini