TRIBUN-MEDAN.com-Postingan tentang adanya buaya peliharaan menyerang manusia di Perum Mutiara, Tanawangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa viral di media sosial.
Kabar ini diunggah oleh akun Facebook Richell Kawalod pada Jumat (11/1/2019).
TKP mutiara tanawangko ...
korban buaya
Di kolom komentar, Richell Kawalod menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di Perum Mutiara Tanawangko, Minahasa.
Dia menyebutkan korban adalah pekerja yang hendak memberi makan hewan peliharaan itu.
Namun, korban terpeleset dan jatuh ke lubang berisi buaya. Dia menyebut sebagian tubuh wanita itu habis dimakan buaya tersebut.
Unggahan tersebut sudah ratusan kali dibagikan, mendapatkan banyak like dan komentar dalam 1 jam sejak di-posting.
Unggahan ini terus dibagikan ratusan warganent yang umumnya menyatakan keprihatinan atas musibah tersebut
Dilansir Tribun Manando, atas kejadian ini Warga Desa Ranowangko, melakukan penjagaan di lokasi kejadian yaitu perusahaan pembibitan mutiara, Kecamatan Tombariri.
Buaya berukuran 5 meter ini melahap hidup-hidup korban yang diketahui bernama Deasy Tuwo (44), yang merupakan karyawan perusahaan mutiara.
Kapolres Tomohon, AKBP Raswin Sirait mengatakan, pihaknya sudah lakukan olah TKP dan korban saat ini sudah dibawah ke RSUP Kandou Malalayang.
"Untuk autopsi masih berkoordinasi dengan pihak keluarga. Kita masih lidik dan mengetahui apakah buaya tersebut memiliki surat ijin atau tidak," kata Sirait.
Ia menambahkan, jika tidak adanya surat ijin, pemilik buaya ini akan ditahan.
Warga Padati Lokasi Kejadian
Warga menyemut di lokasi tempat kejadian peristiwa buaya memakan wanita atas nama Deasy Tuwo (44), di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.
Pantauan tribunmanado.co.id , Jumat (11/1/2019), lautan manusia memenuhi lokasi tersebut. Police line sudah dipasang dan pintu masuk di lokasi perusahaan pembibitan mutiara sudah terkunci.
Satu di antara warga yakni, Nasrah mengatakan, ia mengetahui korban sudah sekitar 15 tahun bekerja di perusahaan pembibitan mutiara tersebut.
"Dia (korban) belum menikah dan setahu saya dia sudah lama bekerja disitu, selain menjaga perusahaan pembibitan mutiara, dia juga ditugaskan memberi makan buaya tersebut," kata warga setempat.
Sementara Endi saat ditemui dilokasi kejadian mengatakan, buaya tersebut ia ketahui sudah ada sejak tahun 1990-an.
"Waktu itu saya masih SMA dan buaya ini sudah ada, dulu kecil dan sekarang saya lihat sudah sangat besar," katanya.
Ia mengetahui, pemilik perusahaan tersebut merupakan warga Negara Jepang. "Setahu saya yang punya orang Jepang," katanya.
Korban yang dimangsa buaya tersebut adalah Kepala Laboratorium CV Yosiki tempat pembibitan mutiara, buaya tersebut merupakan buaya peliharaan pimpinan perusahaan tersebut.
Amantan Tribunmanado.com Buaya sepanjang empat meter yang tampak sangat gemuk itu masih berada di kandangnya.
Sejumlah warga tampak antusias mengamati pergerakan buayaitu. Bahkan ada yang melemparinya batu sehingga buaya meronta dan membuka mulut.
Pengakuan Pengasuh Buaya
Merry Supit (36) terkejut mendengar kabar kematian Deysi Tuwo (44) yang diterkam buaya milik pemimpin perusahaan pembibitan mutiara
Pasalnya selama 18 tahun, Merry pernah bekerja di tempat itu dan mengundurkan diri pada 2005 silam.
"Saya sebagai pegawai pembibitan mutiara. Saat itu buaya yang juga diberi nama seperti nama saya ini, masih berukuran sama seperti kayu ini," kata Merry sembari menunjuk batang pohon berukuran panjang 1,50 meter yang tergeletak di sampingnya.
Sejak dahulu, lanjut dia, buaya itu sering diberi makan ayam, tongkol, dan ikan tuna.
"Semuanya harus fresh, dia tak mau makan bila sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari," kata warga Jaga X Ranowangko.
Ia mengungkapkan, beberapa waktu lalu buaya itu ingin diserahkan ke penangkaran namun mereka menolak karena tak punya kandang sebesar milik perusahaan itu.
Menurut Merry, kematian Deysi diketahui dua hari setelah peristiwa. Pasalnya, saat Deysi diterkam buaya, tak ada saksi mata yang melihat.
Video Kondisi Buaya Setelah Menerkam Manusia
Kapolda Sulut Terkejut
Kapolda Sulut yang baru, Irjen Pol R Sigid Tri Hardjanto, kaget saat mendengar ada warga Sulut yang diterkam buaya.
"Wah, di mana? Di mana itu, kapan kejadiannya coba saya teliti dulu," ujar kapolda saat diberi kabar oleh wartawan usai kunjungan di Kantor Komisi pemilihan umum (KPU) Provinsi Sulut, Jumat (11/1/2019).
Didampingi Kabid Humas Kombes Pol Ibrahim Tompo, Kapolda Sigid menyatakaan, "Perintahkan jajaran saya untuk meneliti informasi tersebut karena saya belum tahu itu."
Seperti diberitakan sebelumnya, Deasy Tuwo (44), Kepala Laboratorium CV Yosiki, ditemukan tewas mengenaskan di kandang buaya peliharaan atasannya, di Desa Ranowangko (wilayah Tanawangko), Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulut, Jumat (11/1/2019) siang.
CV Yosiki merupakan perusahaan pembibitan mutiara milik warga Jepang bernama Mr Ochiai.
Jasad korban pertama kali ditemukan sudah tak bernyawa oleh rekan sekerjanya, Erling Rumengan (37).
Isi perut, dada, hingga tangan kanan korban sudah dicabik buaya yang berusia 30 tahun bernama Merry itu.
Dijelaskan kapolda, pada prinsipnya siapa saja yang karena tindakan atau perbuatannya telah menyebabkan orang lain terluka atau bahkan kehilangan nyawanya, ada regulasi yang mengaturnya.
Kapolda menyatakan pihaknya akan melihat kronologi kejadiannya seperti apa. (Tribunmanado.com)