Jakob Oetama: Wartawan Adalah Profesi, Tetapi Pengusaha karena Keberuntungan

Editor: AbdiTumanggor
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh Pers Jakob Oetama.

Akhirnya, Jakob mendapat pekerjaan tapi bukan di sekolah yang dikelola Supatmo.

Dia mengajar di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat pada 1952 hingga 1953.

Setelah itu dia pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta, pada 1953-1954.

Lalu, Jakob Oetama pindah lagi ke SMP Van Lith di Gunung Sahari pada 1954-1956.

Tak hanya itu, sambil mengajar di SMP, Jakob Oetama melanjutkan pendidikan tingkat tinggi.

Dia kuliah B-1 Ilmu Sejarah, lalu melanjutkan ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada hingga lulus pada 1961.

Alasan Jakob Oetama menjadi guru tak hanya karena ayahnya.

Di mata Jakob Oetama, profesi guru merupakan profesi yang mulia.

"Karena guru saya lihat sebagai profesi yang mengangkat martabat," kata Jakob Oetama, dikutip dari buku Syukur Tiada Akhir (2011).

Namun, setelah beberapa lama menjalani profesi sebagai guru, Jakob Oetama merasa tertarik dengan profesi lain, yaitu menjadi wartawan.

Ketertarikan itu muncul setelah dia gemar menulis, terutama setelah belajar ilmu sejarah.

Jakob mulai masuk ke dunia jurnalistik ketika menjadi sekretaris redaksi mingguan Penabur pada 1956.

Di majalah mingguan itu dia akhirnya menjadi pemimpin redaksi.

Persimpangan pilihan untuk meninggalkan profesi guru semakin nyata ketika lulus B-1 Sejarah.

Jakob mendapatkan nilai rata-rata 9 dan direkomendasikan untuk memperoleh beasiswa di University of Columbia, New York, Amerika Serikat.

Halaman
1234

Berita Terkini