Kemudian, dua bakteri yang juga menyebabkan keracunan makanan namun tidak terlalu dikenal adalah Campylobacter dan Clostiridium botulinum (botulism).
Gejala keracunan makanan bisa berbeda setiap orang, hal ini tergantung pada sumber infeksinya.
Durasi gejala pun bervariasi bisa satu hingga 28 jam.
Mengenai gejala keracunan yang umum adalah seperti diare, keram perut, hilang nafsu makan, muntah, tubuh lemah, demam ringan dan sakit kepala.
Ketika keracunan mengancam nyawa, maka gejalanya bisa lebih parah.
Misalnya, orang mengalami suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius, diare lebih dari tiga hari, sulit bicara, urin berdarah, hingga dehidrasi.
Untuk kelompok usia yang rentan mengalami keracunan makanan juga dibagi menjadi beberapa.
Ternyata bayi, anak kecil, dan orangtua lebih berisiko mengalami keracunan makanan karena memiliki sistem imun yang lemah.
Ibu hamil juga masuk dalam golongan yang lebih berisiko.
Kemudian, penyintas penyakit kronis, seperti liver, AIDS, dan diabetes juga tinggi mengalami keracunan makanan karena berdampak pada penurunan respon imun.
Ada beberapa tips sederhana yang bisa diandalkan untuk mencegah keracunan makanan, yaitu:
- Jangan mengonsumsi ikan mentah atau kurang matang.
- Jangan mengonsumsi buah dan sayur yang belum dicuci atau dimasak.
- Selalu mencuci tangan sebelum makan atau masak.
- Hindari makan daging deli atau hotdog yang belum dimasak.
- Hindari konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi.
(*)
Artikel ini sudah tayang di Grid.ID dengan judul Diduga Keracunan, Anak Drivel Ojol Meninggal Setelah Makan Sate Kiriman Wanita Misterius, Simak Gejela dan Risiko Keracunan Makanan yang Harus Diwaspadai Ini!