Pada tahun 2003, BLIA mencapai tonggak sejarah dengan secara resmi diakui sebagai anggota Organisasi Non-Pemerintah (LSM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Master Hsing Yun, mendedikasikan seumur hidupnya untuk pendidikan, budaya dan kemajuan umat manusia, telah mendapatkan banyak penghargaan dan pengakuan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sejak tahun 1978, Beliau telah dianugerahi gelar doktor kehormatan dari berbagai universitas ternama di seluruh dunia, serta gelar Kehormatan Profesor juga dianugerahkan oleh berbagai universitas di daratan Tiongkok kepada Master.
Pada bulan Februari 1998, Master memulai perjalanan ke Bodhgaya, India, di mana Beliau mengadakan Penahbisan Penuh Tiga Altar secara Internasional, dan berhasil menghidupkan kembali sila Bhikkhuni dari aliran Theravada yang telah hilang selama lebih dari ribuan tahun. Selama beberapa dekade, Master secara aktif mempromosikan penetapan Hari lahir Buddha sebagai hari libur nasional, dan pada tahun 1999, hal ini telah disetujui dan mendapat pengakuan resmi dari Legislatif Yuan, sebagai hari libur nasional.
Dalam rangka mengabadikan relik gigi Buddha, setelah 10 tahun, akhirnya Fo Guang Buddha Memorial Center, di bawah kepemimpinan visioner Master Hsing Yun, telah selesai dibangun dan dibuka untuk umum, pada bulan Desember 2011.
Sebagai pejuang kerukunan antar agama, Master memperkenalkan acara tahunan "Ketika Buddha Bertemu Dewa", yang merupakan pertemuan bersejarah rupang Buddha dan dewa-dewi dari berbagai aliran, dan mencatat rekor dunia baru untuk pertemuan terbesar dari berbagai perwakilan agama di satu lokasi.
Jembatani Hubungan Internasional dan Lintas Selat untuk Kepentingan Dunia
Sepanjang hidupnya, Master Hsing Yun menjalin hubungan dengan banyak pemimpin dunia, termasuk Raja Agung Bhumibol dari Thailand, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Filipina Ma Jiabao, Presiden Senuari dari Dominika, Wakil Presiden Al Gore dari Amerika Serikat, beberapa Perdana Menteri Malaysia, Pemimpin Tiongkok Yang Shangkun, Jiang Zheming, Hu Jintao, dan Xi Jinping, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Australia Tony Abbott, dan para pemimpin dari berbagai negara di Asia Tenggara, serta para mantan Presiden Taiwan, termasuk Chiang Ching-kuo, Chen Shui-bian, Ma Ying-jeou, dan Tsai Ing-wen.
Selain para pemimpin politik, Beliau juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh agama seperti Presiden Persekutuan Umat Buddha Sedunia, H.S.H. Putri Poon Pismai Diskul, Paus Yohanes Paulus II, dan Paus Benediktus XVI.
Dalam beberapa tahun ini, Master Hsing Yun secara aktif memajukan pendidikan budaya demi mendorong keharmonisan lintas selat dan mendukung perdamaian dunia.
Berbagai upaya dilakukan oleh Master seperti restorasi kuil leluhurnya, Kuil Dajue di Yixing, serta pendirian berbagai fasilitas budaya dan pendidikan seperti Museum Akademi Tiongkok, Perpustakaan Jianzhen Yangzhou, Gedung Fo Guang di Universitas Nanjing, Gedung Kuliah Yangzhou, Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Hsing Yun, dan rekonstruksi Kuil Tianlong Nanjing.
Kehidupan Master Hsing Yun merupakan contoh yang cemerlang dari ajaran Buddha.
Sepanjang hidupnya, Beliau mendedikasikan dirinya untuk melayani banyak orang, memberikan bimbingan dan harapan kepada umat Buddha di mana pun, membawa cahaya bagi dunia ini, dan hari ini jasa kebajikannya telah sempurna.
Meskipun Beliau telah tiada, pencapaiannya telah meninggalkan dampak yang tak terhapuskan pada dunia dan akan terus menginspirasi generasi mendatang.
(*/tribun-medan.com)