TRIBUN-MEDAN.com, BINJAI - Stasiun kereta api Binjai, stasiun yang memiliki ciri khas gaya bangunan kolonial Belanda semenjak masa pembangunannya dulu.
Bahkan hingga sekarang, nuansa bangunan masih tak banyak berubah sejak saat pertama kali dibangun.
Namun siapa sangka, stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Ikan Paus, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai, Sumatera Utara, yang tak jauh dari terminal Kota Binjai, dulunya memiliki nama Stasiun Timbang Langkat.
Baca juga: TRIBUN-MEDAN-WIKI, Jalan Tol Binjai Resmi Beroperasi, Berikut Tarif Sesuai Golongan dan Jarak Tempuh
Dirangkum dari berbagai sumber, stasiun ini termasuk dalam Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh.
Tidak seperti kebanyakan stasiun lain di Sumatera Utara yang sudah berganti arsitektur, Stasiun Binjai masih mempertahankan gaya bangunan kolonial.
Stasiun Kereta Api jaman Belanda ini hingga kini masih berfungsi seperti semula. Setiap hari masih dilewati kereta.
Fungsi bangunan tidak berubah, ruang kepala Stasiun, loket, kursi antrian, dan lain-lain masih sama seperti dahulu. Stasiun Binjai merupakan persimpangan jalur ke Besitang dan jalur ke Kuala, tetapi saat ini jalur kereta api ke Kuala sudah mati dan yang tersisa hanyalah bekas-bekasnya saja.
Jalur kereta api menuju Kuala dan Besitang terdapat di sebelah utara Stasiun Binjai.
Baca juga: TRIBUN-MEDAN-WIKI: Varia Theater, Bioskop Primadona Era 1980 di Kisaran, Kabupaten Asahan
Menurut informasi yang diperoleh, Stasiun Binjai dahulu memiliki enam jalur kereta api, tetapi sekarang hanya tersisa tiga saja.
Jalur satu merupakan sepur lurus. Di ujung utara stasiun ini juga masih terdapat sisa menara air dan sumurnya, serta corong pipa pancuran pengisian air untuk lokomotif uap di ujung utara dan selatan emplasemen stasiun ini.
Stasiun ini memiliki dipolokomotif yang kini sudah dirobohkan. Stasiun Binjai saat ini sudah tidak melayani perjalanan KA menuju Besitang karena jalur ke Besitang karena jalur ke Besitang sendiri saat ini dinonaktifkan.
Pada masa lalu, terdapat empat stasiun antara Medan-Binjai, yakni Sikambing, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski.
Jalur ini sedang dalam progres reaktivasi sebagai bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatera yang nantinya akan menghubungkan Aceh dengan Sumatera Utara.
Hanya satu layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini, yaitu kereta api Sri Lelawangsa. Perjalanan sepanjang Medan-Binjai, banyak hal yang telah berubah, beberapa pabrik yang dulu berdiri dengan megah, kini hanya tinggal puing-puing, beberapa sawah yang dulu begitu luas, kini berganti dengan perumahan.
Sementara itu, stasiun kereta api Binjai yang telah berdiri sejak tahun 1887 merupakan salah satu peninggalan arsitektur kolonial Belanda yang ternyata memiliki arsitektur bergaya Indis.