Berita Sumut

Eksekutor Pembunuh Mantan Anggota DPRD Langkat Ternyata Pernah Bunuh Preman Pasar Saat Kelas 2 SMP 

Penulis: Fredy Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dedi Bangun (tengah) eksekutor yang menembak mati Paino, mantan anggota DPRD Langkat pada 26 Januari lalu. Dedi mengaku diperintahkan dan dibayar oleh Tosa Ginting sebanyak Rp 10 juta untuk menembak mati Paino.

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Polisi mengungkapkan Dedi Bangun (38), eksekutor penembakan Paino, mantan anggota DPRD Langkat merupakan residivis pembunuhan.

Dedi Bangun pernah membunuh preman salah satu pasar di Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) pada tahun 1999.

Baca juga: Wajah Dedi Bangun, Eksekutor Penembak Mantan Anggota DPRD Langkat, Masih Tersenyum Meski Ditangkap 

Saat itu usianya baru 14 tahun, namun sudah membunuh preman dengan pisau.

Kapolres Langkat, AKBP Faisal Rahmat Husein Simatupang menjelaskan, Dedi menusuk preman tersebut sebanyak 27 kali tusukan hingga tewas.

Berdasarkan pengakuan Dedi yang diterima Polisi, ia menikam preman karena kesal dimintai uang.

Namun demikian, ia segera bebas karena statusnya masih anak dibawah umur.

"Iya waktu kelas 2 SMP dia pernah membunuh salah satu penjaga pasar di daerah Kuala dengan 27 liang tikaman. Pengakuannya seperti itu, dipalak atau apa," kata AKBP Faisal Rahmat, Senin (13/2/2023).

Saat ini Dedi terpaksa meringkuk di jeruji besi setelah menembak mati Paino.

Pria berusia 38 tahun ini juga terancam hukuman mati atau seumur hidup karena turut serta membunuh dan merencanakan pembunuhan mantan anggota DPRD Langkat pada 26 Januari 2023 lalu.

AKBP Faisal menuturkan, Dedi dibayar Rp 10 juta oleh Tosa Ginting untuk mengeksekusi Paino.

Untuk membunuh korban, Tosa Ginting alias Luhur Sentosa Ginting sebagai otak pelaku, Dedi Bangun sebagai eksekutor, 

Kemudian Persadanta Sembiring sebagai informan Tosa di lokasi Paino duduk di warung kopi sebelum tewas.

Lalu Heriska Wantenero alias Tio dan Sulhanda Yahya alias Tato sebagai driver Teso Ginting dan Dedi Bangun.

Dalam membunuh Paino mereka berbagi tugas, di mana Ketika Paino beranjak dari warung kopi, 
Persadanta Sembiring yang mengintai menghubungi Teso.

Setelah itu Teso menghubungi Dedi menggunakan Handy Talky (HT) yang sudah bersiap untuk mencegat korban.

Setelah menerima informasi dari Teso inilah, Dedi membentangkan sepeda motornya agar Paino berhenti lalu kemudian ditembak bagian dadanya dari jarak kurang lebih 30 sentimeter.

"Jadi ditunggu. Begitu nampak sepeda motornya dipalang motornya lalu berhenti korban langsung dihantam. Gak sampai 30 sentimeter," kata Faisal.

Baca juga: Motif Luhur Sentosa Ginting Tembak Mati Paino, Pelaku Merasa Bisnis Sawitnya Tersaingi Korban 

Motif pembunuhan ini diduga karena persaingan bisnis antara Teso Ginting dan Paino.

Selama ini petani sawit menjual hasil panennya ke Teso Gintin,g namun sebagian beralih ke Paino, sehingga ia merasa bisnisnya terganggu dan akhirnya merencanakan pembunuhan.

(cr25/tribun-medan.com)

 

Berita Terkini