TRIBUN-MEDAN.com - Babak baru kasus tewasnya Bripka Arfan Saragih.
Kini Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman jadi sorotan.
Nama AKBP Yogie Hardiman mencuat, setelah disebut melakukan pengancaman sebelum korban (Arfan Saragih) meninggal.
Adakah sangkut paut kapolres dalam kasus ini?
Kini Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mendesak Polda Sumut segera memeriksa Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman.
Pasalnya, sebelum Bripka Arfan Saragih ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan, korban sempat diancam oleh Kapolres Samosir.
"Apakah benar Kapolres Samosir mengancam almarhum seperti yang diduga keluarga," kata Komisioner Kompolnas Poengky Indarti, Senin (27/3/2023).
Poengky mengatakan, pekan depan Kompolnas akan datang ke Sumut turut mengawasi tim yang dibentuk Polda Sumut dalam mengusut kematian dan penggelapan pajak yang dilakukan Bripka Arfan Saragih dan empat pegawai honorer Bapenda di UPT Samsat Pangururan, Samosir.
Kemudian, mereka aakan mengklarifikasi kepada Polda Sumut terkait tiga hal yang menjadi sorotan, yakni penggelapan pajak, kematian Bripka Arfan Saragih dan dugaan Kapolres Samosir mengancam anak buahnya.
"Minggu depan. Kami mendukung tim khusus yang dibentuk Kapolda dan berharap tim segera melaksanakan tugasnya. Kompolnas selaku pengawas eksternal mendahulukan pelaksanaan tugas pengawas internal Polri dalam menangani hal ini," kata Poengky.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi mengatakan, ada tiga pegawai honorer Bapenda Samosir yang diperiksa penyidik Dit Reskrimsus Polda Sumut.
Polisi menjelaskan, kasus ini sudah ditingkatkan ke penyidikan.
Namun demikian, belum ada satupun yang ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam hal ini, ada lima orang yang statusnya sebagai terlapor, yakni Bripka Arfan Saragih dan empat pegawai honorer Bapenda UPT Samsat Pangururan, Samosir.
Dalam waktu dekat, kemungkinan bakal ada tersangka lain dalam kasus ini.
Polda Sumut Cek TKP
Penyidik Dit Reskrimsus Polda Sumut melakukan cek tempat kejadian perkara (TKP), dimana Bripka Arfan Saragih ditemukan tewas.
Polisi memeriksa kembali lokasi kejadian yang ada di Dusun Simullop, Desa Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi mengatakan, Tim Labfor ikut turun ke lokasi bersama Tim Inafis.
"Tim Labfor juga telah melakukan penelitian di TKP, apakah ada petunjuk yang masih dapat dilakukan pemeriksaan forensik seperti bercak darah, sisa barang bukti, baik padat atau cairan,"
"Tim juga turut melakukan pendalaman TKP terkait gambaran kejadian dan posisi korban dari awal sampai posisi akhir ditemukan. Serta melakukan perhitungan jarak antar benda dengan korban maupun derajat kemiringan medan di lokasi TKP," kata Hadi.
Hadi mengatakan, dari hasil pengecekan TKP, Tim Inafis Polda Sumut menemukan satu orang saksi yang tinggal di sekitar lokasi.
Menurut saksi, ia sempat melihat sepeda motor korban selama dua hari terparkir di pinggir jalan.
Namun, saksi mengira motor tersebut milik orang yang tengah pacaran.
Keluarga Desak Kapolri Bentuk Tim Khusus
Keluarga Bripka Arfan Saragih mendesak Kapolri membentuk tim khusus untuk mengusut kematian anggota Satuan Lalu Lintas Polres Samosir itu.
Sebelumnya, kematian Bripka Arfan lantaran bunuh diri meminum racun sianida.
Namun keluarga merasa janggal setelah Arfan terseret kasus kasus penggelapan pajak kendaraan Rp2,5 miliar di Samsat Polres Samosir.
Kuasa Hukum Keluarga Bripka Arfan Saragih, Fridolin Siahaan menyatakan ada sejumlah kejanggalan dari kematian kliennya.
Pertama berdasarkan hasil autopsi ada ditemukan benturan atau luka akibat benda tumpul di kepala bagian belakang.
Namun satu hari setelah autopsi, dengan hasil yang belum keluar jenazah Bripka Arfan langsung dimakamkan dan Polres Samosir menolak dilakukan pemakaman secara dinas.
Alasannya lantaran ada surat pernyataan dari Kabag SDM Polres Samosir bahwa almarhum meninggal lantaran bunuh diri.
"Hasil autopsi belum keluar tapi pihak Polres sudah menyatakan almarhum melakukan bunuh diri. Ini ada apa," ujar Fridolin di program Kompas Petang KOMPAS TV, Sabtu (25/3/2023).
Kejanggalan lain yakni jenazah Bripka Arfan ditemukan di tempat terbuka, lokasi yang biasanya masyarakat melakukan foto panorama alam.
Padahal dari sejak tanggal 3 Maret 2023 menginggalkan rumah dan ditemukan pada 6 Maret 2023, masyarakat tidak menemukan jenazah di tempat kejadian perkara penemuan jasad Bripka Arfan.
"Kami merasa ini sangat janggal kalau dia melakukan bunuh diri di tempat terbuka dan tidak ada masyarakat yang melihat."
Kemudian mengenai temuan racun sianida, menurut Fridolin, harus ditelusuri juga dari mana racun tersebut didapat almarhum.
Sebab, di Kabupaten Samsosi bukanlah wilayah yang besar dan dapat ditelusuri pemilik atau penjual racun sianida.
Kalaupun pembelian melalui daring, juga bisa ditelusuri siapa pembeli dan penjualnya.
Di sisi lain, Polres mengatakan pemesanan racun sianida melalui daring dilakukan oleh almarhum pada 23 Januari 2023, sedangkan pada tanggal tersebut handphone dari almarhum disita oleh Kapolres.
Fakta ini diketahui melalui surat keluarga kepada Kabid Propam pada 27 Februari 2023.
Salah satu poinnya dalam surat tersebut menyatakan pada 23 Januari 2023 handphone almarhum disita oleh Kapolres.
"Nah pihak pihak Polres merilis pembeliannya tanggal di 23 Januari itu di tanggal 20 Maret 2023," ujar Fridolin.
Ada apa sebenarnya di balik kematian anggota Sat Lantas Polres Samosir ini?
Sampai-sampai pengacara kondang Hotman Paris Hutapea pun meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit turun tangan, agar kasus ini segera ke Mabes Polri.
Hotman Paris menyoroti kasus kematian Bripka Arfan Saragih, anggota Sat Lantas Polres Samosir yang diklaim tewas minum racun sianida, usai dituduh melakukan penggelapan pajak senilai Rp 2,5 miliar.
Menurut Hotman Paris Hutapea, Kapolri harus mengambil alih penanganan kasus ini.
Sebab, Hotman Paris 'mencium' adanya kejanggalan tewasnya Bripka Arfan Saragih.
"Hotman 911 mengimbau kepada bapak Kapolri, dan bapak Kadiv Propam Mabes Polri agar kiranya misteri kematian polisi Bripka AS di Tanah Batak di Pulau Samosir dipindahkan pemeriksaannya dari Polda Sumatra Utara, ditarik ke Mabes polri, karena sepertinya, ada keanehan dalam kematiannya tersebut," kata Horman Paris Hutapea dalam videonya di akun Instagram @hotmanparisofficial.
Hotman menduga, kematian Bripka Arfan Saragih ini ada kaitannya dengan kasus yang tengah dialami pelaku sekaligus korban ini.
"Sepertinya ada kaitannya dengan masalah yang dia hadapi belakangan ini terkait dengan sesama oknum polisi di kepolisian dimana dia bekerja. Kok tiba-tiba bisa seorang oknum polisi makan racun sianida, aneh bin ajaib," kata Hotman.
Atas hal tersebut, Hotman pun meminta kepada Kapolri dan Kadiv Propam segera mengusut tuntas kasus ini.
"Mohon kepada bapak Kapolri, bapak Kadiv Propam, agar pemeriksaannya, untuk membongkar siapa di belakang, dalang kematian tersebut. Agar ditarik pemeriksaannya ke Mabes Polri. Kalau di Medan rasa-rasanya masih terlalu dekat dengan kepolisian di Samosir. Harus yang lebih objektif di Jakarta, di Mabes Polri," kata Hotman Paris Hutapea.
Sementara itu, Dolin Siahaan, kuasa hukum keluarga Bripka Arfan Saragih juga mengatakan bahwa dia tidak yakin dengan Polda Sumut.
Sehingga, penanganan kasus ini harus diambil alih oleh Mabes Polri.
"Kalau kata orang awam, kalau misalkan di Polres, masalahnya di Polda, nanti bisa, mana tau minta tolong bagaimana dikondisikan. Tetapi ketika di Mabes Polri, tidak bisa bermain lah begitu," kata Dolin Siahaan, Sabtu (25/3/2023).
Bripka Arfan Saragih, anggota Sat Lantas Polres Samosir yang dituduh melakukan penggelapan pajak kendaraan warga mengaku sempat diancam oleh Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman sebelum ditemukan tewas.
Pengancaman Kapolres Samosir diungkap Bripka Arfan Saragih kepada sang istri bernama Jenni Simorangkir.
Kata Jenni, dugaan pengancaman sebelum suaminya ditemukan tewas terjadi pada 23 Januari 2023 lalu.
Saat itu, kata Jenni, suaminya mengaku dipanggil Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman.
Ketika dipanggil oleh AKBP Yogie Hardiman, Kapolres Samosir itu mengatakan dirinya tidak takut dengan jenderal bintang satu, ataupun jenderal bintang dua.
Baca juga: TERKUAK, Istri Bripka Arfan Saragih Bilang Suami Curhat Diancam Kapolres Samosir, HP Disita Atasan
Baca juga: Suami Minum Racun, Polda Sumut Dalami Laporan Istri Mendiang Bripka Arfan Saragih
Bahkan, Yogie menantang dirinya berani menghadapi jenderal bintang satu dan bintang dua.
Yogie mengaku dirinya hanya takut dengan jenderal bintang tiga.
"Tanggal 23 (Januari 2023) setelah apel, katanya bapak Kapolres menyita handphonenya. Dan bapak Kapolres bilang tidak takut dengan bintang satu dan bintang dua, kalau bintang tiga, barulah dia takut," kata Jenni menirukan ucapan mendiang suaminya Bripka Arfan Saragih, Selasa (21/3/2023).
Tak cuma menantang, AKBP Yogie Hardiman juga disebut berulang kali menyatakan akan membuat sengsara keluarga Bripka Arfan Saragih.
Bahkan, ancaman inilah yang sedang dirasakan Jenni Simorangkir dan kedua anaknya.
Dia merasa pernyataan Kapolres Samosir itu terbukti saat ini.
"Jadi almarhum bilang, benar apa yang dikatakan bapak Kapolres 'kubuat anak dan istrimu menderita," ucap Jenni.
Hingga saat ini, baik keluarga almarhum dan Jenni merasa janggal jika Bripka Arfan Saragih tewas bunuh diri minum racun sianida.
(Tribun-medan.com/kompas)
KINI Kapolres Samosir Didesak Diperiksa, Kapolri Diminta Bentuk Tim Khusus Tewasnya Bripka Arfan