Akses satu-satunya bagi Ngadenin dan Nur untuk pulang ke rumah hanya melalui saluran air atau got penuh lumpur dan limbah benda tajam yang berisiko melukai kaki.
Pada 2021, pihak hotel mengaku sudah pernah menawarkan untuk membeli lahan rumah Ngadenin Rp 8 juta per meter sesuai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Namun, Ngadenin menolak tawaran itu. Ia meminta tukar rumah atau penawaran di harga Rp 15 juta per meter.
"Kalau pihak Ngadenin maunya seperti itu tukar rumah atau dengan harga yang disepakati Rp 15 juta," ujar Devin perwakilan keluarga pemilik hotel.
Di satu sisi, Ngadenin membantah lahannya pernah ditawar pihak hotel sebesar Rp 8 juta per meternya.
Kata Ngadenin, penawaran pembebasan lahan dari pemilik hotel terus berubah.
Pertama dipatok Rp 5 juta, penawaran kedua Rp 7 juta, penawaran terakhir Rp 5 juta.
Zaenal menyebut tanah kliennya kini tidak bernilai. Keberadaan hotel membuat akses jalan menuju rumah Ngadenin hanya melalui saluran air atau got.
Oleh karena itu, Zaenal menduga pihak hotel ada niatan jahat sengaja mematok harga murah padahal kliennya membeli lahan dengan harga normal.
"Kenapa rumah dan tanah yang Pak Ngadenin beli dengan harga normal, tiba-tiba dengan dibangunnya hotel, tanah itu tidak bernilai, jangankan orang mau beli, kalau dikasih pun enggak bakal mau kalau masuknya lewat got," kata Zaenal.
(*/Tribun-Medan.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com