TRIBUN-MEDAN.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senajata atau pun perundingan untuk meredakan perang.
Gencatan senjata merupakan keadaan dimana kedua belah pihak setuju untuk meredakan sementara peperangan melihat banyak korban jiwa.
Perang pasukan Israel vs Hamas masih terus berlanjut dan menewaskan lebih dari 9.000 orang.
Perang sudah berjalan hampir sebulan ini lebih banyak menelan korban jiwa di pihak warga Palestina.
Israel melancarkan serangan habis-habisan dengan dibantu oleh sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Italia, dan Prancis.
Benjamin Netanyahu mengatakan gencatan senjata bisa saja terjadi jika Hamas membebaskan semua sandera warga sipil Israel.
Pasukan Israel (IDF) terus melancarkan serangan mengerikan, seperti di area rumah sakit terbesar di Kota Gaza, Al-Shifa.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 13 orang tewas dalam insiden itu dan menyalahkan serangan udara Israel.
IDF membenarkan bahwa pihaknya telah mengebom sebuah ambulans, yang disebut sedang digunakan oleh agen Hamas. Namun tidak disebutkan di mana serangan itu terjadi.
Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada Channel 4 bahwa Israel yakin Hamas telah "mendirikan pusat komando" di bawah rumah sakit Al-Shifa.
Baca juga: MAN UNITED Menang di Liga Inggris, Bruno Fernandes Senang Bukan Kepayang, Maguire Jadi Bek Super
Baca juga: Sosok Hakim Danu Arman: Nyabu, Rebut Bini Orang, dan Anak Hakim Suhadi yang Ringankan Hukuman Sambo
Regev melanjutkan dengan mengatakan jika mereka membangun konstruksi semacam itu di bawah infrastruktur sipil, maka hal itu bisa menjadi "target yang sah".
Thomas White, direktur urusan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan semakin sedikit yang bisa dilakukan PBB untuk melindungi warga Palestina yang berusaha berlindung dari pertempuran.
"Mari kita perjelas, tidak ada tempat yang aman di Gaza saat ini," katanya.
Bombardir Gaza
Israel tak akan berhenti membombardir Gaza, Palestina, sebelum Hamas berhasil dihancurkan.
Gencatan senjata yang diserukan publik global tak berpengaruh apapun terhadap kebijakan perang di bawah pemerintah Netanyahu.
Bahkan sekutu Amerika Serikat mendukung serangan Israel dengan klaim sebagai upaya membela diri.
Namun, kenyataannya serangan tersebut menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil.
Tak terkecauli orang Israel yang dijadikan sandera oleh Hamas.
Abu Obeida, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas mengatakan 60 sandera tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
"Masih ada 23 jenazah (sandera) yang hilang di bawah reruntuhan,” kata Abu Obeida seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Menurut dia, sulit menjangkau 23 jenazah tersebut karena Israel tak berhenti membombardir Gaza.
“Sulit menjangkau jenazah mereka karena agresi brutal Gaza sedang berlangsung,” sambungnya.
Brigade Al-Qassam mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa mereka menyandera 200-250 orang, termasuk tentara dan warga sipil.
Tentara Israel mengatakan ada 242 warga Israel yang ditahan di Gaza oleh kelompok perlawanan Palestina.
Israel tak akan menghentikan serangan hingga Hamas dihancurkan hingga ke akar.
Dikutip Aljazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tegas menolak seruan gencatan senjata dengan Hamas.
Ia menegaskan bahwa gencatan senjata itu adalah bagian dari “poros kejahatan” dengan Iran.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani memperingatkan pada hari Sabtu bahwa serangan udara Israel di Gaza mempersulit kemungkinan pembebasan tahanan.
Tentara Israel telah memperluas serangan udara dan daratnya ke Jalur Gaza, yang telah mengalami serangan udara tanpa henti sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober.
Warga Palestina di Kota Gaza diminta tentara Israel untuk mengungsi karena pemboman terus berlanjut dan tidak ada jalan keluar yang aman.
Hingga saat ini, 9500 orang tewas di Gaza akibat serangan Israel sejak 7 Oktober. Di antaranya 3.900 anak-anak dan 2.509 perempuan.
Sementara lebih dari 1.400 orang tewas di Israel.
Baca juga: Pastikan Nama Ganjar-Mahfud Dikenal Hingga Pelosok Kepulauan Nias, Rapidin Lewati Medan yang Berat
Baca juga: Berita Populer, Cara Anggota BPK Terima Uang Kasus Korupsi BTS 4G, Luhut Berobat ke Singapura
(*/tribun-medan.com)