Tetangganya itu berkata bahwa Ibu De datang ke rumahnya secara sukarela dan ia tidak memaksanya.
Ternyata karena kesehatan Pak Tan kurang baik, dari luar Ibu De memang tidak berkata apa-apa, namun di dalam hatinya ia dipenuhi amarah dan ketidaknyamanan.
Ia sering mengeluhkan kesehatan suaminya di depan sang tetangga.
Tetangga ini ternyata juga tidak punya perasaan terhadap istrinya dan sering mengadukan istrinya kepada Ibu De.
Lambat laun, kedua orang itu memiliki perasaan satu sama lain dan melakukan kesalahan.
Setelah itu, sang tetangga pun menceraikan istrinya.
Setiap kali suaminya tidak ada di rumah, Bu De diam-diam pergi ke rumah tetangga untuk menginap.
Keduanya menjadi semakin sembrono dan frekuensi hubungan seksual meningkat, yang mana menyebabkan ketidakpuasan Ibu De terhadap suaminya semakin meningkat seiring berjalannya waktu.
Pada akhirnya, ia kabur dari rumah dan tinggal di rumah tetangganya selama 14 tahun.
Ia bersembunyi di loteng rumah tetangganya itu dan hanya sesekali keluar pada malam hari, sehingga Pak Tan tidak dapat menemukannya.
Mengetahui kesalahannya, Ibu De menundukkan kepalanya karena malu dan meminta maaf, berharap suaminya akan memberinya kesempatan untuk kembali ke rumah dan berjanji untuk hidup baik bersamanya.
Melihat istri tercinta yang telah dicarinya selama 14 tahun, Pak Tan melembutkan hatinya dan membawanya pulang, ia memaafkan semua yang telah ia lakukan sebelumnya dan memasak makanan lezat untuk istrinya.
Di bawah perawatan suaminya, kesehatan Ibu De pulih dengan sangat baik.
Namun tak disangka, Ibu De masih mengulangi kesalahannya dan diam-diam terus bolak-balik dengan tetangganya itu.
Karena frustasi, Pak Tan memutuskan untuk mengajukan gugatan cerai, mengakhiri "lelucon" pasangan tersebut selama 14 tahun.
(cr32/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter