Padahal, saat itu dokter Lo tau bahwa pasien tersebut tidak memiliki uang untuk berobat.
Gunakan uang pribadi
Lo Siaw Ging juga pernah menanggung biaya pengobatan pasiennya menggunakan uang pribadinya.
Diketahui, dalam sebulan, ia harus menanggung kurang lebih 7-8 juta rupiah.
Selain dari dana pribadi, dokter Lo memiliki seorang donatr yang pernah mendengar caranya bekerja melayani pasien dan tertarik membantu.
"Terus terang saja, dananya (untuk membayar obat pasien) di samping dari saya pribadi, ada dari donasi-donasi. Pada umumnya orang tidak mau memberi tahu, tidak menyebut namanya saat memberi donasi itu,” kata dia.
Selama hidupnya, Lo Siaw Ging menerapkan gaya hidup sederhana. Ia merasa kebutuhannya sehari-hari sudah sangat tercukupi sehingga tidak perlu menetapkan tarif kepada pasien.
Pesan dokter Lo Siaw Ging sebelum wafat
Tokoh Tionghoa Solo, Sumartono Hadinoto atau dikenal Martono mengatakan sosok dokter Lo dikenal sebagai dokter sosial.
Martono mengungkap pesan dokter Lo yang sampai sekarang masig diingat yaitu, kalau mau kaya, jangan menjadi dokter.
"Kalau kita orang Solo dan sekitarnya tahu bahwa dokter Lo adalah dokter yang sangat-sangat sosial. Bahkan, dia selalu menyampaikan satu hal yang selalu saya ingat kalau mau kaya jangan jadi dokter," katanya, dikutip dari Kompas.com.
"Itu pesannya ayahnya dulu ke dokter Lo. Kalau mau kaya jadi pebisnis. Kalau jadi dokter itu melayani orang banyak, berbagi melayani orang-orang banyak dibidang kesehatan. Jadi tidak perlu memikirkan uang yang penting bisa malayani orang menjadi sehat," tuturnya.
Dokter Lo memulai kariernya sebagai seorang dokter di RS dr Oen Kandang Sapi Solo. Setelah itu dokter Lo pindah ke RS Kasih Ibu.
"Kalau kita lihat dokter Lo itu mulai dari RS dr Oen Kandang Sapi kemudian pindah ke Kasih Ibu. Dengan adanya dokter Lo terus berkontribusi nyata. Hampir pasien yang berobat digratiskan sama dokter Lo," ungkap dia.
Dokter Lo pernah menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Kasih Ibu Solo periode 1981-2004.
Setelah pensiun, dokter Lo tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di rumahnya di Jagalan, Jebres, Solo.
"Setiap hari buka praktik di rumah pagi dan sore. Dan pasien bukan main banyaknya. Beliau itu siapapun tidak pandang bulu semua dibantu sampai sehat kalau perlu dibelikan obat. Iya gratis," kata Martono.