Ridwan Kamil menegaskan, debat Pilkada DKI Jakarta ini bukanlah ring tinju.
Sehingga para pasangan calon (paslon) tidak harus berdebat dengan saling menjatuhkan satu sama lain.
Atau berdebat dengan penyampaian yang meledak-ledak.
Pasalnya menurut RK, sebuah pesan bisa disampaikan dengan cara yang lebih baik, kalem, dan tidak perlu dengan berteriak.
Terkait penyampaian yang meledak-ledak ini, RK menilai itu tergantung dari kepribadian dari masing-masing calon.
“Debat itu bukan ring tinju ya, jadi yang paling penting itu pesannya sampai. Pesan sampai itu bisa dengan cara kalem atau teriak-teriak."
“Kalau soal itu mah kepribadian dari masing-masing paslon,” kata RK.
Lebih lanjut RK juga menegaskan, ia tak bisa meniru gaya mantan Gubernur DKI Jakarta, Ahok yang kerap kali meledak-ledak ketika menyampaikan sesuatu.
Berbeda dengan Ahok, RK merasa dirinya adalah pribadi yang bisa lebih santai dan tenang.
“Saya gayanya santai, terarah, tenang, begitu kan. Tiba-tiba Ridwan Kamil berubah polanya kan jadi aneh, kelihatan maksain,” terang RK.
RK lantas meminta maaf kepada semua pihak jika memang debat Pilkada Jakarta kemarin hasilnya jauh dari ekspektasi masyarakat.
“Mohon maaf kalau dirasa ekspektasi bahwa debat itu harus penuh dengan drama-drama ya mungkin bukan saatnya,” imbuh RK.
Menurut Pramono Anung, masalah seru dan tidaknya gelaran Debat Pilkada Jakarta ini relatif, tergantung pada penilaian masing-masing.
Kini Pramono lebih memilih untuk mementingkan pelaksanaan Pilgub DKI Jakarta yang riang gembira.
"Untuk urusan seru (atau) enggak seru kan relatif."
"Tetapi yang paling penting sekarang ini Pilgub Jakarta lebih riang gembira, lebih happening," kata Pramono.
(*/tribun-medan.com)