Bangun Paradigma Konservasi melalui OTG, BPTCUGGp Jalankan Tiga Misi Utama Jaga 16 Geosite

Pusuk Buhit dan Lava Dome Vulkano seperti Tuktuk yang ada di Samosir adalah contoh lain, terjadinya letusan vulkanik yang super dahsyat.

Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan/HO
General Manager Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BPTCUGGp), Dr Azizul Kholis pada Coffee Morning Geopark For Journalists di Boos Coffee Jalan Suka Cerdas, Kota Medan, Sabtu (25/10/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sukses menyandang status Green Card terhadap Kaldera Toba, maka tugas penting Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BPTCUGGp) selanjutnya meng-OTG-kan masyarakat Sumut.

Hal tersebut disampaikan General Manager Badan Pe

ngelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BPTCUGGp), Dr Azizul Kholis. OTG, disampaikannya, adalah Orang Tertular Geopark, dimaknai sebagai upaya membangun paradigma masyarakat terhadap upaya pelestarian kawasan, melalui tiga misi utama.

"Kami bertugas untuk melakukan pengembangan Kaldera Toba dalam bidang konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat," ujarnya di hadapan puluhan wartawan pada Coffee Morning Geopark For Journalists di Boos Coffee Jalan Suka Cerdas, Kota Medan, Sabtu (25/10/2025).

Turut hadir dalam acara tersebut Manager Divisi Pengelolaan Warisan Geologi, Keragaman Geologi, Keragaman Biologi dan Keragaman Budaya BP Geopark Kaldera Toba, Petrus Parlindungan Purba, Manager Divisi Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan BP Toba Caldera, Debbie Riauni Panjaitan, serta Manager Promosi, Publikasi dan Kerjasama BPTCUGGp Tikwan Raya Siregar.

Baca juga: Geopark Kaldera Toba Dapatkan Kartu Hijau, Menpar RI Apresiasi Kolaborasi Seluruh Stakeholder 

Untuk itu, BPTCUGGp membutuhkan jalinan kerja dengan banyak pihak, termasuk jurnalis, yang diharapkan bisa membantu publikasi dan menyiarkan informasi terkait kegiatan Geopark.

"Seluruh dunia bisa mengetahui berbagai informasi terkait Caldera Toba itu tentu juga karena tulisan-tulisan dari jurnalis. Ketika saya ke Chile tempo hari, mereka membaca berita dari jurnalis, mereka translate melalui AI," ujarnya.

Senada, Manager Divisi Pengelolaan Warisan Geologi, Keragaman Geologi, Keragaman Biologi dan Keragaman Budaya BP Geopark Kaldera Toba, Petrus Parlindungan Purba menguraikan pembentukan Danau Toba melalui letusan super dahsyat yang bahkan efeknya masih terasa hingga saat ini setelah puluah ribu tahun lalu.

Manager Divisi Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan BP Toba Caldera, Debbie Riauni Panjaitan menguraikan, usulan Geopark (Taman Bumi) ke UNESCO dilakukan sejak 15 tahun lalu.
Manager Divisi Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan BP Toba Caldera, Debbie Riauni Panjaitan menguraikan, usulan Geopark (Taman Bumi) ke UNESCO dilakukan sejak 15 tahun lalu. (Tribun Medan/HO)

“Dampak langsung saat itu adalah winter vulkanis yang berlangsung antara 8 sampai 10 tlahun lamanya, serta pemusnahan massal yang melenyapkan jutaan makhluk. Akan halnya efek sampai saat ini, adalah fenomena vulkanik yang masih aktif. Jadi, Danau Toba bukan semata keindahan, tapi juga peristiwa di baliknya,” jelasnya.  

Pusuk Buhit dan Lava Dome Vulkano seperti Tuktuk yang ada di Samosir adalah contoh lain, terjadinya letusan vulkanik yang super dahsyat.

Sedikit unik, dalam kesempatan itu, ahli geologi ini mengakui jika sulit untuk menjelaskan fenomena ini ke dalam bahasa yang lebih sederhana agar bisa dipahami secara umum, untuk itu ia bersama Tikwan Raya Siregar berusaha membumikan istilah-istilah scientc sehingga muncullah istilah yang mereka ciptakan, yakni Geosastra.

Terkait efek fenomena ini sehingga memunculkan bermacam batuan dan endapan mempengaruhi kultur masyarakat yang terbentuk pada akhirnya. Batu Kursi Persidangan yang ada di Samosir adalah salah satu contoh.

Sementara, Manager Divisi Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan BP Toba Caldera, Debbie Riauni Panjaitan menguraikan, sejak usulan Geopark (Taman Bumi) ke UNESCO dilakukan sejak 15 tahun lalu. Hanya saja, saat itu belum ada badan pengelola sebagai salah satu standarisasi internasional.

Pentingnya pengakuan lembaga internasional UNESCO untuk menagkui Danau Toba sebagai Taman Bumi, akan berdampak signifikan terhadap promosi wisata di pasar internasional.

“Ibaratnya, ini bendera UNESCO yang mempersilakan wisatawan dari berbagai belahan dunia untuk mengunjungi Danau Toba. Dan bendara UNESCO ini sebenarnya telah kita peroleh dengan status Yellow Card sejak tahun 2023 lalu, sayangnya saat itu ada Covid,” jelasnya.

UNESCO juga menguatkan badan pengelola menjadikan Danau Toba sebagai tujuan konservasi dan pendidikan yang nantinya memberikan dampak ke pemberdayaan masyarakat.

"Dalam empat tahun ke depan kita akan terus melakukan pengembangan seperti penambahan geosite dan juga meningkatkan sumber daya manusia. Karena Toba Caldera menjadi site yang memiliki pengaruh besar secara global yang harus dikelola dengan keterlibatan masyarakat," katanya.

Di ujung pertemuan. Azizul menyampaikan, perlunya kerja sam dengan media untuk program pelestarian Caldera Toba melalui pengembangan informasi dan edukasi terhadap masyarakat dunia.

“Jika di awal awal kerja, kami fokus pada upaya revalidasi, maka tahun selanjutnya pada 2026 yang akan datang, kami tentu berkepentingan membangun kerja sama dengan teman-teman jurnalis, termasuk kunjungan ke site-site yang ada di Toba. Terdapat 16 geosite yang kita perjuangkan pelestariannya,” ujarnya. 

Sampaikan Edukasi dan Nilai Konservasi 

Manager Promosi, Publikasi, dan Kerjasama BPTCUGGp Tikwan Raya Siregar menjawab pertanyaan terkait sikap lembaganya terhadap berbagai persolan dan konflik yang terjadi di kawasan Caldera Toba, bahwa sebagai pihak yang membawa bendera UNESCO, maka peran badan pengelola hanyalah sebagai penghubung.

“Sebagai lembaga dengan bendera UNESCO, tentu ada batasan yang harus kami pegang, tidak boleh ada intervensi asing berkenaan dengan domain nasional, yang dikhawatirkan akan menciderai pergaulan internasioanal,” katanya.

Dalam hal ini, Badan Pengelola hanya menyampaikann nilai-nilai dan edukasi terhadap upaya pelestarian geosite yang di di kawasan Caldera Toba. Demikian juga terhadap masyarakat, ada batasan yang tidak boleh diintevensi.

“Kami hanya menanamkan nilai-nilai dan menyampaikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi dan pertanian berkelanjutan. Selanjut kami mungkin hanya bisa menyampaikan rekomendasi. Untuk hal lebih jauh, Pemerintah yang akan menyampaikan,”
 ujarnya.  

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved