Berita Advertorial

Perang Dagang AS–Cina Buka Peluang Emas Tilapia Indonesia Masuk Pasar Amerika

Forum Sustainable Commercial Tilapia Production on Lake Toba yang digelar di Hotel Santika Dyandra Medan, Selasa (18/11/2025).

|
TRIBUN MEDAN/HUSNA FADILLA TARIGAN
TILAPIA - Pieter Damanik memaparkan materi teknis mengenai produksi dan pengelolaan budidaya tilapia dalam Forum Sustainable Commercial Tilapia Production on Lake Toba di Hotel Santika Dyandra Medan, Selasa (18/11/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Forum Sustainable Commercial Tilapia Production on Lake Toba yang digelar di Hotel Santika Dyandra Medan, Selasa (18/11/2025), membuka perspektif baru mengenai peluang ekspor tilapia Indonesia ke Amerika Serikat.

Pemaparan dari Pamudi, perwakilan U.S. Soybean Export Council (USSEC), menegaskan bahwa Indonesia tengah berada pada momentum langka untuk memasuki pasar tilapia Amerika di tengah memanasnya perang dagang AS–Cina.

Menurutnya, dinamika geopolitik dunia kini menjadi faktor penentu baru dalam pergerakan perdagangan komoditas pangan global.

Mengutip laporan terbaru Rabobank Agri Commodity Outlook 2026, Pamudi menjelaskan bahwa perdagangan pangan global tidak lagi dikendalikan hanya oleh mekanisme permintaan dan penawaran.

“Kondisi geopolitik sekarang memengaruhi harga, arus perdagangan, dan keputusan produksi. Negara-negara konsumen menjadi makin pragmatis dalam memilih pemasok sesuai kondisi makro-ekonomi mereka,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa kompetisi antarnegara produsen semakin dinamis, sementara perdagangan timbal balik (reciprocal trade) meningkat signifikan.

Oleh sebab itu, negara produsen harus mampu beradaptasi untuk mempertahankan akses pasar.

“Adaptasi diperlukan agar kita tetap kompetitif. Negara pembeli kini lebih berhati-hati dan memilih pemasok yang mampu menjamin stabilitas, kualitas, serta keberlanjutan,” ujarnya.

Dalam konteks tilapia, Pamudi melihat posisi Indonesia sangat diuntungkan karena kualitas produknya lebih baik dibanding beberapa negara pesaing. Selama ini Cina menjadi pemasok utama tilapia ke AS, namun ketegangan dagang menyebabkan banyak importir Amerika mencari pasokan dari negara lain.

“Banyak pemain Amerika kini mencari produk tilapia alternatif di luar Cina. Ini momentum besar untuk Indonesia,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa tilapia Indonesia dikenal segar dan memiliki karakter rasa yang lebih baik karena tidak diekspor dalam bentuk whole frozen seperti pasokan dari Cina. Hal ini menjadi nilai jual di pasar premium yang mengutamakan kualitas dan konsistensi pasokan.

Namun Pamudi mengingatkan bahwa peluang tersebut hanya bisa dimanfaatkan jika Indonesia memperkuat manajemen kawasan budidaya dan memastikan praktik budidaya yang berkelanjutan.

Regulasi berbasis daya dukung perairan, penguatan epidemiologi kawasan, dan peran aktif asosiasi dibutuhkan untuk menjaga standar produksi.

“Industri yang kuat harus punya asosiasi yang bisa menjadi penasihat pemerintah dan menjaga standar produksi,” tegasnya.

Dalam forum ini, pemaparan teknis dari Pieter Damanik turut memperjelas skala industri tilapia di Danau Toba. Berdasarkan data 2024, produksi harian mencapai sekitar 116 ton, setara 3.500 ton per bulan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved