Breaking News

Berita Viral

BERTAMBAH Kasus Keracunan MBG di Agam Capai 122 Orang, Guru juga Dirawat Usai Cicipi Menu

Korban keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), terus bertambah.

Editor: Juang Naibaho
(TribunPadang.com)
KERACUNAN MBG- Korban keracunan diduga akibat mengkonsumsi program Makanan Bergizi Gratis (MBG) terus berdatangan ke Puskesmas Manggopoh, Agam, Sumbar, Kamis (2/10/2025). Hingga Jumat (3/10/2025), tercatat sudah 122 siswa yang jadi korban dan menjalani perawatan di Puskesmas Manggopoh, RSIA Rizki Bunda, dan RSUD Lubuk Basung. 

TRIBUN-MEDAN.com - Korban keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), terus bertambah.

Hingga Jumat (3/10/2025), tercatat sudah 122 siswa yang jadi korban dan menjalani perawatan di Puskesmas Manggopoh, RSIA Rizki Bunda, dan RSUD Lubuk Basung.

Pemerintah Kabupaten Agam menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah terjadi keracunan massal usai mengonsumsi MBG.

Bupati Agam, Benni Warlis menegaskan langkah cepat perlu diambil untuk melindungi masyarakat.

Ia menegaskan dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) yang menjadi sumber kejadian keracunan belum memenuhi izin dan standar kelayakan yang seharusnya dipatuhi.

“SPPG tersebut yang menyebabkan keracunan kemarin belum memiliki izin lengkap dan standar kesehatan yang memadai. Dokumen Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) juga belum, bahkan standar sanitasi dapurnya tidak terpenuhi. Ini jelas membahayakan,” kata Benni.

Menurutnya, lemahnya kelayakan operasional di dapur MBG tersebut menyebabkan kualitas makanan tidak terkontrol.

Ia mengungkapkan, saat ini terdapat sembilan SPPG di Kabupaten Agam, namun hanya dua di antaranya yang memiliki izin lengkap.

“Artinya, masih ada tujuh dapur yang belum memenuhi standar, terutama izin SLHS dan kelayakan sanitasi. Harusnya tidak boleh beroperasi sebelum lengkap. Karena itu kami minta agar yang tujuh ini ditutup sementara hingga syarat-syaratnya terpenuhi,” jelasnya.

Baca juga: LUHUT Peringatkan Menkeu Purbaya Tak Perlu Ambil Anggaran MBG: 380 Ribu Tenaga Kerja yang Terserap

Dilansir Tribunpadang.com, korban terbanyak dirawat di Puskesmas Manggopoh, dengan jumlah 70 pasien.

Empat di antaranya dirujuk ke RSUD Lubuk Basung dan tiga lainnya ke Puskesmas Lubuk Basung.

Sedangkan di RSIA Rizki Bunda ada sebanyak tujuh pasien anak yang sempat menjalani perawatan.

Dari tujuh tersebut tiga masih menjalani perawatan, satu sudah dipulangkan, dan dua lagi menjalani rawat jalan.

Terakhir di RSUD Lubuk Basung total ada 45 pasien yang terdata, terdiri dari 40 pasien anak dan lima orang dewasa.

Keracunan massal diduga akibat program MBG di Kabupaten Agam ini terjadi pada Rabu (1/10/2025).

Kepala Bidang Sarana (KTU) RSUD Lubuk Basung, Arno, mengatakan, jumlah pasien yang masih menjalani perawatan ini, merupakan pasien keracunan massal dari tanggal 1 Oktober.

Arno merinci, sejak Rabu (1/10/2025) hingga Kamis (2/10/2025) total 47 pasien keracunan massal yang menjalani perawatan di RSUD Lubuk Basung.

Pasien terakhir yang ditangani pihaknya akibat masalah keracunan massal masuk pukul 11.00 WIB, Kamis (2/10/2025).

“Dari total 46 pasien sejak hari pertama, 26 pasien dinyatakan sehat. Sisa 20 pasien kemarin (kamis) 8 pasien juga sudah diizinkan pulang. Sisa 12 pasien lagi yang menjalani perawatan di ruang rawat inap,” ujarnya.

Guru juga Keracunan

Tenaga pendidik atau guru turut menjadi korban keracunan massal setelah sempat cicipi makanan untuk siswa, Kamis (2/10/2025).

Guru yang mengalami keracunan saat ditemui di RSUD Lubuk Basung, Weri Oktavia, mengatakan sempat mencicipi makanan tersebut sebelum diberikan pada muridnya.

Guru TK Aisyah Kampung Tangah itu, mengatakan menu makanan yang ia cicipi pada Rabu (1/10/2025) itu merupakan nasi goreng.

“Kalau secara rasa, bentuk dan bau tidak ada masalah. Saat saya cicipi semuanya tidak menandakan makanan kedaluwarsa dan memunculkan bau,” ujarnya, dalam keadaan terbaring setelah menjalani pemeriksaan.

Oleh sebab itu ia memberikan makanan tersebut pada murid karena dirasa aman dan tidak bermasalah, sekitar pukul 09.00 WIB.

Hanya saja setelah menyantap makanan tersebut, malamnya Weri merasakan pusing dan mual berkepanjangan.

Ia mengira gejala tersebut hanya dampak dari kondisi tubuhnya yang sedang menurun, tapi ternyata karena keracunan makanan.

“Makanya pagi tadi saya tetap ke sekolah dan mengajar seperti biasa. Lalu ada imbauan bagi yang mengalami gejala pusing dan mual disuruh periksa ke rumah sakit. Makanya saya beranikan diri dan memang benar kiranya gejalanya sama,” ujarnya. (*/tribunmedan.com)

Artikel initelah tayang di TribunPadang.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved