Berita Viral
Operasi Penyelamatan Korban Ponpes Al Khoziny Resmi Berakhir, Total 67 Korban Meninggal Dunia
Operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, resmi ditutup pada Selasa (7/10/20
Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) menyebut bahwa ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny menjadi bencana dengan jumlah korban jiwa terbesar di Indonesia sepanjang tahun 2025 ini.
“Korban dalam peristiwa ini, di sepanjang tahun 2025, merupakan yang terbesar korban meninggal dunianya. Lebih banyak dibanding gempa di Poso, banjir bandang Bali, dan sejumlah bencana lainnya,” kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayor Jenderal Budi Irawan, Senin (6/10/2025).
Data di BNPB menyebut, berbagai bencana alam dan non alam yang terjadi sepanjang tahun ini, tidak ada yang lebih banyak korban jiwanya dibanding ambruknya bangunan pesantren di Sidoarjo.
Atas perintah Presiden Prabowo Subianto, BNPB memberikan atensi penuh terhadap peristiwa ini.
Wali Santri Tolak Santunan karena Berharap Rida
Sementara itu, salah satu wali santri mengembalikan uang santunan yang diberikan pihak Ponpes Al Khoziny.
Wali santri tersebut merupakan orangtua dari korban ambruknya mushala Al Khoziny atas nama Muhammad Sholeh bin Abdurrahman (22 tahun).
Sholeh merupakan santri asal Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka.
Dewan Pengasuh Pesantren Al Khoziny, KHR Muhammad Ubaidillah Mujib mengatakan, uang santunan yang diberikan oleh keluarga Sholeh sebagai bagian dari duka cita dan permintaan maaf.
“Kami turut berbela sungkawa. Semoga almarhum Sholeh wafat dalam keadaan husnul khatimah, karena meninggal saat shalat dan dalam posisi sebagai penuntut ilmu,” kata Mujib dalam keterangannya, dikutip Senin (6/10/2025).
Dalam keterangannya, tidak disebutkan berapa nominal santunan itu.
Namun, santunan itu awalnya diberikan sebagai biaya kargo pemulangan jenazah Sholeh ke kampung halaman.
Kendati begitu, uang tersebut dikembalikan lagi oleh Abdul Fattah, kakak kandung korban.
Alasannya, karena ingin mengharap rida dari kiai dan guru di pesantren.
“Kami tidak mau menerima santunan itu bukan karena apa-apa, hanya ingin mendapatkan ridanya kiai dan guru di pesantren. Semoga doa dan rida Beliau menjadi keberkahan bagi almarhum dan keluarga kami yang ditinggalkan,” kata Abdul Fattah. (*/tribunmedan.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
YAI MIM MURKA Tetap Polisikan Sahara, Geram Istrinya Difitnah Main Banyak Kiyai, 9 Orang Dilaporkan |
![]() |
---|
Resmi Lapor Polisi, Yai Mim Seret dan Laporkan Sembilan Orang, Ini Daftarnya, Termasuk Sahara? |
![]() |
---|
NASIB Pelaku Perampokan dan Pembunuhan Nindia Novrin Menangis Ditangkap Polisi, Suami Korban Geram |
![]() |
---|
Viral Menu MBG Mirip Ibu-ibu Diet, Perkara Irisan Kentang dan Pangsit, Begini Kata Ahli Gizi |
![]() |
---|
CURHAT PILU Food Vloger Omay, Putrinya Dipukuli dan Disundut Rokok Oleh Pria: Jangan Terjadi Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.