Pelaku Bom Bali
Profil Hambali, Dalang Bom Bali Bakal Diadili AS November 2025, Yusril Singgung Kewarganegaraan
Encep Nurjaman Riduan Isamuddin atau Hambali adalah tokoh militan dan mantan pemimpin militer organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Yusril menjelaskan, Indonesia menganut prinsip single citizenship yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pasal 23 UU tersebut menyebutkan, seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesia jika yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri.
Adanya ketentuan ini, apabila Hambali secara sah memperoleh kewarganegaraan lain dan tidak pernah memohon agar kembali menjadi WNI maka secara hukum ia tak lagi berstatus WNI.
Baca juga: Profil Ignatius Yogo Triyono, Eks Pangdam Cendrawasih Masuk Anggota Komite Pembangunan Papua
Dengan keadaan demikian, Pemerintah Indonesia berdasarkan UU Keimigrasian berwenang untuk menangkal warga negara asing yang dianggap merugikan kepentingan negara untuk memasuki wilayah negara RI.
"Sesuai hukum yang berlaku, jika seseorang telah menjadi warga negara asing dan tidak ada permohonan resmi untuk kembali menjadi WNI, maka Indonesia tidak dapat mengeklaimnya sebagai warga negara kita," ujar Yusril.
Profil Hambali
Encep Nurjaman Riduan Isamuddin, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Hambali, lahir pada 4 April 1964 di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia.
Ia adalah tokoh militan dan mantan pemimpin militer organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Asia Tenggara.
Hambali memulai aktivitas ekstremismenya setelah merantau dan menetap di Malaysia pada awal 1980-an.
Baca juga: Profil dr Benjamin Paulus Octavianus, Politisi Gerindra Anak Pendeta yang Dilantik Jadi Wamenkes
Di sana, ia bergabung dengan kelompok Jamaah Islamiyah yang dipimpin Abdullah Sungkar dan ikut berperang di Afghanistan melawan Uni Soviet yang saat itu menginvasi negara tersebut.
Periode ini memberinya pelatihan militer dan pengalaman strategis di medan tempur selama bertahun-tahun.
Setelah kembali ke Asia Tenggara, Hambali menjadi figur utama dalam membangun jaringan terorisme di kawasan ini.
Ia dianggap sebagai otak di balik serangkaian serangan bom besar, termasuk Bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang, serta bom di tempat-tempat lain seperti gereja-gereja pada tahun 2000 dan Hotel J.W. Marriott Jakarta.
Baca juga: Profil Velix Wanggai, Lulusan Australia Kini Dipercaya Prabowo Bangun Papua
Hambali juga memiliki jaringan dan hubungan erat dengan kelompok-kelompok teroris lain di Filipina dan Asia Tenggara.
Ia ditangkap di Bangkok, Thailand pada 11 Agustus 2003 dalam operasi yang melibatkan CIA dan aparat Thailand.
Setelah penangkapan, Hambali dipindahkan ke beberapa fasilitas penahanan, termasuk kamp tahanan militer AS di Guantanamo Bay, Kuba.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.